/sembilan belas

430 47 35
                                    

"Eh, hey, tumben nyariin." Cowok itu tampak mengatur napasnya sesaat setelah berlari dari kelasnya dilantai tiga untuk menghampiri perempuan yang menunggu di lobby gedung jurusannya itu. "Kenapa, Dy?"

"Gausah lari juga, Gam, kan lo jadi keringetan." Azady malah menjawab hal yang lain selagi menghapus keringat di dahi Gamma dengan punggung tangannya yang sanggup membuat cowok itu tertegun untuk sesaat.

Azady-nya terasa berbeda kali ini.

"Lo kenapa deh?" Tanya Gamma heran, membuat Azady yang ditanya menatap balik dirinya tak kalah herannya.

"Kenapa apanya?" Azady bertanya balik tak mengerti, membuat Gamma langsung menggeleng menjawabnya seolah berkata bukan apa-apa. "Nggak jadi."

"Trus, lo kenapa kesini? Tumben banget deh main ke jurusan gue."

Bukannya menjawab perempuan itu justru malah menunjukkan plastik bening yang berisi minuman seraya tersenyum manis. "Tadaa! Boba buat lo nih, mau kuis kan ntar siang? Gue kesini mau nganterin ini aja sih."

Gamma lagi-lagi merasa keheranan meskipun senyumnya tak dapat ia tahan untuk tidak mengembang. Siapa yang tidak senang diberi sesuatu oleh sang pacar bukan?

"Sumpah, lo kenapa deh. Kesini buat nganterin ini?" Sahut Gamma dengan intonasinya yang terdengar excited. "Kok lo gemes banget sihh?!"

Azady mengerucutkan bibirnya meskipun setelahnya ia tersenyum geli. "Lo nanya kenapa mulu, emangnya gue nggak boleh ngasih sesuatu buat pacar sendiri?"

Gamma lantas tersenyum lebar mendengarnya. "Bukannya gitu, tapi gue kayak aneh aja. Kayak bukan lo yang biasanya gitu." Gamma sedikit menjelaskan yang membuat Azady mampu benar-benar memahami maksudnya.

"Sorry ya, Gam, gue jarang kayak gini ke lo sih ya. Keliatannya selalu kurang peduli sama lo." Sahut Azady dengan sedikit penyesalan apalagi setelah melihat Gamma yang bisa sebahagia itu hanya dengan hadiah kecil darinya.

"Enggak, enggak, bukan kayak gitu maksud gue." Intonasi Gamma berubah jadi panik. Enggan membuat pacarnya itu merasa bersalah. "Gue tau kok lo peduli sama gue. Banget malah, cuma emang lo masih gengsi aja kan buat nunjukinnya?" Gamma malah balik menggoda membuat Azady lantas memutar bola matanya malas.

"Ye, sok tau lo." Azady tersenyum mengejek kemudian menggenggamkan kantung plastik sebelumnya pada Gamma. "Ya pokoknya diminum ya. Itu ada makanannya juga, lo makan. Lo pasti belum makan makanya gak gue pesenin kopi. Nggak seberapa sih, tapi semoga bisa jadi penyemangat lo buat kuis nanti."

Azady kemudian tersenyum manis menatap Gamma sebelum mengacak rambut cowok itu gemas meskipun harus berjinjit untuk meraihnya. "Semangat kuisnya yaa, lo stress banget kan dari kemarin-kemarin buat kuis hari ini. Tapi pasti usaha lo terbayarkan kok."

Gamma yang diperlakukan dan mendengar kata-kata seperti itu entah mengapa langsung merasa mellow. Sungguh deh, Azady itu seperti titik lemahnya. "Sumpah makasih banget ya, Dy?"

"Apasih, tatapan lo nggak usah kayak gitu, Gammario."

"Ya tapi gue tuh jadi mellow tau nggak? Kayak, gue lagi capek banget belajar terus udah muak, pusing mikirin kuis eh tau-tau lo dateng kesini. Pake segala ngasih sesuatu juga." Jelas Gamma panjang lebar masih dengan tatapan terharunya itu. "Gue sayang banget sama lo deh, Dy."

Azady langsung memutar bola matanya malas berusaha menggoda cowok itu. "Anak-anak kampus tuh tau nggak ya kalo lo lebay banget sampe mampus gini? Mana citra cowok keren lo, Gamma??"

Gamma yang sebelumnya terharu lantas terkekeh geli mendengar penuturan dari Azady. "I'm just being me, in front of you. Gue gini ke lo doang tau."

Ruang JedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang