Caca menghempaskan tangannya, sampai genggaman tangan Adit terlepas. Adit menoleh menatap Caca lembut. Saat ini mereka sedang berada di rooftop.
"Lo apa-apaan sih, Dit?!" teriak Caca.
"Apa?"
"Berhenti seakan lo cinta sama gue! Asal lo tau, gue sedikitpun gak punya rasa sama lo!"
Adit bersedekap dada, dia menatap Caca yang sedang murka dengan tenang.
"Gara-gara lo, Tita nangis. Lo bisa gak jaga mulut lo? Mana perasaan lo sebagai cowok? Tita itu cewek, Dit, dia gak bisa di kasarin."
Alih-alih menanggapi Caca, Adit malah tersenyum manis. "Lo lucu kalau lagi marah," kata Adit.
Membuat Caca bungkam seketika. Caca memejamkan matanya. Dia menarik nafas dalam-dalam. Kesabaran sudah menipis.
"Berhenti suka sama gue, karena gue gak akan pernah suka sama lo."
"Lo suka sama gue, Ca. Gak ada yang bisa menolak pesona gue."
"Cih." Caca tersenyum sinis, lalu melangkah mendekat pada Adit. "Asal lo tau, Dit, lo bukan tipe gue. Dan inget! Jangan sakiti Tita lagi."
Adit berdecak kesal. "Tita lagi, Tita lagi, apa gak bisa lo gak usah bawa nama dia di masalah kita?!"
"Tita itu sahabat gue! Sebelum gue kenal sama lo, gue lebih dulu kenal sama Tita! Jaga mulut lo!" teriak Caca.
Entah kenapa rasa kagum yang pernah Caca miliki untuk seorang Adit, lenyap begitu saja. Apa lagi kalau harus mengingat bagaimana kata-kata menyakitkan Adit untuk Tita.
"Ca!"
Caca tidak menghiraukan panggilan Adit, dia berlalu pergi dari sana. Meninggalkan Adit yang lagi-lagi memanggil namanya.
"Ca! Alesha!" Tubuh Caca menghilang di balik pintu.
"Shit!!" umpat Adit.
***
Di kelas Caca tidak menemukan Tita, tas gadis itu pun tidak ada di mejanya, mungkinkah Tita pulang?
Caca segera merogoh saku roknya, mengambil ponsel kesayangan. Mengetik sesuatu, lalu menempelkan benda pipih itu ke telinga.
Tuut! Tuut! Tuut!
Suara panggilan terus berdering. Tita belum mengangkat panggilannya.
Caca yakin Tita pasti marah. Caca jadi merasa bersalah pada sahabatnya itu.
Tak lama Sisi datang. Menatap Caca dengan bingung.
"Lo dari mana?" tanya Sisi.
Caca menoleh. "Hah? Em... Abis dari toilet," kilah Caca. "Tita ke mana?"
"Pulang," jawab Sisi singkat, lalu duduk di kursinya.
Caca mengekori Sisi. "Tita kok pulang? Dia sakit?"
"Loh, gue kira lo tau, tadi pas gue dateng, dia kayak abis nangis gitu. Lo udah dateng duluan, kan?"
Caca mengangguk ragu. "Em... Tapi tadi, Tita baik-baik aja."
Sisi hanya manggut-manggut. Lalu menatap Caca lekat. Caca yang di tatap jadi salah tingkah.
"Lo punya hubungan apa sama Adit?" tanya Sisi telak.
"Enggak ada," jawabnya.
"Gue harap, lo gak nyakitin Tita." Sesaat kemudian, gadis itu tertawa hambar. "Oh iya, gue lupa, mana mungkin lo sakitin Tita, dia 'kan sahabat lo, di banding gue, Tita lebih kenal lama sama lo, kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
AdiTita (Po Ke2)
Teen FictionIni cerita tentang Tita yang mengejar cinta Adit. Tapi Adit malah mengejar cinta Caca, yang tak lain adalah sahabat Tita. "Tita suka Adit, tapi Adit-nya suka Caca. Jadi, Tita harus mundur atau melangkah? Nyatanya orang yang Tita cintai malah memper...