Bagas tak habis pikir dengan pria yang menggunakan cara picik untuk memenangkan wanita. Hati tak bisa dipaksa dan tak juga bisa dipermainkan. Saat ini ia berada di ruang keamanan hotel dengan beberapa polisi yang baru datang. Sebagai pemilik hotel dan tuan rumah acara, Bagas dipanggil oleh penyidik dan dimintai keterangan.
Napas Bagas masih memburu, mengingat bagaimana kondisi Leira saat dievakuasi dari salah satu bilik toilet. Perempuan itu tampak mengenaskan dengan lipstik yang luntur di bibir dan baju yang sobek di beberapa bagian. Perempuan itu berteriak saat Bagas membuka pintu, lalu menyembunyikan wajahnya ke dalam lipatan lutut yang ia peluk.
"Ini aku, Leira. Kamu sudah aman." Bagas hendak mendekat, tetapi polisi wanita yang datang, tiba-tibe mendahului dirinya menyelamatkan Leira. Sesaat, mereka saling tatap dan Bagas bisa melihat dengan jelas sorot kehancuran di mata perempuan itu.
Entah mengapa satu sisi hati Bagas tak terima mendapati kondisi Leira yang seperti itu. Amarahnya bergejolak dan saat Leira sudah diselamatkan oleh polisi wanita, ia keluar toilet dan hendak menghajar pria yang nyaris memperkosa Leira. Namun, niatnya untuk menghabisi Yongki harus ia tahan, saat mendapati Om Tino dengan beringas menghajar pria itu.
Bagas menghela napas panjang, berusaha meredam kekalutan dan amarahnya. Yongki sudah dibawa ke kantor polisi untu ditindak lebih lanjut, Leira sudah dibawa ke salah satu kamar hotel ini, dan ia masih bersama para polisi yang mengumpulkan keterangan saksi.
"Baik, Pak. Sampai sini saja dulu proses kami. Selanjutnya, kasus ini akan berlanjut jika pihak Mbak Leira menuntut. Sementara, Pak Yongki kami tahan di rutan polsek." Seorang polisi beranjak dan pamit.
Bagas mengangguk dan mengucapkan terima kasih seraya berjabat tangan. Ia mengantar polisi itu hingga menaiki mobil dinas mereka, lalu berjalan menuju kamar tempat Liera berada saat ini.
Bagas tahu, suami Leira pastilah yang paling terpukul atas kejadian ini. Dia jelas melihat bagaimana amarah Tino saat menghajar Yongki. Sebenarnya Bagas ingin memberi bogem juga kepada Yongki, tetapi melihat kondisi Yongki yang babak belur oleh Tino, Bagas menahan diri. Lagipula, ia tak bisa berlaku seperti itu, karena Bagas bukan bagian dari Leira. Berbeda dengan Tino yang jelas memiliki Leira.
Hati Bagas sesak. Fakta yang tak bisa ia tolak adalah jika Leira sudah memiliki pria yang mencintai dan melindunginya. Bagas bisa melihat jelas bagaimana Tino tampak hancur saat merengkuh Leira dan menggendong perempuan itu menuju satu kamar. Bagas menghela napas lagi, membesarkan hatinya untuk mau kehilangan lagi.
Langkah Bagas terhenti saat ada tangan yang menahannya. Ia berbalik dan mendapatkan Queena menatapnya dengan sorot intimidasi. "Dia dipelakukan buruk oleh pria, karena memang sikapnya kepada pria sangat buruk. Kamu contohnya." Genggaman tangan Queena pada lengan Bagas semakin kencang. "Dia meninggalkan kamu dan membuangmu demi pria lain." Entah mengapa, Bagas melihat ada sorot ketakutan di mata Leira. "Jangan temui Leira," pintanya dengan nada getir dan takut yang coba ditutupi oleh perempuan itu. "Hidupmu sudah lebih baik dan kamu harus tahu tujuanmu ada di sini. Dia bukanlan bagian dari rencanamu, jadi jangan masuk dan menemuinya."
Bagas menyentak cekalan Queena. "Kamu pun tak ada dalam rencanaku."
"Tapi aku ada dalam hidupmu, Bagas. Aku istrimu!" Queena tampak emosi.
"Aku sedang tak ingin membahas tentang kita di lorong ini. Kembalilah ke kamar dan istirahat. Setelah ini kita akan pulang ke Jakarta dan mengurus perceraian. Aku harus bertemu Leira dan meminta maaf atas musibah yang menimpanya."
"Itu bukan salahmu. Kamu tidak perlu meminta maaf. Itu salahnya yang selalu mencampakkan pria, seakan hanya dialah perempuan di muka bumi ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Aglovenema
RomantizmAlleira sudah mati rasa terhadap cinta dan kasih sayang. Hidup terlampau banyak mencekokinya dengan rasa pahit kekecewaan dan penghianatan. Ditinggalkan dan meninggalkan, adalah hal biasa dan terbiasa ia lakukan. Baginya, lebih baik hampa dan sendir...