LAYAR 17

475 53 21
                                    

"Nik, kamu nggak apa-apa? Undangan dari siapa?" Tanpa menunggu jawaban dari Niki, Ran mengambil undangan di ujung kaki Niki.

Gusti menikah. Ran mencengkeram undangan yang dipegangnya. Marah dan kesal jadi satu, hatinya remuk melihat Niki hancur seperti ini.

"Niki." Ran mengelus rambut Niki lembut.

"Aku nggak apa-apa. Kita harus turun, sebentar lagi prosesi buka toko." Begitulah Niki, dia selalu tahu kapan harus meluapkan emosi dan kapan harus menahannya. Dia cukup terlatih untuk itu semua, sifat yang menurun dari Ayu.

Ran tidak tega melihat Niki yang pura-pura bahagia. Seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Selalu seperti itu, padahal Ran ingin jadi bagian terpenting bagi Niki. Menjadi seseorang yang bisa jadi tempatnya berbagi kesedihan. Ran ingin membayar semua kealpaannya dulu. Ran menyimpan undangan itu di lacinya. Dan beregas turun ke area, prosesi buka toko baru saja dimulai.

***

"Seharusnya kita yang jadi pagar ayu, kan?" bisik Ran tepat di telinga Niki.

Yang dibisiki merinding geli. Menyusul tatapan tajam Niki dan Ran tersenyum tanpa dosa. Apa dia tidak tahu tindakannya barusan adalah kelemahan perempuan? Niki langsung menggeser posisinya. Agak menjauh dari Ran.

Tak mau kalah, Ran malah makin mendekat. Tingkahnya masih sok biasa saja sambil tersenyum ramah pada konsumen yang masuk. Niki mengakui Ran semakin hari semakin membuatnya nyaman. Apalagi dengan situasi hatinya sekarang. Semua mendukung untuk lebih dekat dengan Ran. Ditambah nilai plus dari perhatian Ran selama ini. Tampak biasa dan tanpa disengaja, tetapi Niki mulai kehilangan saat jauh dari sosok mantannya itu.

"Siang ini kita ke rumah sakit." Ran ingin membuat hari Niki lebih baik dari sebelumnya. Gusti telah menorehkan luka teramat dalam. Dia sendiri belum tahu dengan cara apa menyembuhkan luka itu tanpa bekas. Secara perlahan Ran akan membuat Niki lupa akan luka itu. Salah satunya dengan membahagiakan orang-orang yang paling berharga dalam hidup Niki.

"Rumah sakit?" Hampir tidak percaya dengan pendengarannya sendiri, Niki mengulang pertanyaannya.

"Maksudnya rumah sakit?" Niki mencari jawaban di mata Ran yang menatapnya lembut.

"Mengunjungi Tante Ayu dan kita makan siang di dekat-dekat sana. Deal?" Niki menghela napas. Ran makin jadi saja, semua keinginannya harus terlaksana. Selama ini Niki tidak keberatan karena memang dia harus ke rumah sakit. Tetapi tanpa Ran, seharusnya begitu, tetapi realita berubah dengan titah seorang Ran Sinara.

"Kalaupun aku jawab tidak, kamu bakalan tetap anggap deal." Jawaban Niki tidak membuat Ran bereaksi, dia lega Niki memenuhi kemauannya. Dia hanya ingin memastikan siang ini Niki makan siang dengan benar. Cinta itu makin besar dan merajai hati.

***

"Yah, kondisi Bunda gimana? Ada kemajuan hari ini?" Niki meletakkan keperluan Ayah dan makanan di atas meja. Bunda masih terlelap setelah menjalani kemoterapi. Oleh karena itu suaranya agak dipelankan.

"Kondisi Bunda stabil, Nik. Hanya saja respon tubuh Bunda sama obat yang dikasih kurang maksimal." Rudi membuka makan siangnya.

Ran yang melihat dari jauh ikut merasakan prihatin. Apalagi ini gadis yang dicintainya. Harus mengalami masalah bertubi-tubi.

"Keluarga pasien Ibu Ayu Puspandari, segera ke ruang rawat."

Panggilan itu menghentikan tangan Rudi yang hendak memasukkan makanan ke mulutnya. Niki ikut waspada dsn bergegas ke kamar Ayu.

Ran mengikuti di belakang mereka. Wajahnya pias setelah menerima pesan dari orang suruhannya di area ruang rawat Ayu.

Langkah ketiganya terhenti di depan pintu. Beberapa dokter dan perawat sedang di dalam, melakukan tindakan darurat pada Ayu. Rudi yang sudah melihat istrinya anfal dua kali, tidak tega melihat para medis berusaha keras supaya pasien selamat.

Tindakan memacu jantung supaya berdetak lagi membuat raga Ayu makin ringkih. Baru kali ini Niki melihat Rudi meneteskan air mata. Sungguh besar cinta orang tuanya. Saling menjaga, mendukung, dan menyayangi satu sama lain. Bahkan dalam ingatan Niki tidak pernah ada debat antara Rudi dan Ayu dengan intonasi tinggi. Semua selalu terlihat romantis dan akur. Dan Niki mendamba hubungan seperti itu. Nyaris sempurna.

Niki tak tenang, di satu sisi dia harus tegar di depan Rudi yang tampak rapuh. Tapi satu sisi lain hatinya yang sudah nyaris hancur karena Gusti harus menghadapai kenyataan Ayu yang anfal.

Ran tidak tega melihat keluarga kecil yang di depannya kini. Diam-diam tanpa diketahui siapa pun, dia selalu berkomunikasi dengan dokter spesialis yang menangani Ayu.

Semua bernapas lega saat Ayu bisa kembali lagi. Jantungnya kembali berdetak, tetapi Ayu jatuh koma. Kesadarannya menurun dan Dokter akan stand by mengawasi 24 jam. Niki memeluk Rudi erat.

"Bunda itu kuat, Nik. Kita berdoa saja, ya." Rudi membelai sayang putri semata wayangnya. Mereka baru saja mengetahui kondisi sebenarnya tentang Ayu. Cairan di paru-paru membuat jantungnya membengkak, sekarang sedang diusahakan penanganan terbaik.

Rudi dan Niki bergantian masuk ke ruang ICU, di mana Ayu berbaring tenang. Dengan begitu banyak alat kesehatan yang dipasang di tubuhnya.

Sepeninggal Rudi, Niki limbung. Tubuhnya nyaris jatuh ke lantai. Namun Ran jauh lebih sigap, menangkap Niki dan menggendongnya ke mobil. Rudi meminta Niki untuk pulang dulu untuk rehat di rumah.

"Bunda." Niki menyebut Ayu di bawah alam sadarnya.

"Ran, stay with me. Stay ... please!" Kalimat itu lirih terucap. Perasaan Ran buncah, kehadirannya selama ini ternyata sangat berarti buat Niki.

"I will, Nik. Jangan cemas, aku akan urus semuanya demi kamu." Ran memasang sabuk pengaman dan memastikan kursinya nyaman untuk Niki rehat sejenak.

***
Alhamdulillah
Meskipun sambil lari, saya masih berusaha di akhir waktu DL sampi cerita ini tamat.

Sayang sekali kalau benang merah yang hampir tersambung, harus gagal di tengah jalan.

Terima kasih untuk teman-teman yang setia mendampingi saya.

Terima kasih juga untuk yang baru sempat mampir dan memberikan vote.

Tanpa kalian cerita ini akan biasa saja. Bersama kalian cerita ini menjadi luar biasa.

Terima kasih. Sayang kaliaan semua.

TAKKAN TERGANTI ( Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang