Bab XX. Don't Trust Anyone!

151 49 22
                                    

Suara gemuruh terdengar di balik awan yang kelabu dan padat. Burung-burung terbang melintasi langit meski suara gemuruh itu semakin lama semakin menjadi-jadi. Nam Byul dan Caroline memandang langit yang semakin lama pula semakin tertutup oleh gumpalan kapas kelabu itu.

Ranting demi ranting pepohonan bergerak karena embusan angin yang cukup kuat. Dedaunan pun ikut merontok karenanya, terlebih karena sudah berwarna cokelat keoranyean. Semakin lama, udara mendingin begitu saja, seolah suhu diturunkan sedikit demi sedikit.

"Kau merasakan aroma?" tanya Nam Byul lirih, nyaris saja berbisik.

Caroline menggelengkan kepalanya. "Aroma darah yang kucium terakhir sejak kita hendak memasuki hutan ini. Namun entah, jika sudah memasuki Dark Area, kurasa jawabannya akan berbeda."

Mendengar jawaban dari Caroline, Nam Byul yang menolehkan kepala ke arahnya hanya mengangguk pelan sebagai artian bahwa ia paham. "Lalu, kudengar ada berita darurat lain selain kita harus mencari Linda."

"Ya, kita harus mencari tahu siapa penyusup di kapal Hurricane saat ini. Akan berbahaya jika kita tidak menemukannya," ucap Caroline.

"Caroline benar!" sahut seorang gadis yang berjalan dari belakang mereka.

Secara refleks, Caroline dan Nam Byul mulai menoleh ke arah suara itu. Seo Byul berjalan sendirian sembari menenteng sebuah sapu yang biasa mereka lihat saat orang menyapu halaman luar. Namun pada bagian lidinya benar-benar rapi dan diikat pada ujungnya.

Seo Byul menancapkan sapunya di tanah dan secara ajaib, sapu itu berdiri tegak. Seo Byul tampak membuang napasnya dengan berpose menyilangkan kedua tangan depan dada. Matanya menatap lurus ke arah dua vampir yang ada di hadapannya sekarang ini.

"Jadi, berita penyusupan itu memang benar, 'kan?" tanya Caroline, lebih ke arah memastikan kembali.

"Ya, benar. Vaniel menerima surat ancaman dengan bahasa manusia serigala kuno. Intinya, seseorang sudah berada di kapal dan menunggu waktu yang tepat untuk beraksi dengan para Lachlers. Untuk saat ini, aku belum sempat berbicara dengan mereka lagi," jelas Seo Byul dengan ekspresi yang tampak kesal.

Nam Byul menyipitkan matanya lalu kepalanya pun ia miringkan sedikit. Kedua alisnya tampak bertautan. "Kenapa?"

Seo Byul mendesah pelan sambil memutar bola matanya. "Katanya, penyusup itu bisa siapa saja. Kita harus berhati-hati dan salah sedikit saja, para Lachlers akan berada dalam bahaya besar."

"Kita akan membantu mereka dengan mencoba mencari tahu penyusup yang ada di kapal. Setelah itu, bagaimana kau akan memberitahu mereka? Kau sendiri bilang memberitahu mereka cukup berbahaya untuk saat ini," kata Caroline.

"Ya, mungkin sedikit kenekatan itu diperlukan," sahut Seo Byul dengan santai. "Ayo, sekarang aku antar kalian temui Linda."

Mereka pun mulai memasuki Dark Area setelah berjalan di hutan penuh dengan keheningan. Suasana Dark Area yang selalu tampak seperti lahan mati, ditambah dengan cuaca yang mendung membuat tempat ini lebih mirip tempat penuh kesedihan dan amarah.

Langkah demi langkah terus berjalan di antara dedaunan kering tanpa terlihatnya jalan setapak. Mereka hanya berjalan sesuai insting mereka--tidak tahu jalan yang tepat untuk menuju persembunyian bangsa Kegelapan--tapi mereka yakin, di balik tempat bangsa Kegelapan yang sebelumnya hancur, pasti masih ada beberapa yang tersisa.

Suara kepakan burung yang mendadak terbang membuat mereka mencari sosok burung itu. Rupanya itu hanya burung gagak yang terbang ke arah lain di area ini. Semak-semak yang tumbuh liar dengan duri-duri dan bunga beracun membuat tempat ini seperti tempat yang cocok bila orang ingin mati.

Loctus : The Six Nightmares -[5]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang