Taeyeon sedang duduk bersama Karina di sebuah ayunan yang ada di yayasan panti asuhan ini. Gadis remaja itu juga memperkenalkan namanya yang lain, yaitu Karina, yang katanya nama ini merupakan nama lain yang diberikan oleh ibunya dahulu.
Taeyeon memberitahukan pada Karina langkah apa yang akan ia ambil selanjutnya. Proses adopsi anak bukanlah hal yang mudah, itu membutuhkan waktu sekurang-kurangnya adalah 6 bulan. Dan ada hal lain lagi yang membuat Taeyeon diragukan untuk mengadopsi Karina.
Dirinya memiliki pendapatan yang lebih dari cukup untuk memenuhi salah satu syarat ini, hanya saja satu-satunya hal yang perlu diperhatikan adalah dirinya dahulu merupakan pasien yang mengidap Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD) atau yang biasa dikenal dengan gangguan kecemasan. Tepatnya setelah kepergian kekasihnya yang dulu.
Ia berjuang sendiri selama masa penyembuhan, bahkan ia selalu mengkonsumsi obat penenangnya agar dirinya bisa bekerja seperti biasa. Dan semua itu berjalan dengan lancar, ia terlihat normal dan sangat baik-baik saja selama mengajar ataupun melakukan pekerjaan yang semestinya ia lakukan. Hanya saja saat sudah sampai rumah, ia akan kembali menjadi Taeyeon yang sakit. Lebih tepatnya di dalam kamarnya sendiri, karena hal itulah ia selalu mengunci pintu dan sama sekali tidak pernah membiarkan orang masuk. Ia tak memberitahu siapapun, termasuk ibunya mengenai apa yang ia alami.
Taeyeon sendiri pun tidak bisa memastikan dirinya benar-benar sudah pulihkah atau belum. Karena ia berhenti di tengah jalan dan tidak melanjutkan pengobatannya, ia hanya merasa tidak terlalu membutuhkan obat-obatannya lagi walaupun masih terdapat gejala-gejala yang masih belum bisa hilang selama ini, seperti insomnia dan mimpi buruk, ketakutan yang berlebih, mood yang berantakan, serta mengalami mual saat menghadapi situasi yang mengingatkannya dengan trauma yang ia hadapi. Sehingga ia harus benar-benar dinyatakan sembuh apabila akan melakukan pengapdopsian anak secara resmi.
"Maukah kau menunggu sedikit lebih lama lagi? Aku akan memastikan diriku benar-benar sembuh setelah itu aku akan membawamu pergi dari sini." Ucap Taeyeon pada gadis itu.
"Unnie.. berusahalah sembuh karena dirimu sendiri, bukan karena ingin membawaku pergi bersamamu." Ucap Karina menunduk. Ia merasa tidak enak karena Taeyeon harus mengurus lebih banyak hal lagi demi dirinya.
"Tentu, aku juga melakukan ini untuk diriku sendiri. Tidak perlu khawatir. Jimin-ah, hubungi aku jika Nyonya Park atau yang lain melakukan tindakan di luar batasnya padamu." Ucap Taeyeon menatap Karina intens.
Karina tersenyum dan mengangguk mantap memberikan jawabannya pada Taeyeon.
"Aku harus pergi dulu, jaga dirimu baik-baik dan selalu kabari aku apapun yang terjadi." Taeyeon tersenyum, mengusap kepala gadis itu lembut kemudian pergi dari tempat tersebut.
_________________________
Taeyeon berjalan menuju unitnya tanpa menyadari jika sejak dari lobi tadi ada seseorang orang mengikutinya. Bahkan Taeyeon tak sadar selama berada di dalam lift ia hanya berdua dengan Yuri. Yuri memakai hoodie tidak memperlihatkan wajahnya dan juga Taeyeon tidak perduli dengan sekitarnya.
"Unnie!" Ucap Yuri sebelum Taeyeon menempelkan access card ke pintu unit apartemennya.
Taeyeon tak menjawab hanya menatap tak suka ke arah Yuri dan menunggu adik tirinya itu untuk mengatakan sesuatu. Keduanya masih berdiri dan saling berhadapan.
"Biarkan aku masuk terlebih dahulu." Ucap Yuri.
Taeyeon masih tak menjawab, namun ia membuka pintunya dan mempersilahkan Yuri masuk meskipun dengan diam seribu bahasa dan tidak ada keramahan sama sekali yang ia perlihatkan.
Taeyeon menghampiri Yuri dan memberikannya sebotol air mineral dingin yang baru saja ia ambil dari kulkas. Masih berdiri dan enggan untuk duduk di samping sang adik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Prof. Independent (COMPLETED)✅
FanfictionTaeyeon mencoba berdamai dengan masa lalunya, namun selalu bersikap seolah tak membutuhkan siapapun di dunia ini, ia pikir ia bisa melakukan apapun sendiri. Hingga saat gadis itu datang, kehadirannya membuatnya merasa bergantung. Saat itulah ia sada...