Di sudut ruang berukuran 3x3m aku termenung memandang langit-langit rumah yang silau diterangi lampu yang sengaja belum kubiarkan mati.
Diluar rintik hujan sedang kompak mengalunkan nada sendu yang memaksa imaji menyusuri lorong waktu berapa waktu yang lalu.Jingga, jika kalian pernah merasakan tali kasih yang luar biasa dahsyatnya kepada seorang wanita diluar keluarga itulah Dia. Entahlah, menaruh rasa padanya tak ada sedikitpun penyesalan, walau pada akhirnya kita tiba pada sebuah kesepakatan bahwa kita harus berhenti di tengah jalan. Masing-masing kita sepakat bahwa kita memang tak saling menyakiti, dan berhenti adalah sebuah pilihan paling mabrur yang harus diambil ketika sebuah perjalanan tak bisa terus dilanjutakan, karena semakin lama semakin besar pula kita menyangga lara.
Memang terkadang sebuah pilihan tak memerlukan penjelasan, karena hanya kami yang mampu memahami, sedalam dalamnya arti. Jadi jangan kalian bertanya mengapa kini kita tak bersama. Setidaknya sekarang kita memang benar baik-baik saja, tentunya dengan pilihan hidup masing-masing.
Aku menghela nafas panjang, sembari menarik bibir tipis, sedikit tersenyum mengingat beberapa momen dan pembelajaran hidup yang dapat ku ambil darinya hingga saat ini. Jika diingat-ingat tak ada hal yang tak menyenangkan kala itu, jika hanya perengkaran kecil itu sesuatu hal yang lumrah. Tapi untuk pertikaian yang cukup besar dalam hubungan perasaan masing-masing, kami tak pernah menemukannya, dia orang yang sangat menjaga rasa, aku tahu betul itu.
Kembali kalimat kecil muncul dalam angan, " mendapatkanmu butuh perjuanagan, bersamamu penuh pelajaran, melepasmu butuh keikhlasan serta kesadaran, bahwa pernamu dalam hidup memang sampai pada titik ini saja ". Jika boleh mengutip kutipan dari seorang musisi sekaligus penulis kondang di negeri ini, Jingga ibarat awan yang membawa rintik hujan di antara gersangnya padang rumput, dan ketika dia telah berhasil menghijaukan kembali padang rumput itu, lantaskah aku harus menyesali?
Oh iya, sedikit informasi, sekarang dia sudah memiliki ikatan sah dengan seorang pria. Bahkan aku melihat di feed Instagramnya mereka sudah dikaruniai seorang anak. Bahagianya mereka, aku doakan keharmonisan selalu menyertai kalian.
Jika kalian bertanya tentang aku," terus kamu kapan? " hei, aku masih sangat belia, masih banyak yang harus aku benahi dalam diri, mungkin masih perlu beberapa tahun lagi untuk sampai ke titik itu, bahkan untuk memberi ruang khusus untuk seseorang seperti yang dulu aku lakukan, aku belum berani. Perihal mencintai mungkin itu urusan yang mudah, tapi mempertanggung jawabkannya tentu perlu perjuangan.Untuk sekarang aku memilih berpuasa asmara, setidaknya sampai aku benar-benar merasa mampu, mampu untuk mempertanggung jawabkannya. Walaupun beberapa saat lalu, ada seorang wanita yang aku sendiri merasa bahwa kami tak pernah berkenalan begitu dalam, hanya pertemuan dan obrolan yang seadanya, itupun beberapa saat saja, setelah itu kami jarang bertatap muka, dan hanya bertukan pesan singkat beberapa saat, itupun obrolan yang biasa-biasa saja. Benar-benar biasa saja. Hingga dengan tiba-tiba dia mengirim sebuah pesan yang sungguh lain dari biasanya. Dia mengutarakan rasa, astaga... Lantas bagaimana sikapku? Ah teman mungkin akan kuceritakan di lain kali jika memungkinkan. Untuk kalian yang penasaran, aku akan memberi tahu siapa namanya, ya hanya nama saja dahulu ,kalian belum berhak mengenalnya lebih dalam. Jadi, nama dia adalah "Kanaya", ya dia Kanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
JEJAK RASA
PuisiSetiap singgah yang kita pijak ada beribu rasa baru yang menolak terbujur layu, mengering, dan hanya menyisakan ranting. Maka kutuliskan dalam Jejak Rasa agar kenang itu dapat kutilik kembali dalam wadah aksara.