Part 4

98 9 9
                                    

"Ngapain sih Rel kita harus se-meja bareng mereka? Enak enggak, risih iya."

Aurel tak peduli pada omongan Starla, Aurel duduk di sisi Fano yang tampak fokus dengan ponselnya. Terserah apa kata orang-orang jika dirinya duduk bersama geng Resfect. Nara bersama Dea duduk di seberang Dika serta Rien.

"Eh neng Dea, apa kabar sayang?" tanya Dika pada Dea.

Dea mendelik pada Dika, apa katanya sayang? Cih, bikin baper aja.

"Sayang-sayang pala lo peyang," ketus Dea.

Nara memerhatikan Rien yang tampak tersenyum kearahnya, tentunya membuat Nara malu, tak menyesal dirinya telat untuk datang ke kantin, jika harus duduk bersama mereka-mereka ini.

"Apa lo liat-liat!" ketus Starla.

Tama mendelik, kenapa harus bertemu dengan dia lagi? Cewek bar-bar dan ribet yang tak tahu berterima-kasih itu, Tama mengambil ponselnya lalu memainkannya tanpa minat sama sekali.

"Rel, pergi yuk," ajak Starma jengah.

"Lo bisa diem gak sih Sya, gue lagi tahap PDKT-an sama Tama. Jadi, lo diem, oke?" bisik Aurel.

"Btw, ada yang mau nitip gak?" tawar Dika. 

Aurel, Nara, serta Dea mengangkat tangannya, karena malas untuk mengantri panjang di stand pendagang.

"Gue bakso, gak pake kecap."

"Mie ayam, jangan terlalu pedes minumnya, es jeruk aja."

"Gue samain cem Nara."

Dika mengangguk-anggukkan kepalanya, Dika kemudian pergi untuk memesan pesanan mereka. Starla melihat Tama yang tengah memandanginya lagi. "Ngapain lo liat-liat gue?" tanya Starla sengit.

"Ngapain gue liatin cewek ribet kayak lo!"

Starla memutar matanya malas, Aurel menatap Tama tanpa berkedip. Dia memang sempurna, sedangkan Nara merasa malu saat Rien terus saja memerhatikannnya, bisa-bisa ia jatuh pingsan jika Rien terus saja memerhatikannya.

Bayangkan jika berada di posisi Fano, hanya menjadi kambing conge. Anggap saja dia tak ada kawan!

"Gue gak ribet ya!!"

"Udah deh Star, jangan debat mulu!"

"Gue gak lagi pilkada ya, Rel!"

"Ngegas mulu lo Sya," sahut Nara.

Starla mendelik, nafsu makannya menurun seketika, hanya karena gara-gara si cowok tak punya hati ini. Starla menyesal sudah berterima-kasih pada Tama.

"Pesanan datang."

Dika meletakkan bakso milik Dea, kemudian diikuti oleh Mbak Yu yang membawa pesanannya.

"Spesial untuk neng Dea, ahayyyy," kata Dika sambil mengelus kepala Dea. Namun, Dea menepisnya.

"Apaan sih lo!"

"Gue cabut!"

"Gue cabut!"

Starla menatap Tama yang juga menatapnya, lalu memalingkan wajahnya, kenapa harus sama sih? Starla berdiri, lalu meninggalkan Aurel yang memanggilnya.

"Star?!" panggil Aurel.

Namun, Staa tak menghiraukan panggilan Aurel, Aurel menggidik lalu melanjutkan memakan baksonya. Tama berdiri lalu pergi begitu saja.

Rien, Dika, serta Fano sudah tau bagaimana tabiat Tama yang seringkali seperti itu.

.

𝑺𝑻𝑨𝑹𝑳𝑨Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang