09- Ikatan batin

43 8 0
                                    

Happy reading readers!!
Jan lupa vote dan ramaikan komentar yak! Kalau ada yang typo, tandai yaak!

***

Tamara membungkuk mensejajarkan tubuhnya dengan anak kecil itu, "Athan maafin kakak ya nggak bisa bawa kamu kerumah kakak. Tapi kakak yakin kalau kamu disini pasti baik baik aja, oke?."

"Tapi kakak bakal sering kesini bawain makanan buat Athan kan?."

Tamara terkekeh, "pasti dong, nanti kakak usahain bakal seminggu sekali atau seminggu dua kali kakak kesini buat bawain Athan makanan, oke?."

Athan mengangguk, kemudian memeluk erat Tamara. "Athan sayang kak mara! Makasih ya kak!."

"Kakak juga sayang athan, sama-sama gantengnya kakak."

Athan tertawa, kemudian mencium pipi Tamara.

Cup

"Eh kak mara dicium?."

"Hehehehe." Cengengesan Athan.

"Yaudah Athan masuk lagi ya?." Athan mengangguk kemudian lari kedalam.

Tamara kembali berdiri, tersenyum pada sosok perempuan yang berumur tiga puluh lima.

"Buk, mara titip Athan ya."

"Iya nak mara. Kamu ini memang memiliki hati mulia. Padahal kamu tidak kenal siapa Athan tapi kamu mau menyayanginya dan menempatkan Athan ketempat yang lebih kayak, di panti asuhan ini." Ujar buk Septi selaku pengurus di panti asuhan ini.

"Athan lebih layak disini dari pada dijalanan buk." Buk Septi mengangguk.

"Yaudah kalau begitu mara pulang ya buk, assalamualaikum." Ujar Tamara kemudian mengecup punggung tangan buk Septi.

"Walaikumsalam, hati hati!". Tamara mengangguk dan kembali pulang kerumah.

Tidak butuh waktu setengah jam tamara sudah sampai rumah.

Dia mulai memasuki rumah, ia melihat Naka sedang duduk diruang tv, Naka menoleh, mendapatkan Tamara dengan baju basah dan muka kusutnya.

Tamara diam menatap Naka sedangkan Naka pun menatap balik Tamara. Kilasan kenangan dulu kembali teringat.

"Mara! Masuk ih, bentar lagi hujan." Teriak Naka dari depan pintu.

Tamara masih saja berlari kesana-kemari menikmati hujan yang menerpa wajahnya.

"Mara nanti sakit! Ayok masuk!."

"Nggak mau! Seru tahu, ayok Naka sini!." Teriak Tamara girang.

Naka mengeram kesal, kemudian lari kearah Tamara dan segera menarik tangan Tamara, tapi Tamara tetaplah Tamara. Apapun hal yang ia suka tidak boleh diganggu.

"Nggak mau, Naka! Seru tahu!." Ujar Tamara.

Naka yang tadinya ingin balik ketempat teduh ditahan oleh sang adik.

"Hujan hujanan yok!". Ajak Tamara girang.

"Nggak mau nanti sakit, nanti mama marah."

"Nggak bakal yakin sama aku." Ujar Tamara.

Tamara menyipratkan air kewajah Naka kemudian ia lari, dan mereka pun berlari-lari sambil hujan-hujanan. Dan berujung sakit.

Tamara tersenyum sendu ketika mengingat kenangan itu, kemudian kembali jalan menuju kamarnya.

"Jangan lupa buat teh anget." Seru Naka dingin.

TamaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang