Bab XI. Long Day

210 41 54
                                    

Sihir hitam yang Aiko bawa langsung diperiksa oleh Seo Byul di ruang bawah tanah. Sekarang, hanya ada Vaniel, Warren, Tsuya, Aiko, Eno, Caroline, dan Nam Byul di sana. Penyihir-penyihir lain diperintahkan untuk berjaga.

Saat ini, tampak Seo Byul berusaha menjabarkan sihir hitam itu yang disimpan di tabung kaca, mencoba mencari petunjuk. Tetap saja memerlukan waktu yang cukup lama karena Seo Byul harus memilah dan merangkai sihir itu--entah apa yang dia lakukan, tidak ada satupun dari Caroline, Eno, dan Nam Byul yang paham.

"Dari hasil rapat, siapa pengganti Wolfie?" tanya Vaniel.

Eno menghela napas panjang dan tersenyum tipis. "Semua manusia serigala memintaku untuk menjadi pemimpin mereka. Aneh. Biasanya ada serigala yang akan menantang. Namun mereka justru memintaku menjadi pemimpin."

"Artinya, mereka percaya padamu," celetuk Nam Byul.

"Tetap saja tidak mengubah apa-apa. Aku sepakat tapi jika suatu saat aku akan memilih mate, dia akan kuangkat menjadi pemimpin," kata Eno.

Caroline dan Nam Byul mengernyit heran. "Hah?"

"Memang ada yang salah?" tanya Tsuya.

"Tidak. Cuma aku pikir serigala jantan saja yang bisa mencari mate-nya." Caroline menggaruk kepalanya bingung.

Eno mengangguk. "Ya. Tentu saja mate-ku akan menemukanku. Namun, aku juga bisa mencarinya juga. Saat ada seseorang yang mendekatiku dengan intens, mungkin aku bisa memiliki firasat bahwa dia mate-ku."

"Begitu." Tsuya manggut-manggut pelan.

"Maaf menyela, tapi aku berhasil mendapatkan polanya," ujar Seo Byul tiba-tiba.

"Eh?!" Seluruh orang di sana terkejut.

Seo Byul tersenyum lalu menunjukkan sihir hitam itu yang sudah membentuk pola. Kemudian, Vaniel mengambil kertas yang bergambarkan pola sihir hitam yang ada di tongkat Aiko. Mereka semua melihatnya, berusaha mencocokkannya.

"I-ini..." Vaniel terbata-bata, tidak percaya.

"Sama persis!" pekik Caroline tiba-tiba.

Aiko menarik napas, lalu melipat kedua tangannya depan dada. "Jadi, penyihir ini sudah menyamar dan menghancurkan keluargaku."

"Pantas saja! Aku jadi ingat. Kau dan keluargamu pernah mengunjungiku, 'kan? Tepat saat ayahmu baru saja menikah? Itu hari--kalau tidak salah--setelah Dunia Darah. Ingat?" tanya Seo Byul lalu mengangguk pelan. "Dan itu setelah kedua orang tuaku tewas."

"Ya, aku masih ingat. Aku sempat di sana untuk menolong Leona sebelum pindah ke Tokyo. Itu sekitar dua bulan setelah Dunia Darah, dan aku kembali ke Korea untuk menemuimu," jelas Aiko.

Seo Byul menjentikkan jarinya. "Ya! Jadi yang berkata begitu memang Boss, karena ibu tirimu juga berkata hal yang sama padaku!"

"Dia bukan ibu tiriku!" Aiko menatap Seo Byul tajam.

"Sudah!" Vaniel menenangkan keduanya. "Sekarang, kita akan mulai bergerak."

"Apa yang kau sarankan?" tanya Seo Byul dengan tatapan tajam.

"Kita cari jejak terakhir Asami. Mungkin sulit karena sudah sangat lama. Namun ingat, pasti ada yang selalu setia bersamanya, seperti Grevien." Vaniel berujar.

"Dia pasti punya koneksi dengan dunia kita. Aku tidak yakin dia hanya punya koneksi di Loctus, tetapi pasti juga di bumi," celetuk Eno.

Nam Byul mengangguk. "Aku setuju. Pasti ada dalang dibalik semua ini."

Loctus : The Six Nightmares -[5]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang