Part 12

55 7 4
                                    

Sinar matahari menerpa wajahnya, Starla membuka matanya, dan hendak mengangkat tangannya. Namun, sebuah genggaman tangan membuat Starla menghentikan gerakannya. Starla memicingkan matanya saat melihat orang yang sangat ia kenali sedang tertidur dengan tangannya sebagai bantalan. Starla mendengus kesal, tentu saja itu membuat tangannya pegal.

"Rel?"

Aurel terperanjat saat mendengar Starla terbangun dari pingsannya. Bagai bayi yang baru bangun, Aurel menguap dan mengucek matanya yang perih akibat kucekannya. Aurel terdiam sambil memerhatikan Starla yang menatapnya datar.

"Lo mati atau meninggal sih?"

"Is the date!" celetuk Starla.

Aurel cengir menampilkan gigi kelincinya. Aurel mengambil air putih dan menyerahkannya pada Starla. Namun, Starla tidak menerimanya membuat Aurel meletakkan kembali air putih itu. Aurel menutup hidungnya yang mencium bau yang tak sedap dari tubuh Starla.

"Gue udah minta izin sama pengawas, biar lo bisa pulang sekarang tanpa nungguin bel pulang. Lagian kondisi lo emang menyedihkan, Star," oceh Aurel tanpa henti.

"Gak usah bawel markonah!"

"Ck, nama gue Aurel!"

"Gak peduli!"

"Gue peduli. Nyokap-bokap gue kasi nama bagus-bagus gini, dan lo seenaknya bilang MARKONAH!" kesal Aurel. Mulut Starla perlu Aurel jahit, benar-benar membuatnya ingin sekali menjatuhkan Starla di gedung tertinggi di dunia biar tak ada lagi yang menyebutnya Markonah.

Aurel menatap Starla dengan intens membuat si empunya merasa risih dengan tatapan itu. Mata yang sayu dari Aurel membuat Starla merasa ada yang aneh dengan kelakuan Aurel yang terlihat berbeda dari biasanya. Rasanya ingin bertanya. Namun, gengsi.

"Gue cemburu."

"Terus?"

"Harusnya gue yang di gendongan Tama! Aaaaaa... kenapa harus elo sih," pekik Aurel tak terima. Kirain apa.. Starla memutar matanya malas, jadi si Tama itu yang membawanya ke UKS.

"Terus?"

Aurel berdecak, "Kesel juga ngomong sama cewek judes kayak lo, Star! Gue kesel banget, kenapa harus lo? Kenapa gak gue aja yang pingsan di depan Tama? Pasti udah gue cipok tuh leher dia," gerutu Aurel tak terima.

Starla bangkit dari tidurnya, ia berdecak kesal saat mencium bau seragamnnya yang bau menjijikkan.

"Gue cabut."

Starla mengambil tasnya dan membawanya keluar, sungguh ia butuh ketenangan sekarang, pelampiasan apalah yang membuat hatinya kembali tenang tanpa gangguan apapun. Starla membuka pintu mobilnya dan memasuki mobil kesayangannya. Starla memejamkan matanya sejenak, akibat pukulan dari belakang itu membuat kepalanya berdenyut.

"Maureen sialan," batin Starla.

Starla segera mengendarai mobilnya menuju tempat yang ia inginkan untuk menenangkan pikirannya.

.

Di kursi yang menghadap ke pemandangan yang melihatkan gedung-gedung dan banyak lagi yang dia lihat dengan asap yang mengepul dari rokoknya. Suasana semakin mencekam saat tak ada yang memulai pembicaraan, dia membalikkan badannya dan melemparkan gelas berisi bir ke lantai.

"Bawa dia ke rumah sampai dapat!"

Para ajudannya menunduk ketakutan saat melihat kemarahan yang terlihat jelas dari mata atasannya.

𝑺𝑻𝑨𝑹𝑳𝑨Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang