Chapter 1

7.3K 309 5
                                        

Sebelum baca, yuk vote dulu🔥

***

Nara menatap kejadian beberapa meter dari tempatnya berdiri saat ini. Suasana kantin di jam istirahat pertama SMA Cakrawala kali ini cukup ramai dengan orang yang bergerombol untuk melihat kejadian beberapa menit yang lalu. Namun, tidak ada satupun orang yang berani maju sekedar menolong seorang gadis yang tengah dipermalukan habis-habisan oleh lawannya.

Gadis kepang dua dengan kacamata bulat itu menunduk dalam. Menahan tangis karena ucapan menyakitkan cowok yang tidak sengaja ia tabrak itu.
Ia tahu ia salah. Karena telah membuat almamater SMA Cakrawala bewarna navy milik cowok itu kotor.

"Lo tau, kan? Lo berurusan sama siapa?"

Gadis itu tidak mendongak sama sekali. Tidak ada nyali untuknya mendongak. Belum lagi setelah mendengar nada penuh penekanan serta peringatan itu.

"Pergi dari hadapan gue. Kali ini lo bisa lolos dari gue!" perintah itu seperti sebuah kesempatan yang hanya segelintir orang bisa mendapatkannya ketika sudah berurusan dengannya. Tanpa membuang waktu, gadis itu segera pergi dari hadapan cowok paling ditakuti seluruh siswa-siswi SMA Cakrawala itu.

"Daniel Aska Sagara," gumam Safira; teman baru Nara di SMA Cakrawala. Tatapannya masih setia mengarah ke tempat kejadian yang mulai lengang oleh siswa-siswi yang meninggalkan tempat.
Nara menoleh kearahnya dengan kening berkerut. Belum konek dengan apa yang diucapkan oleh Safira.

"Siapa?" tanya Nara polos.
Safira langsung menatapnya dengan kedua mata melebar. Kedua tangannya sontak menangkup kedua pipi Nara membuat mulut Nara sedikit mengerucut ke depan.

"Seminggu lo disini, lo nggak kenal siapa Daniel?" Nara yang polos menggeleng pelan. Bahkan, ia baru kali ini mendengar nama itu semenjak memasuki Cakrawala.
Safira menepuk jidatnya pelan. Beruntung sekali teman barunya ini tidak berurusan dengan Daniel. Jika saja berurusan, dengan status Nara yang belum mengenal siapa Daniel. Maka hancurlah hidup temannya ini.

"Mood gue jajan ilang. Takut nasib gue nanti kayak cewek tadi. Bisa-bisa pas bagian gue nanti gue nggak lolos lagi!"

Nara menganga tak percaya. Safira sudah bersiap berbalik arah untuk kembali ke kelas. Namun, Nara dengan sigap menahan lengannya.
"Tunggu aku beli minuman dulu, ya?"

Safira menaikkan sebelah alisnya. Tatapan Nara penuh permohonan. Alhasil ia hanya bisa mengangguk mengiyakan membuat semburat senyum terbit di wajah gadis itu.

"Tapi minumannya es cokelat, ya? Gue tunggu disini nanti gue minta." Nara menipiskan bibirnya. Sebenarnya ia hanya ingin membeli air mineral mengingat harga jajan di kantin Cakrawala bisa sampai dua kali lipat dari harga biasanya. Tapi, tak apa. Asal Safira mau menunggunya yang bisa saja tersesat di gedung kantin sebesar ini melebihi gedung kantin di SMA lainnya.

Nara memilih berlalu untuk membeli apa yang Safira inginkan tadi.
Tidak lama kemudian, ia kembali membawa satu cup besar minuman berisi es cokelat. Safira menariknya untuk meminta ditengah perjalanan mereka kembali ke kelas.
Nara tidak mempermasalahkannya. Safira memang orang yang blak-blakan. Bahkan saat pertama kali bertemu Safira langsung mengajak berkenalan tanpa canggung.

"Eits, berhenti!" Nara menghentikan jalan dan melangkah mundur karena Safira yang menarik tangannya.
Nara yang paham kembali menyodorkan minuman cokelat nya pada Safira. Namun, Safira malah berdecak.

"Beser gue kumat. Temenin gue ke kamar mandi ayo!" Tanpa rasa kasian, Safira menarik tangan Nara untuk mengikutinya.
Kamar mandi yang terdekat hanya kamar mandi di ujung lorong. Tempatnya cukup sepi karena kiri-kanannya hanya ruang laboratorium yang akan terpakai jika ada kegiatan praktikum.
Safira masuk di salah satu bilik kamar mandi, sedangkan Nara memilih menunggu di luar seraya menikmati es cokelatnya.

Ditengah kegiatan menikmati minumannya, mata Nara tertuju pada benda yang tergeletak tak jauh dari tempatnya berdiri.
Benda itu menarik perhatiannya. Warnanya silver dan sedikit terkena sinar matahari. Membuat pandangan siapa saja pasti tertuju kearah benda itu.

Nara penasaran. Ia mendekat menghampiri benda itu dan mengambilnya.
Sebuah gantungan kunci berbahan logam dengan bandul burung rajawali.
Nara mengamatinya lamat-lamat. Sepertinya benda ini terjatuh saat sang pemilik melewati lorong ini. Nara yang tidak ingin meninggalkan benda itu, memilih memasukkannya ke dalam saku almamater lantas ia berdiri dan kembali menunggu Safira yang tidak juga keluar dari kamar mandi.

Baru saja ia berbalik, matanya sudah membulat lebar disusul jatuhnya es cokelat miliknya. Kedua tangannya menutup mulut seolah tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi.
Dengan sedikit keberanian, ia mendongak. Menatap sosok yang belum ada setengah jam lalu dibicarakan Safira tengah berdiri dihadapannya dengan seragam putih penuh warna cokelat; Daniel Aska Sagara, yang saat ini tengah menatap tak percaya pada seragam yang lagi-lagi terkena tumpahan.
Dirinya menggeram, apa belum cukup almamater nya terkena tumpahan saos kacang batagor milik cewek tadi?
Hingga sekarang, seragam yang merupakan lapisan terakhir juga harus ikut kotor?

"Bangsat!" umpat Daniel tertahan seraya mendongak menatap Nara yang gugup didepannya.
Daniel menatap tajam, dan Nara yang ditatap sedemikian hanya bisa meneguk ludahnya kasar.

Dari balik tubuh Daniel, Nara melihat Safira yang keluar dari kamar mandi. Cewek itu terlihat celingukan mencari keberadaanya, sebelum setelah itu matanya membulat kaget melihat posisi Nara yang berhadapan dengan orang paling dihindari satu Cakrawala.
Safira mengangkat kedua tangan tidak berani ikut campur. Nara sudah menebaknya. Mengingat ketika kejadian di kantin saja Safira memilih tidak mendekat dan menonton dari jauh.

Nara kembali memfokuskan pandangannya pada Daniel yang masih saja menatapnya tajam. Hingga Nara tersentak, tatkala Daniel telah menarik lengannya untuk mengikuti langkah cowok itu.
Mereka berhenti di lorong yang terdapat beberapa loker. Tanpa memutus pandangan tajamnya, Daniel melepas satu persatu kancing seragamnya. Nara menunduk, dan kembali tersentak karena Daniel yang melempar seragam itu kearahnya. Ketika Nara mendongak, untungnya cowok itu sudah berganti baju dengan atasan seragam olahraga.

"Cuci sampe bersih dan taruh di meja gue sebelum gue dateng besok, kalau aja nggak bersih, lo harus ganti rugi sekalian almamater kotor gue tadi!" perintah Daniel yang langsung berlalu dari hadapan Nara.

Nara masih mencoba mengatur nafasnya. Tepukan di bahu membuatnya berbalik dan mendapati Safira dengan raut khawatirnya.

"Lo ... nggak papa, kan?" tanya Safira.
Nara menggeleng pelan dengan tangan setia menggenggam seragam kotor milik Daniel. Safira menatap seragam itu sekilas, lalu kembali menatap Nara yang tengah melamun. "Oke, sekarang kita balik ke kelas dan cari cara buat bersihin itu. Gue bakalan bantu lo, ya?"

Nara mengangguk, menyambut tangan Safira yang mengajaknya untuk ke kelas.
Sampai di kelas, bahkan sampai pelajaran dimulai Nara masih saja diam memikirkan apa yang ia lakukan dengan seragam milik Daniel.

"Ra, lo diliatin mulu tuh." Nara tersentak menatap Safira yang satu meja dengannya. Matanya melirik pada bu Asri yang tengah menjelaskan materi biologi di depan dengan sesekali melirik Nara yang sejak tadi hanya melamun.
Nara berdeham, lalu kembali fokus karena takut jika nanti bu Asri nekat menunjuknya.

"Dari sini, kita dapat menyimpulkan jika pembelahan mitosis adalah pembelahan yang menghasilkan dua sel identik," jelas bu Asri sembari tangannya bergerak untuk memberesi buku-buku bersiap mengakhiri pelajaran.
"Baik, sampai sini dulu pertemuan kita mengenai materi pembelahan sel. Sampai jumpa minggu depan."

Bu Asri melangkah keluar. Tepat setelah itu Nara langsung melipat kedua tangan dan menidurkan kepalanya. Safira yang melihat itu menghela nafas pelan.

"Beruntung banget cewek tadi bisa lolos," celetuk Safira ikut membaringkan kepala. Ia bisa melihat wajah lelah sahabatnya itu yang tengah memejamkan mata. "Gue nanti bakalan ikut lo ke panti. Terus bantuin lo nyuci. Kalau bisa kita nanti ke supermarket beli pemutih, deh."

"Hm, makasih."

TBC

Gimana kesannya buat chapter satu?

Oke, guys bantu cerita ini up dengan vote dan komen ya:)
Share juga ke temen sesama reader kalian buat ikutan baca kisah Nara:)

Untuk part selanjutnya ...
Tunggu ya

See you guys❤️

Daniel Owns MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang