Hujan.
Jungwon meremat jaket orang di depannya, tak tau lagi ini dimana. Yang pasti, mereka masih dikejar.
Jay ugal-ugalan, masuk gang-gang kecil, ngebut, nyalip.
Sampai akhirnya mereka berhenti. "Sorry K, nanti motor lo gue ganti."
Ban kempes, body motor penyok banyak goresan, kaca spion ilang satu gara-gara kepentok pas mau masuk gang sempit-sempitan dibawa ngebut. Miris.
"Btw ini dimana?" Tak dipungkiri Jungwon takut tempat gelap. Ditambah disini sangat sepi, tak ada penerangan sama sekali. Bodo amat sama gengsinya yang mepet-mepet megang ujung jaket Jay.
"Kalo om-om tadi masih ngejar terus nemuin kita disini gimana?" Jungwon menatap jalan gelap kosong didepannya dengan gugup.
"Lo tunggu disini,"
"Hah? Tapi—"
Jay dorong kepala Jungwon pake telunjuk, "Bentar doang, bayi."
Jungwon remat baju bawahnya, liat punggung Jay yang perlahan naik, manjat pohon— oh, ada rumah pohon?
Tak lama, benderang lampu menyala. Jungwon terperangah melihat sekelilingnya. Lampu-lampu berjejer menggantung dengan rapi. Cantik.
"Naik, bisa?" Jay mengintip dari atas, "Heh, lo kira?"
'Jangan ngaku cowo tulen kalo gak bisa gelut sama manjat genteng' –Jungwon 2k21 menuju seme.
Manjat pohon doang mah kecil.
Lagian itu ada tangga—
Jay menarik kain putih yang menutup satu sofa panjang lalu menepuk-nepuk bebas bantalannya. Lepas jaketnya dan taruh disembarang tempat.
"Lo mau diem di luar? Duduk sini," Jungwon duduk, Jay berdiri. "Gue mau lo–"
"Mau mie?"
"Hah? Gue–"
"Ck, mau enggak?" Yang ditanya ciut, ngangguk dikit.
"Eh, emang ada mie? Disini ada warung? Lo mau ke warung? Gue ik–" Ucapan Jungwon lagi-lagi terpotong saat Jay mengangkat sebuah dus yang diikat tali.
"Bisa gak sih biarin gue beresin omongan gue dulu?" Rutuknya sambil jongkok menghadap dus yang sedang dibuka.
Isinya ada beberapa mie instan dan bermacam-macam snack. Wah, Jungwon tak habis pikir.
"Sumpah lo ngapain ngumpulin ginian, kadaluarsa gak? Woy? Please deh–" Jungwon mendesah pelan, menunjuk satu mie instan dari 5 macam rasa yang disodorkan orang didepannya.
"Gue beli ini seminggu lalu," Jay mengambil kompor portabel di bawah meja, "Gue sering kesini, makanya sediain makanan. Lo tunggu disini,"
"Ikut," Jungwon berdiri. "Lo kuyup, ganti baju sana." Sebelum Jungwon kembali bersuara, "Laci meja, ada baju. Pake." Jay melenggang pergi.
Jungwon merutuk, "Maunya apa sih, padahal sendirinya juga kuyup."
Ada satu hoodie, satu kaos oblong sama dua celana, tapi pasti bakal gede banget.
Gapapa, anget.
"JAY AWAS LO JANGAN NGINTIP,"
... oke.
Tapi beneran ini kegedean, apalagi celananya yang pinggangnya dilipet aja masih kedodoran. Tapi, Jungwon suka hoodie nya, wangi.
Eh tapi, kalo hoodie nya Jungwon pake, masa Jay kaosan doang? Bimbang.
"Ngapain lo ngendus-ngendus hoodie gue?" Jay dengan dua mangkuk mie instan dan ekspresinya yang tak bisa digambarkan terpampang didepan pintu.
"Hah? Ah enggak, itu.. lo, lo juga kuyup. Ganti baju sana!" Salting.
"Gue gak ngintip!"
'Sial malu banget, hoodie nya gue curi tau rasa, cih.'
"Apaan banget, cuman make kaos doang,"
'... Iya juga. Lagian kita cowo ngapain malu?' Jungwon geleng-geleng kepala.
Jay simpen mangkuk mie dan lepas bajunya. Jungwon kaget Jay langsung makan mie nya tanpa pake baju dulu.
Gak ngintip, cuman liat selewat doang. Suer.
Jungwon susah nelen.
"Lo di atas, gue di bawah," kata Jay tiba-tiba.
Jungwon dongak, terus balik nunduk, "A-apanya?"
"Ya tidur? Lo di sofa, gue di lantai," Jay menjawab sambil mengernyit.
"... oh."
•••
Heeseung simpan hp nya di saku lalu duduk di sofa panjang kosong sambil menghela napas berat. Mata tajamnya menatap (memelototi) setiap orang yang berlutut, berjejer di karpet bulu yang tak berani mengangkat kepalanya.
"Denger?"
"Tapi ini darurat Bang," kata si bonyok 1.
Heeseung mengubah posisi duduknya, menumpangkan sebelah kakinya ke kakinya yang lain. "Udah berapa kali gue bilang mau se darurat apapun hubungin gue dulu."
Jeda.
"Mereka gak peduli lo semua mati atau enggak. Andaikata orang gue gak ngawasin kalian, apa yang terjadi? Hampir ke tembak dan ketimpa motor." Heeseung berdeham.
"Gue udah sering ngurusin hasil ulah kalian, untungnya bokap gue gak peduli dan tutup mata. Ke gue, juga kalian."
"Maaf, Bang," kata bonyok 2.
"Maaf setelah yang satu bilang Jay mau diculik, Jungwon disekap Hyunjin, Jay Jungwon diserang mafia?" Heeseung senyum miring, "Jadi, mana alesan yang bener? Dan, yang lo maksud mafia itu.. gue? Gue mau nyerang anggota gue sendiri, gitu?"
Nada santai dan tenang Heeseung bagai lagu Bloody yang mengalun membuat mereka semakin gugup.
"Maaf, Bang," bonyok 3 menutup matanya.
"Sunghoon," yang memanggil turun dan duduk di depan orang yang dipanggil.
"Iya, Bang?" yang dipanggil mengangkat kepalanya dengan wajah serius.
"Lo masih suka gue?" Heeseung dengan tenang menatap wajah tak karuan Sunghoon.
"Masih, Bang," Sunghoon mengangguk dengan wajah yang masih serius.
"Berhenti, ya?"
Sunghoon diam, perlahan menghela nafasnya yang bergetar lalu mengangguk dengan pelan dan kembali menunduk.
"Semua bangun, teletubbies,"
Semua sontak berdiri dan saling berpelukan satu sama lain. Terdengar childish tapi ini sudah seperti tradisi karena tidak sekali dua kali mereka seperti ini. Dan biasanya setelah ini mereka akan menginap di rumah Heeseung.
'Maaf Bang, gak janji.'
Hai, miss you.
((I MISS Y'ALL SO BAD!!!!))... Maaf (lagi)
Kondisi aku lagi gak bagus, dan kemungkinan up bakal jarang tapi bakal aku usahain!Stay safe ya, see u❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
TAEKWONDO [Jaywon]
RandomManusia es belagu disatuin sama bocil emosian? Dipertemukan oleh taekwondo? Memang bisa? ⚠️harsh word ⚠️bxb Bijaklah dalam membaca.