"Selamat malam, terimakasih untuk hari ini."
Kata-kata itu masih terngiang di kepala seorang gadis yang kini tengah menuju lift yang akan mengantarkannya ke lantai dimana tempat ia tinggal. Ia terkadang berfikir untuk apa kata terimakasih itu ditujukan padanya, karena selama perkenalan tadi ia hanya bisa diam dan membisu. Entah karena gugup atau dirinya yang tidak menikmati perbincangannya dengan sang gadis Tan yang dikenalkan oleh teman serumahnya.
Ia memasuki rumah dengan lesu kemudian masuk kamar menghiraukan temannya yang sedang menonton televisi di ruang tengah sambil memakan kripik kentang yang sudikit berceceran di sofa dan kakinya.
Merasa dihiraukan, gadis yang sedang menonton televisi tadi pun menghampiri seseorang yang sudah dianggap nya sebagai kakak sendiri.
"Unnie."
"Hmmm.." Gadis bernama asli Jessica Jung hanya menjawab dengan deheman namun pandangannya masih setia pada langit-langit kamarnya.
"Bagiamana?"
"Tidak bagaimana-bagaiamana." Jawab Jessica singkat.
"Apa dia tidak asyik?"
"Bukan begitu, entahlah aku tidak tahu. Tadi sangatlah canggung, kita tidak bicara begitu banyak."
"Serius?? Sangat canggung? Dia bukanlah tipe orang yang pendiam..." Ucap gadis yang masih menyandarkan tubuhnya di pintu.
"Apa jangan-jangan, kau terlalu cantik sehingga ia jatuh cinta pandangan pertama saat bertemu denganmu?" Tanyanya lagi dengan mata yang melebar.
"Ckck, tidak ada yang namanya cinta pandangan pertama. Awas Yoong! Aku mau mencuci muka ku." Ucap Jessica menggeser tubuh teman serumahnya yang menghalangi jalannya.
Setelah selesai melakukan kegiatan rutinnya sebelum tidur, Jessica kembali dan melihat ponselnya yang sudah terdapat pesan.
"Maaf, sepertinya pertemuan kita hari ini membuatmu bosan."
"Aku tidak suka orang yang terlalu banyak mengatakan maaf dan terimakasih. Itu membuatku merasa bersalah." Ucap Jessica pada dirinya sendiri lalu meletakkan ponsel di nakas tanpa membalasnya.
Sedangkan sang gadis pengirim pesan sedang gelisah menunggu balasan yang tak kunjung datang sejak dua jam lalu. Ia menonton televisi namun selalu bolak-balik mengecek ponselnya.
"Yuri, kenapa belum tidur, nak?" Tanya sang ibu pada anak keduanya.
"Aku belum terlalu mengantuk, Eomma." Jawab Yuri sambil tersenyum pada wanita baya yang usianya belum genap berusia 50 tahun. Namun sudah terlihat jelas jika wanita itu masih memiliki wajah menawan meskipun di usianya yang sudah tidak muda lagi.
"Eomma juga kenapa belum tidur?" Tanya Yuri pada ibunya.
"Merindukan Appa-mu." Jawabnya.
"Kekeke, bahkan Appa baru saja pergi pagi ini. Ayo, aku akan menemani Eomma tidur malam ini." Yuri menggandeng lengan ibunya dan mengajaknya memasuki kamar milik orangtuanya.
Baru saja beberapa langkah mereka berdua berjalan meninggalkan sofa, seorang penghuni kamar keluar dan menuju dapur kemudian mengisi teko transparannya dengan air putih hingga penuh.
"Taeyeon..." Panggil sang wanita paruh baya.
"Masuklah terlebih dahulu, Eomma akan berbicara dengan kakakmu." Ucap Ibunya.
Yuri mengangguk namun ia tidak benar-benar masuk ke dalam kemar, ia memang masuk, akan tetapi ia masih bisa mengintip di balik celah pintu saat ibu dan kakaknya berbincang. Seperti biasa, kakaknya itu hanya bersikap dingin, menjawab seadanya, dan lebih senang menanggapi semua pertanyaan perhatian ibunya dengan anggukan ataupun gelengan kepala.
KAMU SEDANG MEMBACA
Prof. Independent (COMPLETED)✅
FanfictionTaeyeon mencoba berdamai dengan masa lalunya, namun selalu bersikap seolah tak membutuhkan siapapun di dunia ini, ia pikir ia bisa melakukan apapun sendiri. Hingga saat gadis itu datang, kehadirannya membuatnya merasa bergantung. Saat itulah ia sada...