Siang ini sepulang sekolah, Tita langsung mengajak Caca untuk pulang bareng. Tapi Caca tanpa basa basi langsung menolak.
Alasannya? Sudah ada yang jemput, jadinya, Tita pun pulang seperti biasa. Sedangkan Caca lebih memilih menunggu di kelas.
Dari dalam, sayup-sayup Caca mendengar suara teriakan Tita yang memanggil nama Adit.
Ah.. cowok itu lagi, Caca mulai merasa simpatik dengan cowok tinggi itu. Hanya saja Tita lebih dulu menyukainya.
Jadi, Caca akan mengalah saja, karena baginya, persahabatan jauh lebih penting di banding tentang cowok.
Caca mengintip melalui jendela, melihat tingkah Tita yang bahagia saat bertemu dengan Adit. Sesaat senyum Caca menyungging lebar. Mana tega Caca mengambil senyum manis Tita?
Akhirnya Caca memilih untuk duduk saja di kursinya, sambil menunggu jemputan datang.
***
"Adit!!" Seruan itu siapa lagi kalau bukan Tita pelakunya.
Cewek bertubuh mungil itu berlari mengejar Adit yang saat ini sedang berjalan beriringan dengan geng Fortem.
Adit mendelik kesal saat Tita menghampirinya dengan senyumnya yang manis, sebenarnya. Tapi, entah kenapa, senyum itu sangat memuakkan bagi Adit.
"Adit mau pulang?" tanya Tita.
"Hm," jawab Adit hanya dengan gumaman. Tenang, Tita sudah biasa dengan ini.
"Tita boleh ikut gak? Tita gak di jemput sama bunda. Tita ikut ya, Dit. Tita mohon..." Mata Tita berbinar, berharap Adit mengizinkan, walau hanya sekedar mengangguk sebagai jawabannya.
"Jangan manja, angkot masih banyak," sungutnya.
Tita mencebikkan bibirnya. "Tita jarang naik angkot, Adit. Ya.. Tita mohon." Tita sampai menarik-narik tangan Adit.
"Ah!!" Tapi Adit dengan teganya malah mengibaskan tangan Tita hingga terlepas. "Kalau gue bilang enggak, ya enggak! Lo budek atau gimana sih?"
Bagaimana dengan kondisi Tita? Pastinya sedih dan kecewa, hanya saja gadis manja itu terlalu pintar menyembunyikan perasaannya.
Sesaat kemudian, Tita tersenyum, walau senyum itu terlihat di paksakan.
"Ya udah lain kali aja," katanya.
Keempat teman Adit menatap Tita dengan iba. Mereka tau Tita sudah lama mengejar Adit. Hanya saja teman mereka itu terlalu lolot.
"Ta, temen Lo mana?" tanya Irga mencairkan suasana.
"Sisi? Udah pulang duluan tadi."
"Bukan Sisi, Caca."
"Oh...."
"Nah, di mana?"
"Di kelas, lagi nunggu jemputan."
Tita kembali menatap Adit. "Ya udah, Tita pulang duluan ya. Dadah semuanya." Tita melambaikan tangannya, tapi matanya tetap menatap Adit yang tak acuh. Setelahnya Tita pergi dari hadapan mereka dengan hati yang kecewa
"Gue rasa, Lo keterlaluan sama Tita, Dit, kasian dia." Denis membuka suara.
"Gue gak mau kasih harapan sama orang." Adit lalu pergi meninggalkan ke empat temannya.
"Gak tega gue sama Tita," kata Irga. Bayu mengangguk.
"Padahal, kurang apa coba tuh anak? Cantik, iya, lucu, iya, imut, iya. Yang kurang cuma otaknya aja bego, masih mau ngejar Adit, padahal kalau dia mau sama gue, gue terima kok."
KAMU SEDANG MEMBACA
AdiTita (Po Ke2)
Teen FictionIni cerita tentang Tita yang mengejar cinta Adit. Tapi Adit malah mengejar cinta Caca, yang tak lain adalah sahabat Tita. "Tita suka Adit, tapi Adit-nya suka Caca. Jadi, Tita harus mundur atau melangkah? Nyatanya orang yang Tita cintai malah memper...