"Kenapa gue harus tau sendiri kepulangan lo? Apa lo gak ada niatan buat kasih tau gue?"
"Apa? Siapa lo yang perlu gue kasih tau dan kasih kabar?! Lo itu bukan siapa-siapa gue."
"Caca!"
Caca terdiam seketika. Lagi-lagi cowok itu membentaknya. Padahal cowok itu bukanlah siapa-siapanya.
"Jangan lupa kalau bokap lo sama bokap gue udah janji akan jodohin kita."
Caca menoleh tajam. "Jangan lupa juga perjanjian itu berlaku sebelum bokap gue meninggal."
"Tapi enggak sama bokap gue."
Caca mendengus kesal. Dia memilih kembali ke kamarnya dari pada harus bersama cowok pilihan almarhum ayahnya itu.
***
Tita tersenyum melihat rumah bertingkat dua di hadapannya. Hari ini sepulang sekolah Ira mengajak Tita ke rumah orang tua kandung Tita.
Sudah lama Tita tidak ke rumah itu, meskipun rumah itu sudah lama tidak di tempati, tapi rumah itu tetap terawat karena pembantu rumah tangga yang selalu membersihkannya. Dan Ira-lah yang menggaji mereka.
Tita keluar dari mobil, dia menatap haru bangunan itu.
"Tita kangen banget sama rumah ini, Bunda."
Ira tersenyum, lalu merangkul Tita dan membawanya masuk. Terakhir Tita meninggalkan rumah ini saat usianya masih 5 tahun.
Dan tidak ada satupun yang berubah dari terakhir dia meninggalkan rumah ini.
Tita menyusuri sekitar. Sebuah potret Ayah dan Bundanya masih terpajang di ruang keluarga. Tita melangkah mendekat, mengusap bingkai yang bersih tanpa debu. Sepertinya asisten rumah tangga yang Ira kerjakan sangat teliti dalam merapikan rumahnya.
"Tita kangen Ayah sama Bunda," lirihnya.
Ira menatap punggung Tita yang bergetar. Selalu begini, Tita selalu menangis kala datang ke rumah ini. Tapi Tita bukanlah gadis lemah, setelahnya Tita akan kembali seperti biasa. Ceria.
"Ta, Bunda ke toilet dulu, ya."
Tita menoleh lalu mengangguk. Setelah perginya Ira. Tita melangkah perlahan menuju album foto yang tersusun rapi di rak buku.
Matanya menangkap album foto berwarna hitam. Rasa penasaran langsung menggerayangi hati dan pikirannya. Tita mengambil album itu. Lalu membawa tubuhnya duduk di sofa yang tidak jauh dari sana.
Tita membuka dengan pasti album itu. Halaman pertama, potret Ayah dan Bundanya. Mereka terlihat serasi. Dan Tita selalu berharap kelak dia akan bisa hidup bersama dengan orang yang dia cintai sampai akhir hidupnya. Ya, seperti Bunda dan Ayahnya.
Tapi apa mungkin Tita bisa menikah dengan cowok yang saat ini dia cintai? Mengingat Adit tidak memiliki rasa sedikitpun padanya.
Mencoba menghilangkan pikirannya pada Adit. Tita kembali membuka lembaran kedua.
Di sana ada foto dirinya dan Rita -- Bunda kandung Tita. Di sebelahnya ada foto Rita, Ira dan Tita. Ternyata Ira benar-benar sahabat baik Rita.
Ira pernah bilang pada Tita, kalau Ira dan Rita, bersahabat dari kecil.
Tita jadi berpikir lagi, apa bisa dia dan Caca bersahabat sampai tua? Di tambah lagi saat ini Adit yang Tita cintai lebih menyukai Caca di banding Tita.
Tita menghela nafas panjang. Kembali membuka lembaran berikutnya. Seketika dahi Tita mengernyit.
Ada foto seorang anak laki-laki yang sedang mengecup pipi Rita. Dan di pangkuan Rita ada bayi perempuan, yang Tita yakini adalah dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AdiTita (Po Ke2)
Fiksi RemajaIni cerita tentang Tita yang mengejar cinta Adit. Tapi Adit malah mengejar cinta Caca, yang tak lain adalah sahabat Tita. "Tita suka Adit, tapi Adit-nya suka Caca. Jadi, Tita harus mundur atau melangkah? Nyatanya orang yang Tita cintai malah memper...