Azady terbangun dari tidurnya ketika ponselnya berdering tiada henti. Ia lantas melihat jam yang tergantung di dinding kamarnya yang menunjukkan pukul dua kurang lima belas menit pagi. Tangannya kemudian bergerak untuk mengangkat panggilan yang terus masuk dari orang yang sama.
"Ken-"
"I miss you." Azady lantas mengerutkan dahinya bingung. Kembali menjauhkan ponselnya dari telinga untuk memastikan bahwa yang sedang berbicara dengannya sekarang adalah Gamma.
"Gam, lo mabok ya?"
"Gue kangen Dy, tiga hari ini lo sibuk banget sampe nggak bisa ketemu gue."
Azady menghela napas pelan sebelum perlahan bergerak turun dari kasurnya dan mencari kardigannya di lemari begitu yakin cowok itu sedang dalam kondisi mabuk. "Lo dimana? Biar gue susul."
Gamma terkekeh pelan. "Lo kalau lagi perhatian lucu."
"Dimana? Biar gue temuin lo sekarang."
"Gausah Dy, sebentar lagi gue juga sampe rumah lo kok." Azady lagi-lagi menghela napas. Kenapa Gamma tidak pernah bertindak dengan lebih hati-hati sih. Ini pagi buta dan Gamma sedang perjalanan menuju rumahnya dengan keadaan mabuk.
Menarik sekali kalau terlihat oleh tetangga bukan? Ya walaupun bukan hanya sekali ini cowok itu datang ke rumahnya di jam yang sama dengan keadaan yang sama pula. Tapi yang Azady khawatirkan itu takut Gamma menabrak sesuatu atau seseorang. Bisa-bisa semua keadaan akan runyam.
"Ngapain kesini sih? Kayak nggak punya rumah aja ya lo." Sahut Azady sedikit kesal bercampur khawatir. "Hati-hati dijalan kalau gitu, udah matiin teleponnya sekarang."
Tanpa Azady bisa lihat, Gamma sedang tersenyum lebar menanggapinya. "Kan lo rumah gue kalau lo lupa."
"Ya nggak-"
"Gue udah sampe, sini turun." Gamma memberi tahu membuat Azady langsung melihat keluar dari jendelanya sebelum beranjak turun dari kamarnya dengan langkah pelan dan hati-hati takut bundanya akan terbangun. "Jangan lama-lama, gue udah kangen banget."
"Bawel."
"As always ya Dy, selalu gue yang lebih rindu lo." Ujar Gamma bercanda, namun Azady yakin sebagian dari diri Gamma serius tentang ucapannya meskipun keadaannya sedang tidak sadar seratus persen.
Oleh karena itu, satu-satunya cara agar Azady tidak merasa bersalah saat ini adalah dengan cepat-cepat menghampiri laki-laki itu dan membawanya ke pelukannya.
Setidaknya agar Gamma juga tahu, bahwa dirinya juga merindukan laki-laki itu meskipun tak sebanding dengan perasaan Gamma.
.
."Lo jadi ke apart gue hari ini?"
Azady mendongak dan menemukan Gamma yang sudah berdiri didepannya dengan segelas kopi yang diulurkan untuknya. Dengan senyum manisnya, Azady mengambil kopi itu. "Tau aja gue lagi haus."
"Dasar."
Namun, baik Gita dan Acha yang sedang makan bersama Azady disana pun langsung mengalihkan perhatiannya pada cowok itu, terlebih setelah dia berkata demikian.
"Gue nggak salah denger kan? Ke apart lo?" Tanya Gita sambil melihat kearah Acha dan Azady untuk memastikan pendengarannya sebelum menatap Gamma meminta penjelasan.
"Apa liat-liat gitu? Kepo banget lo, Ta."
"Apasih Gam, gue kan cuma nanya."
"Gaboleh banyak nanya, ini urusan percintaan gue dan Azady." Sahut Gamma dengan senyum jailnya itu membuat ketiganya lantas memalingkan muka dan bersikap seolah-olah ingin muntah.
"Gausah ngomong yang aneh-aneh." Ujar Azady.
"Mana anehnya? Kan emang kenyataannya." Gamma akhirnya memilih untuk ikut duduk setelah melihat percakapan akan berlangsung cukup lama. Cowok itu duduk di depan Azady yang hanya menatapnya dengan tanda tanya.
"Heh, lo jadi ke apart gue kan? Kan udah janji."
"Ngapain sih ke apart-apart, konotasinya jadi negatif kalo lo yang ngomong Gam." Balas Acha sebelum Azady sempat menjawab pertanyaan Gamma disertai dengan tatapan memincingnya pada cowok itu.
"Astaga Cha, jelek banget pikiran lo." Gamma berkata seolah merasa tersakiti. "Emang lo pernah liat gue ngapa-ngapain Azady."
"Ya jangan sampe!" Seru Gita dan Acha bersamaan sementara Azady hanya tertawa kecil melihat Gamma yang sekarang sedang dipukul oleh Gita yang duduk disampingnya.
"Lo kalo ngomong jangan asal dong ah! Gue tau lo bar-bar tapi mulut lo yang sopan dikit."
"Sakit Git yaampun. Lagian lo curigaan banget sih sama gue," Gamma beralih untuk duduk disamping Azady, berusaha menjauhkan dirinya dari Gita. "Lo tanya aja nih sama temen lo kita mau ngapain?"
Baik tatapan Gita maupun Acha lantas menatap Azady meminta penjelasan. Bukan apa-apa, pasalnya Gamma hampir tidak pernah membawa Azady ke apartemennya karena cowok itu juga tak menetap disana. Namun mengapa kali ini cowok itu mengajak Azady kesana.
Azady melirik Gamma sekilas seolah menyalahkan cowok itu sebelum menjelaskan tujuannya. "Gamma minta gue masakin sekalian bantu dia bersihin apart, mau pindah kesana dia."
"Kok lo jadi kayak babunya Gamma?"
"Sialan." Azady tertawa atas ucapan Acha. "Nih, Gammanya maksa-maksa gue, mana bisa gue tolak."
"Kok maksa sih? Bukannya lo yang janji ke gue ya?" Tanya Gamma dengan alis terangkat satu.
"Lo mana bisa inget sih Gam, kan lo mabok waktu maksa-maksa ke gue nya."
"Ih masa iya?"
Azady menggumam menjawabnya sementara Gamma langsung menyengir canggung padanya.
"Kok lo tiba-tiba pengen pindah ke apart? Kenapa?" Gamma lantas mengalihkan pandangannya kearah Gita yang kembali bertanya. Cowok itu melemparkan sehelai daun jatuh yang ada di meja pada perempuan itu. "Kepo lo daritadi."
"Lo songong banget ya Gam daritadi gue liat-liat."
Kini semuanya kecuali Gita tertawa kecil melihatnya yang sudah kesal. "Gapapa Git, cuma semalem gue tidur disana nyaman aja jadinya mau pindah. Sayang juga gak kepake."
Gita ber-oh ria dan tak lama beranjak bersama Acha untuk membeli minuman sekaligus memberi waktu bagi Azady dan Gamma untuk berbicara berdua.
"Nanti gue susul jam berapa? Lo masih ada kelas kan?"
"Iya. Lo duluan aja Gam, gue masih ada rapat dulu juga."
"Sampe jam berapa?"
Azady tampak berusaha mengingat sebelum menjawab. "Jam lima kayaknya."
"Lo nanti mau gue jemput apa naik ojol?"
"Naik ojol aja biar lo nggak bolak-balik ke kampus."
Gamma bangkit dari duduknya dan tersenyum simpul menatap perempuan itu. "Yaudah gue jemput aja kalau gitu."
"Ih? Ngapain nanya kalo gitu. Udah gausah deh gue naik ojol aja."
"Apasih? Kan gue mau jemput juga. Gue harus memastikan lo bakal aman sampe balik ke rumah." Sahut Gamma membuat Azady memutar bola matanya malas. Kadang Gamma itu suka lebay tidak tertolong ya?
"Lebay ya gue?"
"Iya! Pake nanya lagi."
Cowok dengan kaos hitam itu tertawa pelan. "Yaudah gue balik ya, oiya bilangin temen lo juga tuh. Sebrengsek-brengseknya gue gabakal buat lo kenapa-kenapa atau terluka."
Azady hanya tersenyum tipis menanggapinya.
Tak akan buat terluka ya? Memangnya janji seperti itu bisa tepati? Bahkan dia yang bilang gitu juga ujung-ujungnya menjadi orang yang paling menyakiti hatinya.
Ah, dia lagi.
•••••
21.24 pm
21 February 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Ruang Jeda
Ficção Adolescente"Lo mau kita udahan?" Pertanyaan yang akhirnya keluar susah payah dari mulut Gammario mampu membuat mata Azady kini memanas. Ia tidak mengerti kenapa keadaan bisa sampai sekacau ini. "Gamma gue-" "Ayo gue turutin Dy, kalo emang itu mau lo." Kini air...