Part 6 Ciuman Pertama

16.2K 824 16
                                    

Selamat membaca

Harry POV

"Karena aku mencintai mu, Teh." Jawabku. Kutatap wajahnya sedikit memerah. Ku beranikan diri menarik tengkuknya, lalu ku cium bibirnya. Tidak ada respon apa-apa darinya. Seketika aku tersadar apa yang ku lakukan salah. Aku langsung menjauhkan wajahku darinya.

"Maaf Teh," Sungguh aku benar-benar merasa seperti lelaki bajingan.

"Tidak masalah A. Dan apa kata Aa tadi?" Tanya nya.

"Ya, aku mencintai mu Teh. Entah sejak kapan tepatnya. Tapi setiap hari aku selalu kepikiran Teteh. Merasa ingin selalu di dekatmu Teh. Selalu ingin membuatmu tersenyum, ingin menjagamu, aku juga rindu kalau kita tidak bertemu.

Pertama kali melihat Teteh kembali setelah Teteh jadi mantan istri Kang Heru, ada rasa yang berbeda setiap melihat Teteh. Itu yang kurasakan kepada Teteh."

"Teteh ga tau harus bagaimana. Teteh ini seorang janda sedangkan Aa seorang bujangan. Teteh merasa ga pantes sama Aa, kamu terlalu sempurna A buat Teteh, dan lagi apa kata keluarga Aa, kata semua orang juga," kata Teh Imas, tangan lembutnya menyentuh wajahku.
Ya Tuhan darah ku mengalir lebih cepat dari ujung kaki hingga ke ujung kepala.

"Aku mencintai mu apa adanya, ga peduli apa kata orang."

"Kenapa Aa tidak mencari wanita yang sepadan dengan Aa."

"Aku ga mau. Dari dulu tidak ada yang pas di hatiku, tapi ketika melihat Teteh aku merasakan hatiku nyaman bersama Teteh. "

"Teteh sempurna sebagai seorang perempuan, itu yang aku lihat dari Teteh. Teteh yang ku cari selama ini."

"Beri Teteh waktu A. Minimal sampai waktu iddah Teteh selesai"

"Baiklah, tapi kapan waktu Iddah Teteh selesai?"

"Dalam Agama kita, apabila seorang perempuan hamil bercerai dengan suaminya, maka masa Iddah nya sampai anak yang di kandung nya lahir."

"Oke aku akan tunggu sampai Teteh melahirkan, tapi sampai waktunya Teteh melahirkan, biarkan kita seperti ini dulu saling dekat saling mengenal satu sama lain."
Teh Imas mengangguk.
Lalu ku kecup bibirnya sekilat.

"Aku ga akan minta maaf untuk yang satu itu Teh, abisnya bibir Teteh menggodaku dari tadi."

"Ihhh, Aa mah. Kita belum halal ga boleh,"

"Sebenarnya aku ingin menghalalkan mu sekarang juga, tapi belum boleh ya?"

"Sabar A. Kalau kita jodoh ga akan kemana. "

"Amin,"

"Aku turun dulu ya, selamat malam. Assalamualaikum, "

"Waalaikum salam,"

"Hati-hati A bawa mobilnya,"

"Iya sayang. Udah gih masuk, dingin, kasihan calon anak ayah,"

Teh Imas hanya tersenyum. Sungguh senyumannya melelehkan hatiku.
Apalagi kalau dia sudah memanggilku dengan sebutan Aa. Sungguh suaranya terdengar sangat seksi di telingaku.

              ********

Nimas POV

Setelah pengakuan A Heri tadi, malam ini aku ga bisa tidur, sungguh aku tidak tahu harus bagaimana.

Jujur aku juga tertarik dengan nya. Tapi aku sadar aku siapa.
Bagaimana tanggapan keluarga besarnya. Sungguh aku belum siap menghadapi mereka.

Ya Tuhan aku harus apa sekarang, aku akan  memberikan dia jawaban setelah aku melahirkan anakku.

Sebenarnya aku masih sedikit trauma akan pernikahan. Tapi aku sadar aku juga butuh sosok pendamping apalagi setelah anakku lahir.

"Dede kamu suka ga kalau pamanmu jadi ayahmu, " kataku pada anak yang ada dalam rahimku. Hanya tendangan sebagai respon.

"Apa,,, kamu setuju kalau bunda menikah dengan paman Heri ya nak." Dia menendang semakin kuat.

"Oke,, oke,, bunda akan terima dia jadi ayahmu. Tapi nunggu kamu lahir dulu ya sayang. Biar nanti kalau di poto keluarga kamu udah ada di poto pernikahan bunda dan paman Heri."

Aku masih mengajak anakku berbicara meskipun hanya tendangan yang ia lakukan sebagai respon.

"Belum tidur Mas," nenekku datang membawakan ku susu hamil.

"Belum ni, biasa lagi ngajak ngobrol, ga mau tidur, terimakasih ni. Tadi Imas mau keluar bikin susu, tapi dia nendang kuat banget. Agak sakit,"  nenekku lalu mengusap-usap perutku. 

Kenapa sekarang aku kepikiran A Heri yang mengusap perutku. Sungguh memikirkannya saja membuat aku deg-degan.

Bersambung

Mohon maaf banyak typo

THB

Suami Kedua  (Turun Ranjang)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang