enam

4 1 0
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul 9 pagi.
Mahalea pun sudah naik pitam karena membangunkan Bayi besar yang tak kunjung membuka matanya.

"Za gua siram ya Lo" teriak Lea sambil membawa satu gayung air dari kamar mandi.

Reza yang kaget mendengar teriakan itu pun bangun dari tidurnya dan otomatis terduduk. Syukur Alhamdulillah Lea belum sampai mengguyur tubuhnya dengan se gayung air dingin.

"Mati ya Lo" kesal Lea.

"Kenapa sih sayang pagi-pagi udah teriak-teriak. Gak enak di denger tetangga " ujar Reza masih dengan mengumpulkan nyawanya yang berkelana.

"Cih. Sayang pala Lo. Jijik" ujar Lea sambil menunjuk kan raut muka ingin muntah.

Reza yang melihat itupun hanya terkekeh
"Aih cantiknya ... bener-bener kebahagiaan haqiqi ini mah kalau bisa begini setiap hari" gumam Reza lirih sambil tersenyum

"Apa Lo senyum-senyum" bentak Lea galak sambil menatap tajam Reza.

"Enggak..tolong dong siapin sarapan buat minum obat. Gua ke kamar mandi dulu" ujar Reza sambil berusaha bangkit dari tidurnya.

Melihat Reza yang kesusahan pun mau tak mau Lea harus membantu, meskipun darahnya tengah mendidih lantaran kesal pada makhluk tidak tau diri ini.

"Makasih sayang" ujar Reza sambil menggoda kearah Lea .

"Berisik" balas Lea dengan galak.

Reza pun hanya bisa mengulum senyumnya , benar-benar singa betina yang sangat galak dan kejam, namun tetap baik hati.

***
Setelah selesai makan dan minum obat, kini Lea mengganti perban pada luka di kaki Kiri Reza.

"Awh pelan-pelan. Sakit leleeeee" gemas Reza dengan menahan rasa sakitnya, bahkan mukanya kini memerah.

"Lebay" jawab Lea sekenanya

"Enak aja Lo ngomong lebay. Lo gak tau rasanya" omel Reza tak terima

"Berisik" ucap Lea sambil melotot kan matanya ke arah Reza.

"Dih sadis bener buk" jawab Reza sambil mengerucutkan bibirnya lucu.

Lea yang melihat itu pun memutar bola matanya malas.
"Jangan sok manis. Jijik " komen Lea dengan menunjukkan ekspresi ingin mut'ah andalannya.

"Emang manis kali, tampan pula. Gimana dong" jawab Reza dengan percaya diri.

"sombong bener bocah ingusan" ucap Lea sinis.

"Mana ada bocah yang tampan rupawan begini" jawab Reza dengan sombongnya.

" Cih. Cuma bocah manja yang luka gini doang takut mati" ujar Lea dengan tatapan mengejek.

"Yang penting ganteng maksimal" 

"Serah Lo" ujar Lea lalu bangkit dan membereskan peralatan P3K nya dan mengembalikan pada laci.

"Gua pergi, dan jangan ganggu gua lagi" tegas Lea pada Reza, lalu berlalu meninggalkan kamar itu.

"Lo kenapa sih marah-marah terus ke gua, kaya gak suka banget deket gua, benci Lo sama gua ? Gua salah apa sih Lea sama Lo ? " Tanya Reza akhirnya.

Lea yang mendengar pertanyaan itu pun mengurungkan niatnya untuk membuka pintu, kini ia berbalik untuk menatap Reza yang kini tengah menatap nya dengan raut wajah sendu.

"Gua benci berisik. Gua kesini nyari ketenangan" jawab Lea

" Gua minta maaf kalau beberapa hari ini ganggu ketenangan Lo. Gue gak maksud untuk itu, karena gua merasa gua kesepian disini dan Lo pun sama. Gua merasa kita cocok kita sama, dan gua merasa nyaman Deket sama Lo. Sorry kalau gua nyusahin." Ujar Reza panjang lebar.

"Its ok. Gue pergi. Cepet sembuh" ujar Lea dan akan berbalik membuka pintu.

"Lea ..thankyou" ujar Reza sambil tersenyum sangat tampan.

Lea yang mendengar itupun bingung harus bereaksi seperti apa, tanpa memberikan jawaban apapun ia lebih memilih melanjutkan niatnya untuk pergi dari kamar itu.

****
Vote coment please

MaharezaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang