"Makanya jangan terlalu cinta, cinta itu bikin lo tambah bego!"
Bukannya memberikan motivasi pada Aurel, Starla malah mengumpati Aurel. Aurel berdecak kesal pada Starla, Aurel membasuh wajahnya dengan air wastafel, benar-benar menyebalkan memang.
"Yaudah bantuin gue buat gak bego! Terserah lo mau bilang apa, tapi please bantuin gue buat dapetin hati Tama, udah beberapa tahun, Tama susah banget ngerespon gue, padahal gue sayang... banget sama dia," kata Aurel sambil menitikkan air matanya.
Melihat Aurel menitikkan air matanya, Starla memegang bahu Aurel, lalu berkata. "Najis gue bantuin lo, entar lo malah keenakkan minta bantuan sama gue, manusia kan gitu," balas Starla sengit.
"Sekali minta tolong, malah minta tolong lagi," sambung Starla.
"Please Star, bantuin gue!"
Starla malah meninggalkan toilet, Aurel menghapus air matanya, ia harus meminta bantuan pada Starla. Jika ia meminta bantuan pada Nara atau Dea, percuma saja. Hasilnya malah akan sia-sia, membuat Aurel harus meminta bantuan pada Starla.
"Lepasin Rel! Gue risi banget tau gak, liat lo kayak gini," sentak Starla sambil menghentakkan tangan Aurel secara kasar. "Yaudah sih, bantuin gue Star! Cuman lo yang bisa bantuin g--------"
BRUK
Akibat Aurel tak melihat depan, Aurel malah menabrak dada seseorang, membuat Aurel terjatuh ke lantai. Starla berdeham melihat Aurel terjatuh, karma mungkin.
"Aw! Perih," ringisnya.
Aurel meniup sikunya yang berdarah akibat tergesek.
"Permisi! Gue mau lewat."
Aurel mendongak, matanya memerah melihat orang yang berada di hadapannya. Fano, cowok itu menatapnya dengan sorotan dingin. Aurel berdiri dari terduduknya.
"Lo gak minta maaf gitu sama gue? Gara-gara lo, siku gue luka! Lo harus tanggung jawab," seru Aurel.
Starla memperhatikan keduanya, lalu melihat jam tangannya. Sebentar lagi jam istirahat, lebih baik ia langsung ke kantin dari pada harus ke kelas yang cukup ramai akibat jamkos.
"Untuk?"
Aurel menghentakkan kakinya saking kesal pada Fano yang minta di bogem itu. Udah salah, gak ngaku lagi. "Gue gak salah, lo yang salah," lanjut Fano lalu melenggang pergi.
"URUSAN KITA BELUM SELESAI, FANO!!!" teriak Aurel menggebu-gebu.
Sesampainya di kantin----- tepat saat jam istirahat terdengar, hampir semua murid mendekati area kantin, membuat Starla harus menghela nafasnya.
Keramaian, hmmmmm... mungkin, tak cocok untuk berteman dengannya, karena Starla tak suka berteman dengan keramaian yang pada akhirnya selalu kesepian.
"Btw, itu kan jaket Tama. Ngapain ada di si anak baru itu? Jangan-jangan mereka pacaran."
"Mana gue tau, emangnya gue cenayang mereka!"
Starla memalingkan wajahnya ke arah lain, kenapa coba dengan cowok tak punya hati itu meminjamkannya sebuah jaket? Syarla tak suka jika harus menjadi perbincangan orang-orang.
Berasumsi sebelum bertanya, itulah mereka.
"Lo ngapa cemberut gitu?" taanya Nara melihat gelagat Dea yang sedikit berbeda, padahal tadi pagi Dea sangatlah bersemangat, lalu kenapa sekarang seperti itu?
"Gak!"
"Boong dia, liat gebetan ngebonceng cewek," sahut Aurel sambil menyeruput es doger miliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑺𝑻𝑨𝑹𝑳𝑨
Teen FictionSiapa yang tidak tahu Starla Amelya Edinda? Semua warga sekolah pasti akan tahu pemilik nama yang indah itu. Paras yang sangat cantik dan memiliki tubuh yang sangat body goals. Namun, kekurangannya terlalu banyak untuk disebutkan. Starla Amelya Edi...