INIKAH RASANYA?

4 1 0
                                    

"awalnya sulit kupahami, getaran aneh itu selalu ada setiap aku melihatmu meski dari jauh. Ternyata aku baru tau, inikah rasanya jatuh cinta?"
.
.
.
Imbas kejadian tak terduga tadi siang adalah, aku tidak bisa tidur!
Aku terus mengulang ingatan jam pelajaran biologi tadi.

Aku tersenyum lagi!
Semua diluar kendaliku.

Aku menunduk, menutupi wajahku dengan bantal mencegah agar bibirku tak selalu melengkung dengan sendirinya.

Duh senyumnya benar-benar tidak sehat!
Lihatlah bagaimana aku jadi gelisah seharian.
Seperti habis mengkonsumsi obat yang berefek pada kegelisahan dan susah tidur. Ck!

"dia cakep, senyumnya manis, tapi kok aku jadi susah tidur?,
Harusnya aku tidur nyenyak dong, kan habis liat cowok ganteng, aneh..."

Aku mengangkat kepalaku lalu menggeleng cepat, aku harus sadar!

"oke stop Dian! sadar! Jangan gila, masa depanmu masih panjang"

Kutarik nafas dalam lalu kuhembuskan perlahan, kali ini aku harus berhasil tidur jika tidak mau kena semprot besok pagi.
***

"aaaarrgghh"
"huaaaa!"
"Mampus, akuuuu telaaattt...!"

Pagi-pagi aku panik sendiri, bagaimana tidak, kurang 10 menit lagi jam 7, dan aku baru bangun itupun setelah ibuku berteriak tepat ditelingaku.

Beliau bilang sudah bosan berteriak dari luar kamar sejak sejam yang lalu. Kuusap telingaku sejenak lalu bergegas aku turun ke bawah rumah menuju kamar mandi, oke kali ini kita pakai cara kilat!

Tidak mandi!
***

Bertepatan dengan kakiku yang melangkah turun dari angkot biru yang membawaku ke sekolah, belpun terdengar.
Kulihat anak-anak yang masih nongkrong di pos jaga langsung membubarkan diri.

Deg!

Tanpa sengaja mata kami bertemu.
Dia ada di pos itu rupanya, bersama dua temannya yang lain.
Dia berdiri menatapku, tanpa menghiraukan dua temannya yang tengah asik tertawa, entah membicarakan apa.

Cepat aku palingan wajahku lalu secepat mungkin berlari menjauh.
Bukannya apa, aku takut tertangkap basah salah tingkah, belum lagi jantungku sudah ber-disco-ria didalam.
Lebih baik aku bergegas masuk kelas.

"pagiii maniiiss..."
"tumben si manis telat?"

Seperti biasa, jangan tanya itu siapa, tiada lain tiada bukan, speaker berjalan.
Mereka mencegatku didepan pintu kelas.

Aku berhenti, mengatur nafas.
"hah... beh rih sik deh, mah sih pagihh jahngan re se' bi sah? Hah hah... "

Ucapku tersengal-sengal karena habis berlari.

"yaa gak asik ah Dian pagi-pagi dah sensitif aja"
Ujar Dirga

"iya nih, curiga sarapannya testpack, makanya sen-si-tif"
Kalimat Aji disambut tawa teman-temanku yang masih ngumpul diluar kelas.

Dasar Aji sableng. Yakali orang makan alat tes kehamilan.

"manis, ngapain lari-larian sih, kan jadi ngosh-ngoshan? Padahal jam pertama juga gak ada kelas, guru-guru semua lagi rapat"

Mataku membola mendengar perkataan Edwin.
"serius? Kok tau?"

"barusan diumumin sebelum bel"

Aku menepuk jidat, berucap pelan.
"tau gitu sempatin mandi tadi!"

"hah! Serius gak mandi!"
Edwin mendekat setengah berisik ditelingaku.
Refleks aku mendorongnya, ntar  disangka ngapain lagi. Dia kelewat dekat soalnya.

Oh My First Love... (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang