"Hinata, ada apa ?"
Tanya sosok wanita cantik berambut coklat kemerahan sepunggung, Mei Terumi. Raut cemas tak dapat dihindari saat ia melihat wajah sendu Hinata. Terlebih saat wanita beranak dua itu melihat netra rembulannya berkaca-kaca, hendak menangis.
Hinata buru-buru menyeka sudut matanya. Ia tak ingin mengingat lagi kenangan buruk nan mengerikan yang diberikan oleh makhluk bernama laki laki yang disebut sebagai Ayah.
Hinata menghela napas pendek demi menenangkan diri."Aku .. tidak apa apa, Mei. Terima kasih, karena sudah peduli," ujarnya lirih, seraya menunduk. Ia mencoba untuk menutupi kesedihannya dengan sedikit mengulas senyum.
Mei memandangnya iba sekaligus prihatin. Wanita cantik bertubuh seperti gitar spanyol itu menepuk pelan bahu sahabatnya. Kemudian, melirik arloji di pergelangan tangan kanannya."Ya sudah, ayo kita masuk. Aku takut terlambat. Katanya ada pimpinan baru di kantor, pengganti Tuan Hiruzen," pungkas Terumi, ia menggandeng lengan Hinata untuk masuk ke gedung kantor bersama.
Setibanya di kantor, mereka cukup terkejut. Karena kantor tampak sepi, ia hanya menemukan seorang resepsionis yang hendak bergegas. Entah kenapa dan ada apa, kedua wanita itu tidak tahu.
"Ada apa ini, Rin ? Kenapa kantor tampak sepi ? Padahal ini sudah masuk jam kerja 'kan ?" todong Mei Terumi kepada Rin yang sedang merapikan setelan blezer ungunya.
Wanita berambut coklat sebahu itu mengambil cermin dan meneliti tiap jengkal sudut wajahnya. Kalau saja, ada lipstik atau bedak yang menggumpal di satu titik.
Ia mendesah."Semua karyawan Kitsune Ramen Food diperintahkan untuk berkumpul di aula. Karena CEO baru akan menyampaikan kata sambutan perdananya. Aku sempat berpapasan dengan nya tadi dan kyaaa....!!" Rin berteriak histeris dengan sorot mata berbinar-binar seperti habis mendapat undian berhadiah.
"Dia sangat tampan, tinggi, tubuhnya atletis. Terlebih saat melihat warna matanya yang biru itu. Uhhh...!"Rin kembali berceloteh gemas. Pandangannya menerawang jauh ke kejadian barusan, tentu dengan sipu sipu merah jambu yang ada di pipinya. Ia membayangkan kembali saat berpapasan langsung dengan CEO baru pujaannya itu. Oh, imajinasi Rin mulai bergerak liar kemana-mana.
Setelah mendengar penuturan dari Rin, sontak membuat Hinata meneguk kasar salivanya. Tubuhnya kembali gemetar. Mata biru dan ... tampan ?
"A-apakah dia berambut kuning dengan model cepak, Rin ?" Hinata menyuarakan rasa penasaran yang kian membuncah di dalam dada.
"Ya, dia mempunyai rambut yang sewarna dengan kelopak bunga matahari," balas Rin masih dengan nada riang.
Tapi tiba-tiba matanya memicing penuh dengan api persaingan, saat ia mendengar bahwa Hinata mengetahui warna rambut CEO pujaan."Ngomong ngomong, dari mana kau tahu kalau dia berambut kuning, Hinata ?"
Kali ini, Hinata dibuat tak bergeming. Ia membatu di tempat. Ah, sial. Dia pasti pria yang menyebalkan itu lagi. Umpat Hinata dalam hati.
"Hei, cepat. Ayo kita berkumpul di aula ! Jangan sampai terlambat, apakah kalian mau kena pecat dengan CEO kita yang baru ?"
Mendengar perintah dari salah satu kepala tim keamanan kantor, sontak membuat ketiga wanita itu bergidik.Dengan langkah cepat, mereka terbirit-birit menuju ke lantai 3. Tempat aula gedung kantor Kitsune Ramen Food berada.
.
.
.Kurang lebih 300 orang karyawan Kitsune Ramen Food sudah duduk tenang di dalam aula kantor tersebut.
Jantung mereka berdebar ketika mendengar seruan dari moderator acara pagi ini."Perkenalkan, inilah CEO baru kita, Tuan Uzumaki Naruto."
Sesosok pria dengan tinggi 185cm, rambut sewarna helaian kelopak bunga matahari, wajah tampan dengan rahang tegas dan menawan. Kulit sawo matang dan mata biru yang menampilkan aura hangat sekaligus mencekam dalam satu waktu. Jangan lupa pula, raut wajah datar dan senyum angkuh yang selalu menghiasi perepatan bibir kecoklatan miliknya. Pria bertubuh tegap itu sedang berdiri dengan gagah di atas podium. Tatapan birunya setajam elang dan mampu membidik muka setiap karyawan yang hadir tanpa terkecuali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Comfort table (End)✔️
Fiksi PenggemarBerawal dari banyak peristiwa menjengkelkan yang memancing amarah tak terkendali. Pun perdebatan tak terelakkan. Namun di saat yang sama, perlahan rasa rindu datang menyiksa. Bagaimana kisah selengkapnya ? Silakan baca. My collab with @laceena Ini...