LAYAR 4

636 58 8
                                    

Sudah hampir waktu tutup toko, tetapi Niki masih sibuk dengan laptopnya. Sekarang jam delapan malam, Niki harus menyudahi travelling-nya mencari ide. Waktunya turun ke area dan meeting singkat lalu doa bersama sebelum pulang. Malam ini giliran ke area Kids World.

Ada kebiasaan sejak kepemimpinan Pak Yadi yang diteruskan Niki. Selalu ada meeting singkat sebelum buka dan sesudah tutup toko. Biasanya kalau Niki tidak ada, Stella yang akan menggantikan.

Langkah Niki terasa ringan menuju lantai tiga. Prosesi tutup toko sudah selesai. Tidak ada perintah lagi, semua pramuniaga dan SPG berkumpul di pertengahan area yang cukup luas.

"Selamat malam. Dalam kesempatan meeting singkat ini, saya ingin meminta kalian semua untuk terus semangat bekerja. Jangan pikirkan soal gosip atau isu nggak penting tentang toko atau saya. Sekali lagi pusatkan fokus kalian ke penjualan. Semaksimal mungkin kita berusaha produk kita laku keras dan menutup target bulan ini. Saya harap semuanya paham."

Niki memberi isyarat pada koordinator area untuk mengambil alih. Meeting ditutup dengan doa bersama dan pulang tepat jam sembilan malam. Demi keamanan tiap karyawan dicek body sebelum keluar area. Tujuannya memperkecil angka kehilangan yang dilakukan karyawan sendiri. Karyawan pria akan dicek body oleh security pria. Begitu pula yang perempuan. Tidak terkecuali, bahkan Niki juga harus melakukan hal yang sama.

***

Tas laptop dan tas kerja sudah ada di tangan. Satu lift dengan karyawan lain mengingatkan Niki saat masih jadi pramuniaga. Ada beberapa karyawan yang sungkan saat ada Niki di lift lebih dulu. Mereka ada yang tidak mau masuk kalau Niki tidak memaksa. Makin ke sini sudah tidak ada lagi sekat yang bernama sungkan. Niki makin disukai dan karyawan ingin dia tetap jadi manajer toko.

"Hai. Silakan masuk, Bidadariku!" Gusti datang tanpa memberi kabar lebih dulu. Malam ini sengaja memberi kejutan, karena biasanya Gusti akn menghubungi kalau akan jemput.

Niki semringah mendapatkan kejutan di saat fisik dan pikirannya lelah. Gusti memang paling bisa membuatnya senang. Tetapi entah kenapa, hati Niki masih merasa belum yakin dengan hubungan mereka. Masih jalan di tempat, belum ada kemajuan. Setiap membahas tentang next step hubungan, Gusti selalu merespon tidak nyaman. Dan Niki tidak meneruskan pembicaraan itu untuk menghindari pertengkaran. Terkadang mengalah dalam hubungan itu lebih baik daripada berdebat hanya untuk saling menyalahkan.

"Kamu ingin sesuatu sebelum pulang? Sepertinya lelah sekali hari ini." Niki kembali dari lamunannya. Tidak mungkin kalau ada yang tidak beres. Toh, selama ini Gusti sangat pengertian padanya.

"Toko akan ditutup kalau aku tidak mundur dari posisiku sekarang." Niki benar-benar lelah. Malam ini isi otaknya harus ada yang dikeluarkan. Sekadar cerita seperti biasa.

"Apa? Aturan dari mana itu?" Gusti menghentikan mobilnya.

"Sudahlah, jangan kesel gitu juga. Aku bisa atasi, kok. Kamu dukung aku, dong!"

"Aku selalu dukung kamu. Oke, kita makan menu favorit biar hati senang. Hibur kamu juga, kan?"

Niki tidak menolak. Perut kenyang bisa buat bahagia juga. Apalagi kalau menunya mie ayam favoritnya.

***

Sudah jalan tiga minggu Niki berusaha menaikkan penjualan. Berhasil naik dan sedikit lagi target yang akan terpenuhi. Masih seminggu lagi, harus ada cara lain lagi untuk menarik konsumen.

Namun, sayangnya di hari yang cerah. Saat toko sedang buka dan banyak konsumen datang, kejutan datang. Pak Adhyatama mendadak datang dan mengacaukan semua planning Niki untuk seminggu ke depan.

CEO Surya Departmen Store mengetahui kalau Niki belum menyerahkan jabatannya ke Ran. Waktu sebulan yang dibilang Ran, ternyata bukan dari pusat. Melainkan keputusannya sendiri, memberikan Niki kesempatan untuk berusaha. Untuk terakhir kali kalau usahanya tidak berhasil. Tetapi jika berhasil Ran berharap pusat akan mempertimbangkan keputusan mereka.

Niki tidak habis mengerti. Ran melakukan hal sejauh itu. Apa tujuannya? Bukannya akan mengancam posisinya sekarang?

***

Setelah pertemuan antara Pak Adhyatama, Ran, dan dirinya. Niki mengejar Ran yang langsung keluar ruangan.

"Tunggu! Bisa tolong jelaskan apa yang sebenarnya terjadi?" Napas Niki terengah-engah mengikuti Ran hingga ke rooftop.

Ran menghentikan langkahnya. Apakah dia harus membuka jati dirinya sekarang? Seharusnya Niki bisa menebak siapa dirinya, sehingga tidak perlu menanyakan tindakannya. Tetapi memang Niki tidak sedikit pun mengingatnya. Penampilannya jauh berbeda dibandingkan masa sekolah dulu. Mungkin hal itu yang membuat Niki tidak pernah kepikiran.

"Ran. Oh, maaf. Pak Ran, ada apa ini?"

Ran mendekati Niki, lebih dekat hingga jarak keduanya hanya beberapa senti. Niki bisa merasakan aroma mint dari napas Ran. Tatapan mereka tak bisa lepas satu sama lain. Ran semakin menipiskan jarak. Niki mundur. Sialnya, Niki terpojok sekarang.

"Jangan macam-macam! Saya bisa teriak dan security akan langsung datang kemari," ancam Niki.

"Oiya? Apa mereka akan percaya sama kamu yang sebentar lagi akan kehilangan posisinya? Kurasa mereka akan lebih percaya dan menuruti aku. Store Manager 01 yang baru."

Tangan Niki mengepal, rasa sesal muncul, kenapa dulu dia menolak tawaran ekskul taekwondo. Apa yang harus dia lakukan sekarang?

***
Alhamdulillah
Makin tegang aja, nih. Ada yang mau bantuin Niki?

Bantu vote dan krisar aja, ya. Biar lebih semangat lagi up tiap hari.
Aamiin.

Makasih buat kalian yang sudah mendampingi saya. Bahkan ada teman baru yang ikut baca. Sekali lagi makasih dan enjoy your time, Guys.

TAKKAN TERGANTI ( Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang