Part 8

81 8 3
                                    

Setelah seminggu Starla di- skor oleh pihak sekolah, karena ulahnya sendiri. Starla memasuki area sekolah dengan penampilan biasanya, urakan, jauh dari kata rapi. Starla sengaja menguncir rambutnya yang berwarna cokelat, karena terlalu gerah untuk ia gerai.

Starla melirik sekilas Maureen yang tersenyum sinis padanya, Starla menghentikan langkahnya tepat dihadapan Maureen.

"Manusia tak pernah berfikir dua-kali untuk melakukan kesalahan fatal,  karena ego mulai menguasainya. Masih mau macam-macam sama gue?   Berfikir dulu, sebelum bertindak," kata Starla membuat emosi Maureen meludak.

"Lo bukan Tuhan, buat gue takutin!"

"Munafik!"

Starla kembali melangkah melewati Maureen yang sudah merah padam. Starla tersenyum penuh kemenangan, saat Maureen tidak berkutit sama sekali. Tiba-tiba saja ada yang memeluknya dengan erat dan Starla tahu siapa pelakunya, yakni Aurel.

"Gue kirain lo mati mendadak, Star. Lo beneran lost-contact seminggu. Lo gak kangen apa sama gue? Gue, kan, ngangenin, Star. Lo jahat sama gue, Star," celoteh Aurel tanpa henti.

Starla mendelik, "Lebih baik terlihat jahat, dari pada munafik," timpal Starla membuat Aurel melepaskan pelukannya.

"Lo harus tahu tentang ini, Star. Gue dapet nomornya Tama, sumpahhhh!!! Gue seneng sekaligus bahagia, gue gak nyangka Fano mau ngasih nomor Tama setelah beberapa tahun gue coba bujuk si Dika atau si Rien buat ngasih nomornya ke gue dan sekarang? Fano ngasih sama gue," oceh Aurel tanpa henti.

Starla menatap tajam pada Aurel yang sudah mengganggu ketenangannya, "Jangan terlalu terbang, nanti lo jatuh tertimpa kenyataan," timpal Starla.

"Es batu aja lama-kelamaan bisa cair, kenapa seorang Tama gak bisa? Gue yakin 100%, Tama bakalan luluh sama gue, gue jamin itu," ujar Aurel terlalu optimis. Starla memutar matanya malas, ia terlalu malas untuk mendengar celotehan Aurel tentang Tama dan Tama lagi.

Matanya melirik sekilas Ravin yang melewatinya. Namun, langkah Ravin tiba-tiba terhenti dan langsung mencekal tangannya.

"Jangan belaga jadi orang kuat, karena orang kuat itu adalah orang lemah yang pura-pura kuat,"  kata Ravin tiba-tiba berkata pada Starla.

Starla menatap bingung pada Ketua Osis songong itu, kenapa Ravin berkata tiba-tiba seperti itu? Ravin tersenyum tipis dan sangat tipis. Namun, ada yang aneh dengan senyuman itu, seperti menyimpan sesuatu.

"Kak Rav? Lo sehat? Lo ngomong sama Starla atau gue?" tanya Aurel tak mengerti. Starla mencekal tangan Aurel dan menyuruhnya untuk meninggalkan Ravin.

Ravin hanya tersenyum pada Starla lalu berkata, "Emangnya dengan membully kamu akan merasa tenang?  Gak akan, karena Manusia, gak akan pernah merasa puas,:" ujar Ravin lalu pergi meninggalkan Starla dan juga Aurel. Aurel menepuk pundak Starla, membuat Starla terjengkit kaget.

"Ada yang aneh sama Kak Ravin."

Starla hanya diam sambil mengingat setiap perkataannya yang mulai terngiang-ngiang didalam ingatannya.

"Emangnya dengan membully kamu akan merasa tenang?  Gak akan, karena Manusia, gak akan pernah merasa puas." Starla berusaha menepis ingatan itu, ia kembali berjalan bersama Aurel yang terus berceloteh tentang Tama dan Tama lagi.

.

Tama memasukan kedua lengannya pada kedua sakunya dan berjalan menuju kantin untuk menemui ketiga sahabatnya yang sudah menunggu disana. Tama menghela nafasnya saat melihat keadaan kantin yang mulai ramai.

𝑺𝑻𝑨𝑹𝑳𝑨Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang