Satu yang Alleira syukuri dari hidupnya yang hampa dan pahit ini. Saat ibunya memutuskan untuk menikah dan meminta maaf kepadanya karena sang calon suami enggan menerima dirinya, setidaknya ibu Lei menempatkannya pada tempat yang tepat. Kampung halaman nenek di daerah ini memiliki hawa sejuk dan pemandangan yang asri. Berbeda dengan Jakarta yang bising dan terasa penuh sesak, Ngargoyoso dan alamnya selalu mampu membuat hati Lei berangsur tenang.
Rumah Paman Tino adalah tempat berteduhnya seorang diri. Pamannya bekerja sebagai pegawai pemda di Jawa Timur, dan hanya akan datang satu atau dua minggu sekali untuk memantau perkembangan bisnis jual beli tanaman hias yang pria itu rintis dan miliki. Beruntungnya, Paman Tino memberikan Lei kesempatan untuk mengembangkan diri pada bisnis ini, saat ia harus mau menerima kenyataan pahit dibuang oleh ibu sendiri dan tak diberi kesempatan melanjutkan pendidikan setelah SMA. Tanpa air mata, hati Lei yang terluka oleh kecewa, memfokuskan dirinya untuk belajar ilmu bertani dan mengembangkan bisnis tanaman hias ini.
Lei menghela nafas panjang saat motornya sampai di sebuah hotel yang baru selesai di bangun. Prospek bisnis pariwisata di kota Karanganyar sepertinya sedang bagus. Banyak investor dalam dan luar negeri yang membangun tempat wisata asri dan sederhana, tetapi memiliki daya pikat yang tinggi. Hawa sejuk pegunungan dan ragam pilihan wisata membuat banyak orang sekitar Jawa Tengah dan Jawa Timur, kerap menjatuhkan pilihan pada derah ini untuk menghabiskan akhir minggu atau hari libur. Salah satu keuntungan dari bisnis pariwisata yang berkembang pesat ini, usaha Lei tak pernah sepi. Ia selalu berhasil membuat perjanjian kerja sama suplai tanaman hias di beberapa tempat wisata, restauran, atau hotel dan cottage.
"Selamat siang, Mbak. Saya mau bertemu Pak Mansyur. Sudah janji untuk bertemu beliau." Leira bicara pada perempuan yang berjaga di meja pintu utama. Ia tak berani menyebut perempuan itu sebagai resepsionis, karena hotel ini belum beroperasi. Namun, saat mata Lei mengitari 360 derajat tempat ini, Lei yakin hotel ini akan menjadi satu ikon wisata Ngargoyoso dan hotel berbintang mewah pertama yang bisa direkomendasikan.
"Silakan tunggu, Mbak." Perempuan itu menunjuk pada satu set sofa sederhana yang terletak di pojok ruangan. "Pak Mansyur akan datang sebentar lagi. Sudah saya informasikan terkait kedatangan Mbak."
Leira mengangguk, lantas tersenyum dan mengucap terima kasih. Ia beranjak menuju tempat yang ditunjuk tadi dan duduk manis menikmati tempat indah yang ia yakin, tak mungkin dihargai murah. Ragam wisata dengan aneka fasilitas dan harga, memberikan pilihan bagi orang yang ingin menikmatinya. Meski mahal, belum tentu tempat ini akan sepi pengunjung. Lei tahu, bagi sebagian orang, uang bukan hal penting yang harus terus disimpan. Mereka rela membuang berapa pun jumlah yang dibutuhkan, demi mendapatkan relaksasi dan kesenangan selama beberapa hari. Pemilik hotel ini cukup cerdas untuk memikirkan itu. Lei yakin soal ini. Selera pemilik hotel ini terlihat tinggi dan ia yakin, jika berhasil membuat kerja sama pertamanan atau suplai tanaman, ia bisa membanggakan diri dan usaha pamannya, karena berhasil menjadi kepercayaan tempat semewah ini.
"Mbak Leira. Apa kabar?" Pria usia akhir tiga puluh itu menyapa Leira dengan senyum manisnya. "Terakhir kita bertemu saat penyuluhan pertanian dan propek usaha tanaman hias yang diselenggarakan oleh timnya Pak Yongki, ya?" Tanpa sungkan, pria berkaus kerah itu mengambil duduk tepat di depan Leira dan melanjutkan ucapannya. "Gimana, Mbak, sudah menikah dong sama Pak Yongki?"
Senyum yang tadinya sudah Leira siapkan untuk menyambut kerja sama ini, seketika berubah menjadi senyum kecut. "Saya dan Pak Yongki sudah berakhir, Pak. Saya sudah tidak tahu beliau di mana," dusta Leira untuk ucapan keduanya. Leira tahu di mana Yongki berada dan bagaimana kondisinya, tetapi gadis ini memilih untuk tak mau tahu dan peduli dengan pria yang sempat memorakporandakan hidup dan malam-malamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aglovenema
RomanceAlleira sudah mati rasa terhadap cinta dan kasih sayang. Hidup terlampau banyak mencekokinya dengan rasa pahit kekecewaan dan penghianatan. Ditinggalkan dan meninggalkan, adalah hal biasa dan terbiasa ia lakukan. Baginya, lebih baik hampa dan sendir...