"Bubur diaduk atau gak diaduk?"
Azady merengut heran begitu mendengar pertanyaan yang Gamma tanyakan. Pasalnya ini masih jam enam pagi dihari sabtu, tapi telepon dari cowok itu yang membangunkannya dari tidur dan ia malah menanyakan mengenai bubur? Mengesalkan sekali bukan seorang Gammario itu.
Azady mengerjapkan matanya beberapa kali, kemudian mengucek matanya sesaat. Berusaha membuat pandangannya lebih jelas. Ia berdeham pula agar suaranya tak terdengar terlalu parau. "Is this another random you again?"
Ditempatnya, Gamma malah tertawa kecil begitu menyadari Azady baru saja terbangun karenanya. "Did i wake you up?"
"Masih perlu nanya lo?" Sahut Azady yang kemudian bangkit dan duduk bersandar pada dinding kamarnya. "Lo nelpon gue cuma buat nanyain bubur aja Gam? Like, really?"
Cowok itu menggumam mengiyakan, membuat Azady benar-benar tak habis pikir. "Ampas banget lo."
"Pagi-pagi udah sumpah serapah aja." Balas Gamma yang sebenarnya malah tertawa mendengar Azady berujar demikian."So what's your answer?"
Perempuan itu menghela napas pelan, berusaha menghilangkan perasaan kesal karena Gamma mengganggu tidurnya. Ini hari sabtu, Azady ingin akhir minggunya berjalan lancar tanpa perasaan kesal dan keributan. Sehingga ia sebisa mungkin menjawab pertanyaan Gamma dengan lembut. "Bubur diaduk."
"Kenapa lo lebih milih bubur diaduk?"
Azady tampak berpikir sejenak sebelum menjawab. "Ya karena biar bumbu dan toppingnya tercampur rata aja. Udah kan? Lo nanya itu aja. Gue mau lanjut tidur lagi nih."
"Eh, eh, tunggu dulu Dy." Sambar Gamma langsung, berusaha menahan perempuan itu untuk mematikan sambungannya. "Gue udah di luar rumah lo nih. Sini kebawah."
Mendengar Gamma berujar demikian, Azady lantas terperanjat kaget. Bola matanya langsung membulat besar seraya dirinya buru-buru turun dari kasurnya dan bergerak ke jendela kamarnya. Hendak mengecek kebenaran dari perkataan cowok itu.
Ketika ia membuka jendelanya dan melihat kebawah, benar saja, cowok itu sudah bertengger diluar mobilnya. Gamma pun tengah menatap balik dirinya seraya tersenyum simpul dan tangannya mengisyaratkan agar dirinya segera turun.
"Lo ngapain?!" Seru Azady karena terkejut sekaligus terheran-heran membuat Gamma lantas menjauhkan ponselnya dari telinganya. "It's six in the morning, Gammario. Matahari juga belum naik sepenuhnya."
Gamma malah tertawa. "Gue cuma mau ngajakin lo nyobain makan bubur diaduk kayak pilihan lo."
"Gamma, seriously." Azady tak bisa berkata-kata lagi. Ia mendesah pelan. "Tunggu, gue kebawah." Ujarnya pada akhirnya sebelum mematikan sambungan teleponnya dengan Gamma.
Namun, bukannya segera turun, perempuan itu memilih untuk menuju kamar mandi, membasuh muka dan sikat gigi. Setelahnya ia mengambil hoodie berwarna mint dan memakainya seraya menyemprotkan parfum cukup banyak. Meskipun Azady terlihat cuek, tapi tetap saja perempuan itu tidak ingin terlihat terlalu kucel di depan pacarnya itu.
Ia kemudian dengan segera menghampiri Gamma yang masih dengan setia menunggu diluar mobilnya begitu Azady baru saja membuka gerbang rumahnya.
"Lama." Protes Gamma membuat Azady lantas mencibir. "Lo juga lagian aneh, kesini pagi-pagi."
"Gue kan mau ngajakin lo sarapan, masa dibilang aneh?" Balas Gamma tak mau kalah. "Soalnya kebiasaan lo kalau akhir minggu biasanya bangun siang trus kelewat makan deh."
"Makanya ini gue ngingetin lo buat sarapan, sekalian gue temenin." Tambah Gamma seraya menjentikkan jarinya pelan di dahi Azady yang membuat perempuan itu meringis pelan dan menatapnya sinis setelahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ruang Jeda
Ficção Adolescente"Lo mau kita udahan?" Pertanyaan yang akhirnya keluar susah payah dari mulut Gammario mampu membuat mata Azady kini memanas. Ia tidak mengerti kenapa keadaan bisa sampai sekacau ini. "Gamma gue-" "Ayo gue turutin Dy, kalo emang itu mau lo." Kini air...