Waktu Yang Berputar

17 11 0
                                    

Pulang sekolah Susan langsung berbaring diranjangnya yang empuk penuh kenyamanan, ia pun kembali membuka pesan dari Alvin, yang isi balasannya dengan spam chat, sebagai permohonan maaf pada Susan.

Susan tidak membalas pesan tersebut. Susan pun meletakan ponsel nya.

Tidak lama dari itu, ada notip pesan masuk.

Alvin : "sekarang aku di depan rumah kamu, kita harus bicara."

Dengan sedikit terpaksa, Susan menghampiri Alvin. Mereka pun pergi ke taman belakang rumah Susan.

"Mau ngomong apa?" tanya Susan tanpa basa basi.

"Maafin aku, aku gak tahu kalo itu membuatmu sakit hati."

"Kalo kamu memang anggap aku pacar kamu, seharusnya kamu ngerti dengan smua itu tanpa aku memberitahumu."

"Aku salah, aku minta maaf."

"Vin. Apa aku pernah meminta sesuatu yang lebih ke kamu, aku hanya minta kamu setia dan ngehargain aku sebagai pacar kamu, itu saja kok, gak lebih," jelas Susan pada Alvin.

"Satu lagi, aku pernah bilang sama kamu, jangan pertahanin hubungan kita hanya Karena kamu ngerasa kasihan sama aku, aku tidak mau dikasihani, apalagi soal perasaan."

"Iya aku tahu, aku minta maaf, ini semua aku yang salah."

"Udah gak usah dibahas, aku lelah, aku mau tidur."

"Tapi kamu maafin aku kan?" Tanya Alvin.

"Aku kasih kamu kesempatan."

Alvin pun tersenyum "aku gak akan ngecewain kamu."

"Tolong kembalikan kepercayaan Ku lagi, tolong buat aku percaya bahwa kamu beda dari laki-laki dimasalaluku."

"Aku pasti akan buktiin, aku janji aku tidak akan mengulanginya," ucap Alvin sambil memegang kedua tangan Susan.

Susan pun pamit untuk istirahat ke kamar nya.

Ia belajar dengan giat mempersiapkan diri untuk perlombaan. Sampai ia tertidur di meja belajar Karena terlalu kelelahan.

Tidak akan ada orang yang sukses tanpa usaha. Bekerja keras adalah jalan utama menuju keberhasilan. Karena usaha tidak akan pernah menghianati hasil.

Hari demi hari semua peserta berlatih dengan matang, sampai tiba di waktu hari perlombaan tiba. Kini mereka sedang mempersiapkan diri, konsentrasi dan juga mental.

Perlombaan pun di mulai dari urutan no 1.

Para juri dan penonton menikmati pertunjukan tersebut, sedangkan peserta lainnya di belakang panggung merasa gugup dan tegang, begitupun dengan Susan. Disana juga ada beberapa senior yang mengikuti lomba terutama Claudia siswa berprestasi yang slalu menjadi juara pertama dalam segala bidang.

Para juri telah menilai beberapa siswa yang sudah selesai pertunjukan, kini tinggal Susan sebagai peserta yang terakhir.

"Aaaaahh sayangku akhirnya kamu membuat kita banjir air mata," teriak Fitri yang berlari ke arah Susan dan di ikuti ketiga temannya. Mereka pun memeluk susan kegirangan sampai-sampai susan susah untuk bernapas.

"Aduh lepasin, gak bisa napas," ucap Susan.

"Ups, sory sory. Habisnya kita terharu banget," ucap Airin.

"Lebay," sungut Reno.

Seketika mata Airin melotot ke arah Reno sambil berdecak pinggang.

"Sekate lo bilang gue lebay, ingus lo saja keluar saat denger Susan nyanyi. Dasar alay."

Fitri yang mendengar Airin memaki Reno tertawa terbahak-bahak merasa puas, ia merasa terwakili untuk memaki Reno.

"Kenapa lo ketawa?," Reno memasang raut wajah kesal.

Kini saatnya perlombaan yang ke dua, yaitu melukis. Setiap peserta di persilahkan memasuki ruangan yang telah di sediakan.

"Gue masuk dulu ya," pamit Susan sambil menunjuk ke arah ruangan.

"Semangat," ucap mereka mengulas senyum ke arah Susan.

"Jangan gugup, kamu harus tetap konsentrasi." Ucap Alvin sambil memegang kedua pundak Susan.

Susan yang hanya mengangguk, ia pun mulai memasuki ruangan perlombaan.

Mereka kembali duduk di tempat semula. Mereka hanya dapat menonton lewat layar yang telah di sediakan oleh tim acara.

Begitu acaranya selesai, layar pun di matikan kembali, dan setiap peserta kembali ke aula, yaitu tempat dimana mereka lomba.

Sedangkan lukisan hanya di letakan di bangku masing-masing, dan akan di ambil satu persatu oleh tim pengawas.

Karena mereka memberi waktu limamenit pada para peserta untuk menyiapkan persentasi hasil karya masing-masing.

Acara selanjutnya kini di mulai kembali. Satu persatu peserta mulai mempersentasikan karya seni lukisan sesuai tema yang telah di tentukan.

Dan kini giliran Susan untuk mempersentasikan lukisannya.

Setelah ia naik ke panggung dan lukisan mulai di tampilkan di layar depan yang bisa di lihat oleh seisi ruangan. Tiba-tiba ada sesuatu yang beda dari lukisan tersebut.

Semua siswa, juga para juri tercengang begitu melihat karya Susan, begitupun dengan Susan, ia nampak begitu kaget setelah melihat lukisan yang ada di layarnya.

"Itu bukan lukisan yang saya buat," gumannya sambil menatap layar tersebut.

"Apa-apaan ini," bentak salah satu juri.

Seorang Affandi pun merasa kaget atas dasar penjiplakan lukisan tersebut. Dia adalah pencipta lukisan tersebut. Beliau ada disana, sekolah telah mengundang Affandi untuk menghadiri acara tersebut.

"Woyy itu lukisan orang," teriak salah satu siswa.

"Dasar penjiplak," timpal siswa lainnya yang ikut mencemooh Susan.

"Ini bukan karya saya," jelas Susan.

Susan berusaha ingin menjelaskan, tapi dia juga tidak tahu harus menjelaskan seperti apa.

"Susan ... Tolong jelaskan pada kami," ucap salah satu juri.

"Saya juga gak tahu, karena bukan saya yang melukis lukisan yang mirip dengan lukisan ini."

"Tapi di situ jelas-jelas tertera nama kamu,"

"Saya benar-benar tidak tahu," Susan mulai mengeluh, ia merasa malu atas kejadian ini, ia ingin marah, namun tidak tahu harus marah pada siapa, karena dia juga tidak tahu siapa yang telah menjebaknya.

"Ingin menang tapi memakai cara curang, jhahaa kuno cara lo itu," ucap Aurel yang di ikuti tawa teman-temannya.

"Benar-benar ada yang gak beres," Geram Airin.

"Gue inget," sahut Ana.

"Inget apa?," tanya Airin dan Fitri.

"Nanti saja gue jelasin di atas panggung, sekarang kita ke sana, kasihan Susan."

Mereka bertiga pun menghampiri Susan.







Tentang Kita (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang