🌸🌸🌸K
Malam ini begitu dingin, tak ada bulan mau pun bintang yang menyinari langit malam yang gelap. Angin yang berhembus pelan membuat hawa semakin dingin. Namja berhidung mancung itu merapatkan jaket nya, jarinya menekan tombol dalam lif agar membawanya ke lantai tiga.
Jake, dia nekat pulang saat yang lain sudah tidur. Entah mengapa ia sangat tak tega membiarkan dongsae kecil nya sendirian di dorm. Lagi pula ia hanya lecet jadi dia sangat sehat dan cairan infusnya juga sudah habis saat magrib tadi.
...
Didalam gelapnya ruangan, seorang namja berumur 15 tahun itu terlihat gelisah. Peluh membanjiri pelipisnya, padahal ia rasa tubuhnya sangat lah dingin. Tangan kirinya mencengkram erat perut yang menjadi pusat sakitnya.
Matanya tepejam dan keningnya mengerut lidah nya ia gigit menahan rintihan. Perutnya begitu panas, perih, dan gejolakan tak nyaman diwaktu yang bersamaan.
Ia merutuki dirinya yang terlalu ceroboh, ia menyesal karna tak menolak coklat pemberian gadis kecil itu. Tapi juga kalau dia menolak rasanya tak tega.
Jika dilihat dua bulan ini hidupnya begitu miris, selalu ketakutan dan kesakitan. Menjadi idol tak semudah kelihatannya, banyak resiko yang harus ditanggung. Kelihatannya begitu banyak tawa dan senyum, banyak kehangatan persahabatan layaknya saudara yang membuat iri.
Tapi, tak ada yang tahu bagaimana nyatanya. Manusia tak akan tahu isi hati manusia lainnya, tak akan ada yang tahu apa hati itu bahagia atau kah hancur.
"Ugh ..."
Ni-ki menutup mulutnya saat sesuatu semakin naik ketenggorokannya, dengan susah payah Ni-ki merangkak menuju kamar mandi.
Tes
Tes
Meski cahaya yang redup namun cairan yang baru saja menetes itu terlihat jelas berwarna merah pekat. Tetesan itu semakin banyak dan menggenang, tidak hanya keluar dari salah satu lubang hidungnya namun keluar dari keduanya.
Tangannya terangkat menekan pangkal hidungnya agar tak terus mimisan namun percuma darahnya terus mengalir begitu banyak membuat lantai itu dipenuhi darah.
"Hoek ... ugh hoek. Uhuk hoek."
Tangan kirinya bergetar hebat, tangan yang ia gunakan untuk menampung muntahannya itu penuh dengan cairan merah.
"Hoek hoek ugh akhh hoek hisk."
Belum selesai mimisannya berheti kini ditambah dengan muntah darahnya. Matanya mulai buram, kepalanya seakan dihantam batu besar sekaligus. Semua berputar, rasa mual nya belum kunjung reda padahal ia terus muntah.
Nafasnya kian memelan seiring tubuh nya ambruk diatas lantai yang dingin. Darah masih saja keluar dari hidung dan mulutnya. Semua tubuhnya kembali sakit hingga dia sendiri bingung dimana rasa sakit sesungguhnya.
"Hyu-hyung ugh ... hiks."
Sebelah wajahnya yang terkenalantai sudah dilumuri darahnya sendiri. Mata sayup itu perlahan tertutup, apa ini akhir hidupnya? Kenapa begitu menyedihkan? Ia bahkan belum menjadi bintang bagi semua orang. Ia bahkan belum bertemu lagi dengan keluarganya.
Mata yang hampir terpejam itu kembali terbuka, tidak, ia tak akan mati malam ini. Ni-ki mencoba menahan kesadarannya, mengerang pelan saat sakit itu menghujami tubuhnya.
Clek
"Loh? Kie dimana kamu?"
Ni-ki tersenyum, hyungnya datang, hyungnya pulang. Ni-ki sangat senang. Nmun ia tak bisa bergerak, tubuhnya mati rasa sama sekali tak bisa digerakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Higanbana || Ni-Ki
Teen FictionEnhypen, berisi tujuh namja tampan dan berbakat. Tujuh namja kesayangan engene. Tujuh namja cinta engene. Tujuh namja yang saling terikat penuh kasih sayang dan kehangatan. Tapi Bagaimana jika jumlah tujuh itu berkurang satu menjadi enam? Enhypen de...