Bab LXVII. Last Chance

158 32 21
                                    

Sudut selatan dari Lembah Agung berupa tanah lapang padang rumput yang sangat lebar, dikelilingi perbukitan bebatuan yang menjulang tinggi. Dikatakan, padang rumput itu merupakan padang di mana biasanya para peternak mendapatkan rumput terbaik. Namun untuk saat ini, padang rumput itu bukanlah tempat terbaik untuk menjadi tempat pemanenan.

Dekat dengan sisi perbukitan bebatuan utara, berdirilah pasukan Achler dari berbagai kalangan. Mereka semua berdiri, menunggu sampai bangsa Kegelapan datang. Mereka sudah bersiaga sejak dini hari, bahkan mempersiapkan segalanya untuk pertempuran mempertahankan Zeindar. Centaur, satyr, minotaur, bahkan elf dan beberapa hewan ikut ambil andil dalam pertempuran.

Tampaknya langit begitu mendukung kegelapan, terlihat dari tidak adanya matahari. Kai menunggangi kudanya di barisan paling depan dari pasukan Achler, bersiap memimpin pasukan. Di sebelahnya, Veindall dengan kudanya menemani Kai lalu tepat di belakang Kai, Tony bersiap dengan kudanya juga.

Pasukan Achler terdiri dari beberapa prajurit istana, vampir, penyihir, manusia serigala, bahkan sebagian bangsa centaur dan satyr juga ikut. Para hewan yang tersisa seperti singa, harimau, macan tutul, serigala, dan beruang juga ikut dalam pertempuran. Aldrich berada di barisan depan, tepat di sebelah Tony. Lalu Vaniel, Vandice, Raja Will, dan Eno juga saling berjajaran di barisan depan.

"Kai, kau yakin ini akan baik-baik saja?" tanya Eno, tampaknya agak ragu.

Kai menarik napas, menggenggam pedangnya dengan kuat. "Sangat yakin."

"Kau harus tahu, pasukan kita yang tersisa pun tak sebanyak bangsa Kegelapan. Meski kita berhasil membawa kembali Jenderal Molan, bukan berarti itu pertanda baik," jelas Raja Will, lalu menarik kekang kudanya.

"Yang Mulia, apa Anda ingin bertukar?" tanya Kai, menawarkan Raja Will.

"Kurasa, sebaiknya kau saja. Bagaimanapun, kau adalah Lachlers," ucap Raja Will sambil tersenyum.

"Apa kau yakin bahwa mereka akan tiba tepat waktu?" tanya Tony.

Kai menatap Veindall lalu menatap Tony. "Ya, berdasarkan ucapan Veindall, jalur terbang seharusnya tidak ada masalah. Lalu pasukan kita saat ini mungkin sedikit, tapi Achler belum terkumpul keseluruhan. Sebagian masih berada Zeindar bagian selatan. Jika mereka berhasil membujuk Achler yang bersembunyi di sana, mungkin jumlah kita akan jauh lebih banyak."

Raja Will menghela napas. "Aku sudah mencobanya, gagal. Mereka agak sulit untuk dibujuk. Andaikan aku berusaha lebih keras..."

"Tenang saja, semua akan baik-baik saja!" kata Kai pelan.

Tiba-tiba, dari arah selatan, terdengar bunyi terompet yang amat lantang dengan nadanya yang rendah. Lalu, dari balik kabut, derap kaki terdengar begitu jelas. Kegelapan yang jumlahnya semakin banyak kini hanya terlihat semakin bertambah seiring mereka mendekat. Yang paling menarik perhatian Kai adalah sosok Boss dengan gaun hitamnya dan ia tengah berada di kereta yang ditarik oleh serigala besarnya. Lalu Grevien menunggangi kuda hitam di sebelahnya.

Angin pun berhembus, tanpa bantuan Tony. Lalu, tongkat Boss mulai bersinar, tampaknya menyuarkan suara Boss. "Bangsa Achler, terima kasih telah hadir. Dengan penuh rasa hormat, kami menawarkan perundingan dan keuntungan besar untuk kalian. Hentikanlah perang, bergabunglah denganku, maka Zeindar tak akan pernah kusentuh. Ingatlah, kalian masih memiliki kesempatan."

Kai mengangkat pedangnya, lantas seluruh pasukan Achler pun bersorak sambil mengangkat senjata mereka. Tak ada satupun dari mereka yang ingin bergabung. Lalu, Vaniel pun maju, mengangkat tongkatnya yang kemudian bersinar lalu menyuarkan suara Kai. "Terima kasih, tapi... kami menolak. Zeindar adalah tempat aman terakhir. Kau menghancurkannya, tapi langkahi kami dulu."

Loctus : The Six Nightmares -[5]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang