Hari Yang Berharga

13 6 0
                                    

"Sekarang kita sudah berada di babak terakhir. Dimana para peserta harus benar-benar konsentrasi untuk menjawab beberapa pertanyaan."

Beberapa pertanyaan telah terjawab, persaingan sangat ketat, dan nilai Susan sama rata dengan nilai Claudia si ratu terpintar di sekolahnya.

Kini tinggal pertanyaan terakhir yang akan menentukan siapa yang akan jadi pemenang tahun ini. Susan atau Claudia.

Akhirnya pertanyaan terakhir berhasil di jawab oleh no urut 12, Susan Maharani.

Seisi ruangan di penuhi dengan riuh tepuk tangan. Bener bener menegangkan.

"Langsung saja kita umumkan pemenang dari lomba-lomba yang telah kita laksanakan hari ini."

"Lomba Nyanyi di menangkan oleh Claudia, dengan penghayatan yang begitu indah mampu membuat seisi ruangan terbawa suasana."

Seorang juri memberikan sebuah piagam penghargaan, dan memberi waktu pada pemenang untuk memberi kesan pesan pada semuanya.

"Lomba melukis di menangkan oleh
Susan Maharani, dengan lukisan sepasang burung yang indah, dilukis dengan rapi dan teliti juga memberi makna yang begitu dalam,"

Seorang juri juga memberi sebuah piagam penghargaan, di tambah Affandi seorang pelukis terkenal memberi mendali penghargaan sebagai pelukis terbaik.

Sama halnya dengan claudia, Susan menyampaikan kesan pesan.

"Tentunya sudah kita ketahui dan kita saksikan siapa pemenang dari lomba cerdas cermat tahun ini, langsung saja kita panggil Susan Maharani."

Setiap perlombaan tentunya mendapatkan piagam penghargaan bagi pemenang.

"Dan juara umum tahun ini jatuh kepada ... Susan Maharani, dengan nilai yang begitu tinggi, saya ucapkan selamat."

Dengan riuh tepuk tangan serta sorakan dari setiap sudut mampu membuat seisi ruangan riuh tak terkendali. Saking seneng nya ketiga temannya loncat-loncat kegirangan sambil teriak teriak menunjukan kebahagiaan yang tiada duanya.

"Dari segi kegiatan, keterampilan, kecerdasan, dan mempunyai berbagai bakat, juga Potensi-potensi lainya yang sangat membuat kami bangga, dengan nilai-nilai raport yang sangat memuaskan. Maka hari ini saya menyatakan kamu berhak menjadi Siswa terbaik (Ratu) di sekolah ini." kepala sekolah berkata dengan sangat bangga pada Susan di depan siswa-siswi juga para guru sekalian.

Setelah selesai berpidato, Kepala sekolah pun memberikan sebuah piala serta baju jabatan sebagai Siswa berbakat di sekolah yang biasa di sebut Ratu.

Tentunya baju sekolahnya berbeda dari siswa lain, dan hanya Claudia dan Susan yang mempunyai baju tersebut. Hanya saja setelah Claudia dinyatakan kalah dari Susan, kini Claudia bukan lagi Ratu sekolah.

"Hal yang tidak disangka, ada orang yang mampu mengalahkan Claudia, Susan memang hebat." ujar salah satu siswa.

"Claudia engga kalah, mungkin saja dia mengalah untuk memberi kesempatan pada orang lain, Claudia kan baik orangnya," Siswa lainya membela Claudia.

"Ingat anda harus bisa menerima kenyataan."

"Kenapa pada ribet sih, toh mereka yang bersaing kan, kenapa kalian yang ribet? Claudia juga santai-santai saja dirinya kalah. Calon calon netizen nih." Sahut salah satu dari mereka.

"Selamat ya," ucap Alvin sambil memberi bucket mawar kepada Susan.

"Maaf, seharusnya tadi waktu kamu kena masalah aku ada disana."

"Gak usah di bahas, aku tidak ingin merusak mood ku hanya karena masalah itu."

Alvin mengangguk tanda mengerti, meski sebenarnya ia ngerasa Susan masih kecewa padanya. Tapi Alvin yakin ko Susan tidak marah.

"Guys ... Claudia datang." ucap Fitri dengan perasaan was-was.

Claudia menghampiri Susan "Selamat ya, lo sudah berhasil bikin gue kalah tahun ini," ia berkata sambil menjabat tangan Susan. "Gue kira gak akan ada yang bisa ngalahin gue, ternyata ada yang jauh lebih pintar dari pada gue." ucapnya dengan memberi senyuman yang tulus.

"Lo berbakat, jangan menyia-nyiakan bakat lo, gue harap lo lebih meningkatkan potensi lo, jaga jabatan lo sebagai Ratu, tidak semua orang bisa mempunyai kesempatan yang langka seperti ini."

Susan dan Claudia tertawa kecil, sedangkan teman-temannya hanya menyaksikan keakraban mereka.

"Gue bersikap pada orang, tergantung orang nya bersikap sama gue. Gue gak suka basa basi, gue gak suka sama orang munafik. Dia baik sama gue, gue akan berbuat lebih baik pada dia, dia jahat sama gue, akan ku pastikan sekarang juga dia tamat hidup di dunia." Lagi-lagi mereka berdua tertawa, menunjukan keakraban satu sama lain.

"Gue yakin lo orang baik, akan gue pastikan gue akan jadi fans lo,"

"Emangnya aku Artis?," tawa mereka berdua menjadi pusat perhatian para siswa.

"Gue duluan ya, masih ada urusan."

Bisik-bisik tetangga mulai terdengar dari para siswa yang menyaksikan keakraban mereka, padahal sebelumnya mereka tak saling mengenal, bertegur sapa pun mereka tidak pernah.

"Ko lo bisa akrab sih, padahal jarang-jarang loh dia mau becanda sama orang yang baru kenal," tanya Airin heran.

Susan hanya mengangkat kedua bahunya.

"Berhubungan hari ini hari kemenangan sahabat gue. Kalo gitu gue traktir kalian makan sepuasnya," Ucap Fitri.

"Gue gak di ajak?" Sahut Alvin.

"Oo iya lupa. Ya sudah ayo" jawab Fitri,

Mereka pun menuju kantin secara bersamaan. Tiba-tiba seseorang lari dan berteriak dari belakang.

"Woyy tunggu, mau pada kemana, gue ikut," teriak Reno sambil lari mengejar teman-temannya.

"Mau pada kemana sih?," tanya Reno yang sudah ada pada barisan mereka.

"Makan, fitri yang traktir," jelas Ana.

"Asik dong, kebetulan gue juga lapar," jawab Reno.

"Heh siapa juga yang ngajak lo," fitri melirik tajam ke arah Reno.

"Orang kaya gak boleh pelit, nanti uangnya hilang," Reno berkata sambil ngos ngosan.

"Pedes banget tu mulut," cloteh Fitri.

"Pedesan elu kali," Reno tidak mau kalah.

fitri kalah bicara, dan menghentak-hentakan kaki karena kesal pada Reno. "Oke berhubungan mood gue lagi baik, dan gue gak mau ngerusak mood gue gara-gara lo, lo boleh gabung ikut makan" ujar fitri.

"Nah gitu dong, itu baru namanya orang kaya, baik dan tidak sombong," Reno memuji Fiti karena merasa senang akan di traktir.

"Tapi bayar pake uang sendiri," Fitri menjulurkan lidahnya ke arah Reno.

"Oke ... gue setuju, tapi sebagai balasannya lo harus ngasih jatah semalaman sama gue."

"What? ... engga, engga, gue gak setuju."

"Jadi mau pilih mana bayarin apa ngasih jatah?,"

"Oke oke, gue bayarin." Fitri mendengus sebal bisa-bisa nya ia ngancam pake jurus yang mematikan.

Fitri membayangkan gimana kalo ia ngasih jatah ke Reno yang bukan muhrim nya, bagaimana kalo pacarnya tahu dan minta putus, sedangkan mereka selama pacaran pun belum pernah ngapa-ngapain.

Fitri pun bergidik geli tidak sanggup membayangkannya lagi.

"Dasar siluman iblis," mendecih kesal sambil memutarkan kedua bola mata.


















Tentang Kita (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang