Daun Yang Mengambang

19 13 1
                                    

Cinta itu seperti angin, terasa namun tak terlihat. Dan mungkin cintaku ini bagaikan daun yang mengambang di atas permukaan air, entah kemana ia menuju, entah dimana ia akan singgah.

Daun itu ingin singgah di daratan Dan ingin menetap di pepohonan tapi angin membawanya ke tepian sungai, sehingga ia terombang ambing oleh sungai yang mengalir, begitupun dengan perasaan nya, perasaan bimbang yang sangat rumit untuk dijelaskan dan sulit dalam suatu pilihan.

Aku hanyalah manusia biasa yang tidak luput dari salah, banyak kesalahan yang ku perbuat, tentunya kesalahan membuatnya kecewa.

Nampak nya Alvin sedang mencari Susan. Dia pun bertanya pada Fitri yang kebetulan bertemu di lorong sekolah.

Alvin pun segera menuju kelas Susan, berniat untuk minta maaf atas kejadian semalam.

Langkah nya terhenti setelah Alvin melihat Susan yang tengah sendirian di dalam kelas dan dihampiri oleh Airin, Susan terlihat lesu tidak seperti biasanya, mungkin efek semalam nangis.

Alvin hanya melihat Dari balik jendela, ia ingin masuk dan meminta maaf pada Susan secara langsung, tapi kelihatannya Susan sedang tidak ingin bertemu dengannya, dengan begitu Alvin mengurungkan niatnya dan kembali ke kelasnya.

Sampai dibangku, Alvin membuang napas kasar.

"Kenapa lo, bro?" tanya Reno yang nampaknya sudah Ada di kelas terlebih dahulu.

Alvin pun menjelaskan permasalahannya pada Reno.

"Lagian elo ada-ada saja posting poto berduaan sama cewe lain."

"Tinggal minta maaf, bereskan. Nanti juga dia pasti memaafkan, Susan kan sayang sama gue," ucap Alvin dengan percaya diri.

"Jangan mentang-mentang dia sering maafin lo, tapi elo malah seenak nya. Karena tidak selamanya yang sering ngalah itu akan terus-terusan mengalah, akan Ada saatnya ia menyerah Dan merasa lelah," jelas Reno dengan sok bijak.

"Lagian kan setahu gue, cewe itu pandai nyembunyiin perasaanya," sambungnya lagi.

"Entahlah," lagi lagi alvin membuang napas dengan kasar.

"Bukannya ini kesempatan buat ngelepasin dia, bukannya lo mau balikan sama Nina?"

"Gue bingung."

"Gimana sih lo, lo ingin balikan sama Nina tapi gak mau ngelepas Susan. Emang mereka akan rela jika kekasihnya mempunyai dua wanita?"

"Mulai Sekarang lo harus pikirkan siapa yang akan lo pilih nanti, Susan atau Nina, lo pikirkan Dengan baik itu."

Andra yang tidak sengaja mendengar perbincangan mereka pun mulai geram dan khawatir pada Susan.

"Sudah gue tebak si brengsek itu menghianati Susan."

Andra mengepalkan kedua tangannya, menahan emosi yang hampir meledak.

"Andra, kenapa kamu masih diluar?" ujar seorang guru yang menghampiri Andra.

Andra pun mulai merespekan diri dan menenangkan emosinya sendiri, Karena ini bukan waktu yang tepat untuk marah-marah.

Andra pun memasuki kelas nya, dan pandangannya tidak lepas dari pandangan Alvin, Andra menatapnya dengan tajam, setajam silet.

"Kenapa dia?" tanya Reno pada Alvin.

"Kesambet Kali," jawab Alvin seadanya.

"Ok anak-anak, kali ini kita gak belajar dulu, Karena ada beberapa hal yang akan Bapak sampaikan.

Pak Beben pun mengumumkan perlombaan yang akan di adakan di sekolah nya.

"Setiap perlombaan akan di kasih piagam, untuk juara pertama piagamnya akan di tulis sertakan sebagai juara pertama."

"Dan untuk juara umum dalam keseluruhan perlombaan akan menjadi perwakilan untuk lomba olimpiade di tingkat nasional."

"Tolong persiapkan diri kalian Dari Sekarang, besok hari terakhir pendaftaran."

Pak Beben pun keluar dari kelas.

Mereka pun mulai mendiskusikan peserta untuk menjadi perwakilan dari kelas mereka.

"Kenapa ribet nyari-nyari sih, kenapa gak Aurel saja."

"Gue?" Jawab Aurel dengan menunjuk ke dirinya sendiri "kenapa harus gue?"

"Yang jadi juara kelas kan elo, Dan lo juga pernah ikutan lomba yakan? siapa tau saja dalam lomba ini lo menang dan mewakili kelas kita jadi juara."

"Iya betul. Kita semua menaruh harapan pada lo."

"Okeh, siapa takut," jawab Aurel dengan sedikit angkuh.

Di kelas lain pun sedang mempersiapkan untuk memilih perwakilan untuk mengikuti lomba tersebut begitupun dengan kelas IPA 1.

"Lo saja deh," ucap mereka saling menunjuk satu sama lain.

"Oke, semua harap diam," Ketua Murid Mengamankan kegaduhan tersebut,

"Berdiskusi lah dengan tertib, jangan saling mengandalkan. Gini Saja, menurut kalian siapa yang pantas untuk mengikuti lomba ini."

Semua menunjuk ke arah Susan dan menyebut namanya dengan kompak.

"Ko gue sih." jawab Susan dengan sedikit ekspresi kaget.

"Bagaimana Susan, apakah kamu siap menjadi perwakilan Dari kelas kita?" Tanya Ketua Lagi.

Susan hanya diam dan sedang mempertimbangkan. Seisi kelas menunggu keputusan Dari Susan.

"Ayolah tunggu apalagi, ini saatnya untuk mengembangkan bakat kamu," ucap Airin.

"Kita yakin ko lo pasti bisa dan menjadi pemenangnya," sahut Ana.

"Iya, lo harus percaya diri," sambung Fitri.

"Tunjukin bakat terpendam lo," lanjut Airin lagi.

"Kita juga yakin lo pasti bisa, ya gak Teman-Teman" ucap salah satu Teman Susan.

"Iya betul," jawab mereka serempak.

Mereka semua meyakinkan Susan.

"Jadi gimana Susan? Apa kamu siap? Soal menang atau tidaknya tidak masalah, yang penting kamu berusaha dan mengikuti lomba tersebut dengan tertib," saran ketua.

Akhirnya Susan pun menyetujui nya.

"Oh iya, tadi pagi Alvin nanyain lo, emang kalian gak berangkat bareng?" Ujar Fitri. Tapi tidak ada respon dari Susan.

Ketiga teman nya berusaha menenangkan Susan, dan memintanya untuk bercerita.

Susan menceritakan semuanya dan menyuruh mereka untuk melihat story Alvin, mereka pun membuka Handphone nya masing-masing.

"Wahh soswit banget," ucap Ana dengan nada polos.

Fitri pun mencubit Ana dan melototinya, Ana yang baru saja menyadarinya iapun menggigit jari telunjuknya merasa bersalah atas ucpannya.

Susan pun tersenyum "heum iya, mereka terlihat begitu cocok."

"Cocok apanya Cocok, gak tahu malu banget mereka, dasar perempuan penjilat, sudah tahu tu cowo sudah punya cewe, masih saja di ladenin, dasar gatel," ujar Fitri memaki.

"Serem kayak ulat bulu bikin gatel," Sambung Ana yang gayanya di merinding-merindingkan.

"Heum dikasih hati malah minta jantung" ucap Airin.

"Yang sabar ya," ucap Ana.

"Sudah ... Aku tidak apa apa kok santai saja."

"Kalo mau nangis, nangis saja jangan disembunyiin." ucap Airin.

Mereka pun memeluk Susan, Air matanya mengalir begitu saja ia sudah tidak sanggup menahan matanya yang sudah memanas.

GIMANA NIH GAYES!! SERU GAK CERITANYA!! BANTU SARAN DAN KRITIKANNYA YA, JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK, VOTE AND KOMEN YA😚







Tentang Kita (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang