JADIAN

4 1 0
                                    

"tak muluk-muluk, aku hanya mau kisah ini happy ending..."
.
.
.

"anak-anak, ibu rasa untuk pertemuan kali ini kita sudahi dulu, dan ya tolong ketua kelas kumpulin PR nya trus bawa ke meja ibu di kantor, assalamualaikum!"

"waalaikumsalam"

Ibu ida mengakhiri kelas 5 menit lebih awal sebelum bel berbunyi. Ia berjalan keluar diikuti teman kelasku yang berhamburan ingin secepatnya ke kantin.

"kamu gak ngantin?"
Tanya Anti

"kayaknya nggak ikut dulu, aku lagi gak enak perut nih, malas jalan. Aku titip deh, roti"
Aku menyerahkan uang pembeli roti yang diterima Ninis.

"yaudah, kita kekantin yah"

Merekapun berlalu, menyisakan aku sendirian di kelas.

Sebenarnya aku juga lapar tapi perutku lagi gak enak. Entahlah mungkin efek haid pertamaku kemarin. Rasanya benar-benar gak nyaman.

Aku merebahkan kepalaku dimeja dengan satu lenganku sebagai bantal dan tangan yang lainnya di perut. Aku memejamkan mata, tiba-tiba merasa ingin tidur.

Sedikit merasa terusik karena kursi Ninis berdecit seperti ada yang mendudukinya. Kubiarkan saja, mungkin ia kembali untuk membawakan pesananku.

"kamu sakit?"

Dahiku berkerut, sejak kapan suara Ninis jadi ngebas?
Tunggu! aku seperti tak asing dengan suara ini, jangan bilang...

Dan saat aku membuka mata, kudapati Angga setengah menunduk sambil memperhatikan wajahku.

Aku langsung memperbaiki posisi dudukku.
Diapun melakukan hal yang sama.

"eh Angga, ada apa?"
Tanyaku basa-basi.

"nggak, tadi pas aku lewat mau kekantin aku liat kamu sendirian, kenapa? Sakit?"

"eh, ng... nggak. Cuman ngantuk, jadi agak malas mau jalan kekantin"

Jujur aku gugup, tak terbiasa sedekat ini. Tapi aku juga senang. Entahlah...

"oh kirain kenapa. Um... Aku temenin mau gak?"

Aku mengangguk saja.

Sesaat kami berdua hanya saling melempar senyum, kaku.

"oi... Dicariin, taunya lagi dua-duaan"
Afdal teman Angga setengah teriak sambil berjalan ke arah bangku ku.

"apaan sih... ganggu, gak tau situasi deh..."

Aku menunduk, Pipiku terasa panas mendengar ucapan Angga.

"gak boleh berduaan tau, kata nenek, yang ketiga setan..."
Afdal berucap sambil tertawa

"ck gak nyadar, situ yang ketiga, artinya?"

"bukan gitu konsepnya ucup..."
"eh Dian, diam-diam aja, btw kalian dah jadian?"

Aku mendongak menatap afdal yang tengah duduk diatas meja Ninis berhadapan dengan Angga.

Tak ada yang menjawab baik aku maupun Angga hanya saling melempar lirikan, bingung.

"kok liat-liatan?, udah belom? Apa masih jalan ditempat?"
Tanya Afdal lagi

'Ish anak ini ngomong apaan sih, gak liat apa mukaku dan segini ngerasa panasnya'
Rutukku dalam hati

"yaa... tergantung Dian sih... Aku masih nunggu jawaban"
Angga menatapku.

Aku menelan saliva, gugup.
Haruskah kujawab sekarang?

"so... Gimana Dian, temenku ini nunggu katanya hehe"
Ucapan Afdal terdengar seperti desakan bagiku

Oh My First Love... (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang