Tirai-tirai di kamarnya terbuka setelah Naruto menekan tombol pada remot, lalu membuangnya ke atas kasur. Sinar matahari langsung menembus kaca-kaca tebal nan bening. Dia baru saja keluar dari kamar mandi, rambutnya bahkan masih basah dan kini dia tengah bersiap-siap untuk mengenakan setelan hitam, berikut kemeja putih dan dasi berwarna abu-abu, tak lupa pentofel hitam yang mengkilap.
Usai mematut diri di depan cermin berukuran sama dengan tubuhnya, Naruto pun menyisir rapi rambut pirang cepaknya. Sempat berdebat dengan sang ayah karena secara tiba-tiba mengirimnya ke Tokyo, menggantikan posisi CEO lama yang telah mengundurkan diri akibat usianya lebih setengah abad. Namun tetap saja, sebagai satu-satunya pewaris di dalam garis keturunan keluarga, Naruto jelas tidak dapat menolak ketetapan tersebut.
Mau tidak mau, demi kepentingan keluarga lelaki itu memilih berdamai akan keputusan ayahnya, lalu mencoba menjalani segala sesuatu. Meski dia tahu jika mengambil langkah pertama adalah mudah dan tidak di langkah ke dua, ke tiga berikut seterusnya.
Apalagi kabur merupakan tujuan lain Naruto, kabur dari seorang wanita yang sangat membuat dia bosan dan berang.
Rebecca Lattam, wanita seksi nan cantik berkulit eksotis. Kalau orang-orang bilang parasnya tak jauh beda dengan Angelina Jolie. Bibir tebal bulat, mata lebar dengan bulu mata panjang, hidung mungil tapi bangir. Belum lagi lekuk tubuhnya bak gitar spanyol. Dia memang idaman banyak pria, incaran kasanova dan mangsa bagi para lelaki hidung belang lainnya.
Sayang, tidak bagi Naruto. Wanita itu bagai sebuah bencana. Dia pasti akan mengikuti ke mana pun Naruto pergi, menempel bak lintah pengisap darah yang enggan melepaskan diri bila tak puas. Sumpah demi Tuhan, Naruto benar-benar muak. Hingga dia memutuskan memotong adu argumen bersama ayahnya, kemudian bergegas terbang ke Tokyo. Melarikan diri dari Medusa yang menyebalkan itu.
.
.
."Tuan, Anda mau tambahan krim atau gula?" Aiko menawarkan ketika majikannya sudah duduk di meja di samping pantri dan langsung menyesap pelan espreso yang masih berasap itu.
"Tidak usah."
"Ini kue kayu manis Anda," kata Aiko seraya meletakkan sepiring berisi tiga potong kue ke meja. Sedangkan Naruto mengangguk singkat, dia langsung menyantap sepotong kue kayu manis tersebut sampai habis.
"Aiko, tolong bungkuskan beberapa potong lagi untukku ya. Aku tunggu di mobil," titahnya sembari buru-buru beringsut ke depan.
Kue kayu manis merupakan salah satu makanan kesukaan Naruto. Bukan dua atau tiga, dia malah bisa menghabiskan lima potong kue tanpa berhenti. Dan sampai saat ini, kue kayu manis buatan ibunya masih yang terenak sedunia. Begitu menurut lelaki berusia 25 tahun itu.
.
.
.Melewati Distrik Shibuya, Toyota Century hitam milik Naruto parkir di depan sebuah mini market. Barangkali hendak membeli beberapa barang pribadi untuk kebutuhan kantor.
Sol pentofel di kakinya berdenyit, bergesekan dengan lantai keramik yang licin. Baru masuk ke dalam, dia langsung menjadi tontonan menarik bagi para wanita yang berbelanja. Tua maupun muda, mereka semua sama. Matanya tak dapat berpaling dari pesona si rambut pirang.
Kedua tangan diselipkan ke saku celana. Langkah yang tegak, perawakan tenang, tak banyak ekspresi. Dia benar-benar pencuri perhatian. Salah seorang pengunjung tanpa sengaja menjerit keras tatkala tubuhnya menabrak tumpukan kotak sereal gandum yang tersusun membentuk piramida. Kontan kotak-kotak tersebut berserakan merata di lantai, tak lagi berbentuk akibat tidak fokus. Spontan lelaki itu menoleh dan bibirnya tersungging singkat.
"Ugh! Maaf, maaf, aku tidak sengaja," Naruto terkesiap saat seorang wanita tiba-tiba ada di hadapannya, baru saja kening wanita itu menabrak dadanya. "Aduh, maaf ya," kata wanita itu sekali lagi sambil memegang dahinya.
"Hei, Nona. Kalau sedang jalan yang fokus," Naruto menyalak dengan tangan bersedekap. Alis-alisnya turut bertaut. Tidak bisa dipungkiri, bahwa di benaknya merasa sedikit jengkel.
Perempuan itu mendongak, tangannya diturunkan, memperlihatkan poni-poni rata yang menyembunyikan jidatnya."Bukankah aku sudah minta maaf? Apa itu kurang?"
Naruto membuang napas kasar, lalu mendekatkan wajahnya ke si wanita. "Dengar ya, Nona! Kalau semua kesalahan di dunia terbayar hanya dengan permintaan maaf. Maka kehidupan damai akan sulit tercipta, lain kali yang fokus!"
Dari jarak sedekat ini, wanita itu sangat yakin bahwa wajah Naruto luar biasa tampan. Tatapan lembut, bulu-bulu mata yang panjang, hidung mancung, garis rahang tegas, bibir tipis yang agak lebar. Dia seksi!
Wanita itu sontak menggeleng-gelengkan kepalanya, membuang pikiran liar yang hampir datang. Tak lama dia membalas pandangan Naruto dengan tajam."Tuan pintar, sebagai orang yang baik kita diwajibkan untuk memiliki sikap memaklumi satu sama lain. Jangan hidup di bumi kalau tidak bisa beradaptasi, ke planet Mars sana!" ketusnya lagi, hingga amarah Naruto kian bertambah.
"Oh, begitu... ehm..." dia sempat mengangguk-angguk lagi sebelum mendekatkan bibirnya ke telinga wanita itu. "Kau tahu, planet Mars sangat cocok untuk orang-orang kurang serius sepertimu. Jadi bumi ini bisa lebih tertib. Mengerti!" kata terakhirnya tadi dia bisikkan pas ke telinga si wanita, bibirnya agak menempel, menyebabkan wanita itu merinding dan spontan bergeser. Mulutnya menganga, dia mengipas-ngipas mukanya yang terasa panas, otaknya mendidih.
"Dasar pria menyebalkan!" Gerutunya dongkol, sementara Naruto telah mendahului dia dengan senyum sinis di ujung bibirnya.
.
.
.Naruto memakai kacamata hitamnya. Kemudian deram mesin berbunyi halus, dia menarik tuas persnelingnya dengan santai. Namun ketika kakinya hendak menginjak pedal gas, Naruto mendadak mengerem.
Dia mendengkus kasar, pintu mobil berdebam kuat dan dia seketika melabrak seseorang yang sekarang berada tepat di depan mobilnya.
"Apa mobilku ini kurang besar di matamu, huh?! Ya Tuhan, ternyata kau perempuan yang tadi."Naruto melepas kacamata, hidungnya mengernyit, dadanya kembang kempis. Dia menggeram tertahan, entah dengan cara apa dia harus meluapkan kekesalannya kepada wanita menyebalkan ini."Apa kata-kataku sebelumnya kurang jelas? Atau kau ini bodoh, makanya tidak paham? Kenapa kau selalu muncul dan membuatku kesal?"
Dengan kondisi masih terkejut karena hampir tertabrak, lalu mendapat hardikan kasar dari Naruto, samar-samar mata wanita itu mulai berkaca-kaca.
"Sial! Argh!" Berujung Naruto mengumpat sambil mengusap kasar rambutnya dan dia segera pergi dari tempat itu, sebelum amarahnya naik ke puncak, mendorong dia meledak di sana.
"Hinata, ada apa?"
.
.
.Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Comfort table (End)✔️
FanfictionBerawal dari banyak peristiwa menjengkelkan yang memancing amarah tak terkendali. Pun perdebatan tak terelakkan. Namun di saat yang sama, perlahan rasa rindu datang menyiksa. Bagaimana kisah selengkapnya ? Silakan baca. My collab with @laceena Ini...