LAYAR 22 ( ENDING PART )

1.1K 53 15
                                    

Stella baru pertama kali bertemu Sarah. Selama ini hanya mendengar dari Joana. Reflek Stella maju di depan melindungi Niki.

"Wah, ada pelindungnya sekarang. Apa kamu berubah jadi pengecut?" ejek Sarah terang-terangan.

"Sayang sekali, ya. Seharusnya tuan rumah menyambut baik semua tamunya. Dan banyak relasi Anda pasti datang hari ini. Saya cuma kasihan, jangan sampai percakapan kita ini ada yang merekam diam-diam dan trending. Tentunya Anda yang malu." Skakmat! Niki menyerang lebih dahsyat. Tetapi jujur niatnya tidak ingin ada keributan yang disebabkan oleh tuan rumahnya sendiri. Bagaimanapun juga Gusti adalah orang baik dan pernah menemaninya sebagai orang spesial di hatinya.

Sarah murka, sebelum emosinya memuncak seseorang datang dan menariknya pergi. Stella dan Niki menarik napas lega. Saling berpegangan tangan, seolah dengan begitu mereka bisa saling menjaga. Niki merasa keputusannya tepat, tidak mengajak Ran. Belum apa-apa saja Sarah sudah menyerangnya.

***

Mata Niki menyapu semua ruangan dan berhenti pada sepasang mata teduh yang dulu selalu menatapnya lembut dan penuh cinta. Pandangan mata Niki bergeser pada seorang perempuan cantik, nyaris sempurna. Betul, dia adalah mantan Gusti yang dulu dia pergoki di kafe pelangi.

"Bu, kita ngucapin selamat terus pulang saja, ya," bisik Stella menyadarkan Niki dari lamunannya.

"Serius kamu nggak mau makan dulu? Enak-enak, tuh!"

Tawaran yang menggiurkan bagi Stella yang doyan makan. Tetapi mengingat tabiat Sarah, selera makannya terbang terbawa angin.

"Enggak ah, Bu. Takut ada racunnya, habis tuan rumahnya nggak ramah." Stella cukup kencang suaranya, sehingga tamu di belakangnya ikut mendengar.

"Ssst, jangan kenceng-kenceng, Stel. Didengar orang kacau nanti."

Stella nyengir kuda. Meminta maaf dengan menangkupkan kedua tangannya di depan dada.
"Sudahlah. Kita ke pengantin lalu pulang."

Langkah demi langkah diiringi detak jantung yang berlomba dengan aliran darahnya. Stella menggenggam erat tangan Stella yang bersiri di belakangnya. Menyalami orang tua mempelai perempuan lancar. Bergeser ke arah pengantin Niki merasa ekspresi Gusti berubah kesal.

"Selamat ya, Kak. Semoga langgeng dan bahagia."

"Selamat ya Gusti, doakan kami cepat menyusul kalian." Niki menoleh, kenapa Stella berubah suaranya jadi laki-laki. Sontak Niki melepas tangannya, dia kira salah gandeng orang lain. Tubuhnya oleng karena kaget, heels-nya lumayan tinggi. Beruntung Ran sigap merangkulnya.

"Aku jelasin nanti, Sayangku." Ran sengaja berbisik tepat di telinga Niki. Tidak mungkin Niki bereaksi menolak.

Mereka lanjut menyalami Sarah dan suaminya. Lalu bergegas turun panggung, dan menuju pintu keluar. Niki mencari keberadaan Stella, otaknya masih tidak mengerti bagaimana bisa Ran tiba-tiba sudah ada di belakangnya. Apa Niki terlalu fokus dengan langkahnya, saking banyak tamu juga, jadi tidak menyadari kedatangan Ran.

***

Sampai di mobil, Ran menghela napas lega. Niki masih bingung dengan apa yang terjadi.

"Maaf, ya. Bikin kamu kaget begini." Ran memegang pundak Niki.

Niki sontak menoleh. "Stella ke mana?" Niki masih kepikiran sama asistennya.

"Astaga, kamu khawatirin Stella? Dia udah besar, kali. Tadi aku suruh makan nggak mau, katanya mau langsung pulang. Kenapa sih, dia? Kayak nggak nyaman banget di sana tadi."

Ran sepertinya tidak tahu kejadian Sarah menemuinya. Syukur, deh. Lebih baik begitu. Toh, tidak terjadi apa-apa.

"Dia udah makan, kok. Program diet juga, jadi menu berlemak kayak di sana tadi sudah pasti ditolaknya mentah-mentah." Niki meremas-remas tangannya yang sedari tadi dingin.

"Perempuan, ya. Sudah kurus juga masih diet, aja. Padahal gendut sedikit juga masih cantik. Kamu jangan ikut-ikutan Stella, ya."

"Iya. Lagian aku malah pengen gendut."

"Nanti kalo kamu hamil, pasti gendut."

Niki mengalihkan mukanya ke arah jendela. Kenapa bahas soal hamil segala, nikah aja, belum. Jujur hatinya berharap hal itu segera terwujud. Memikirkannya saja membuatnya malu. Tak sadar bibirnya tersenyum.

"Bayangin apa, tuh, senyum-senyum sendiri." Dor! Ran menangkapnya basah.

"Apaan? Bayangin itu ... kalau aku hamil."
"Apa? Serius bayangin itu? Anak siapa, tuh?" Ran malah menggoda terus jadi Niki makin malu.

"Raaan, iiih!" Niki mencubit pinggang Ran bertubi-tubi.

"Ampun ... ampun! Stop! Aku lagi nyetir, loh." Niki menghentikan aksinya.

"Nik, apa kamu mau mengandung dan melahirkan anak-anakku nanti?"

"Kenapa kamu tanya soal itu? Bukannya pernikahan salah satunya untuk meneruskan keturunan?"

Ran tidak melanjutkan pertanyaannya lagi. Jawaban Niki barusan sudah cukup baginya.

Malam semakin larut, Niki sudah diantar sampai rumah. Mobil memasuki area parkir sebuah apartemen mewah di Semarang. Sebenarnya kalau Ran mau, dia bisa meneruskan perusahaan keluarga setelah lulus kuliah. Tetapi bekerja di toko akan memupuk jiwa bisnis lebih peka lagi.

Apartemen ini salah satu investasinya setelah lulus kuliah beberapa tahun lalu. Sebagai hadiah atas kelulusannya. Ran beruntung memiliki orang tua yang begitu perhatian pada pendidikan dan semua hal tentang dirinya. Termasuk Niki.

Tinggal selangkah lagi, cinta yang dulu tumbuh tetapi belum sempat bersemi, kali ini akan dirawat berdua. Dengan restu orang tua, semua akan berjalan sesuai harapannya.

Di tempat yang berbeda, menatap langit yang sama, Niki bersyukur bertemu masa lalunya. Seorang Ran Sinara yang datang bak seorang pahlawan, selalu setia meskipun kesakitan karena dirinya masih bersama Gusti.

Setia mendampingi di saat dirinya berada di posisi terendah. Dan tanpa ragu melakukan apa pun untuk melindungi dirinya.

Cinta lama bersemi kembali, berakhir dengan kebersamaan yang tanpa mereka sadari tak pernah terganti sejak dulu hingga kini. Ran Sinara dipastikan abadi di hati Niki dan TAKKAN TERGANTI.

***

Alhamdulillah
Finally, berakhir juga.

Bahagianya. Akhirnya mereka bersatu juga. Tinggal diresmikan, eeuy!

Siapa yang mau jadi WO-nya?😁💞

Doakan cerita ini bisa ada versi cetaknya, ya. Tentu saja akan berbeda versi. Dan ada penambahan bab nantinya.

Terima kasih untuk semua teman-teman yang telah mendampingi saya, memberi vote dan komentar seru di sini. Saya nggak kesepian.

Kita bertemu lagi di naskah ceritaku yang baru, ya.

See you. Love for all of you.

TAKKAN TERGANTI ( Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang