Bab 23 (End)

452 101 45
                                    

Mengingat kejadian kemarin, Hinata harus menekan rasa malu sekaligus gugup saat bersama si penakluk hati, yang tak lain ialah si bos bermarga Uzumaki. Jika tidak karena mereka satu kantor dan pekerjaan mereka yang saling membutuhkan satu sama lain, mungkin Hinata akan menghilangkan diri sementara waktu. Saking malunya.

Tapi apa daya, semuanya harus berjalan sebagaimana hari yang telah ia lewati. Hinata tetap menampilkan wajah biasa serta bersikap profesional saat berada di sisi Uzumaki Naruto. Tak bisa dipungkiri jantungnya ikut bergemuruh saat berjalan di belakang punggung kekar itu. Bertindak sebagai asisten merangkap bagian keuangan, membuat ia harus cekatan dan tanggap dalam segala situasi selama di kantor.

Hari ini, mereka dipenuhi dengan jadwal yang cukup menyita waktu. Pagi, mereka berdua disibukkan dengan inspeksi mendadak di pabrik pembuat produk makanan perusahaan. Mereka bukan hanya memeriksa kinerja karyawan, tapi juga beberapa mesin yang digunakan untuk mengolah bahan baku produk. Masih berfungsi baik atau tidak.

Lalu pada siang harinya, mereka disibukkan dengan rapat pembahasan mega proyek yang akan dibangun di Sapporo. Rapat berlangsung cukup alot karena memakan waktu hampir 3 jam lamanya. Sungguh, hari ini benar-benar melelahkan.

Agenda kegiatan sudah terlaksana dengan baik. Saatnya, mereka kembali ke tempat asal. Naruto dan Hinata menjejakkan kakinya beriringan, di lorong Perusahaan menuju ke ruangan masing-masing.

Merasa ada hal yang ia butuhkan. Naruto menengok ke samping kanan."Apakah kau lapar, Hinata ?"tanya Naruto, bermaksud untuk mengajaknya makan siang bersama di luar.

Hinata melirik, ia menyamakan langkah agar tetap sejajar."Sedikit, kebetulan aku membawa bekal," jawab Hinata apa adanya. Mereka seperti terkoneksi walau hanya sekilas tatap.

Naruto menghela napas. Perutnya mulai berdemo di dalam sana, tak sabar ingin bersantap siang. Jika memungkinkan ia ingin mencoba masakan Hinata.

Baru saja Naruto membuka mulutnya untuk kembali berbicara, tiba-tiba saja ...

"Pak!"

Kedua makhluk berbeda kelamin itu  berhenti melangkah dan saling melempar pandang. Lalu membalikkan tubuh serempak pula.

Pandangan mata mereka tertuju pada gadis cantik yang datang tergopoh-gopoh menghampiri si Bos yaitu Nohara Rin.

"Ya, ada apa, Rin ?"Naruto bertanya. Selain menatap Rin, ia juga melirik reaksi Hinata yang ada di sebelah. Seolah meminta izin.

"Tunggu sebentar,"pinta Naruto dengan suara pelan dan Hinata mengangguk sebagai jawaban.

Rin tampak antusias saat si bos merespon pertanyaan darinya. Ia berdiri di hadapan Naruto dengan muka memerah.

"Uhm, apa Bapak ada waktu sekarang ?"

Naruto mengembus napas singkat. Jika tidak mengenai urusan kantor, ia akan menolak mentah-mentah, karena ia sedang diburu oleh rasa lapar."Ya, ada apa ?"tanya Naruto, tampak terpaksa meladeni.

Rin menyodorkan sebuah map berwarna biru dan Naruto menyambutnya untuk mempersingkat waktu."Ini adalah laporan bulanan dari bagian saya, kira-kira apakah ada kesalahan atau ada hal yang perlu diperbaiki. Mungkin ?" Ini kata Rin, ia menatap intens wajah tampan si Bos yang sedang membuka dokumennya.

Dalam hitungan detik, dua orang staf dari divisi yang berbeda, lagi-lagi datang menghampiri sang CEO."Untung Anda di sini, kami juga berencana menyerahkan hasil laporan dari tim kami. Ini punya saya, Pak." Gadis mungil tersebut sangat manis. Baru beberapa bulan dia bekerja di sini dan tidak perlu waktu lama, dia dapat beradaptasi serta menguasai pekerjaan dengan sangat baik. Namanya Tomoyo, berambut hitam panjang dengan sorot mata yang lembut.

Comfort table (End)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang