17. The Truth Untold

2.7K 234 56
                                    

Reina duduk di tepi tempat tidurnya, menghitung uang di dompetnya yang ternyata hanya tinggal beberapa puluh ribu saja.

Sejak ia putus kuliah, ia sudah tak dapat uang bulanan dari ayah bundanya lagi.

Jaehyun masih mendapatkan uang bulanannya, dengan jumlah yang pas jika dipakai Jaehyun sendiri. Namun karena harus digunakan berdua, uang itu sering kurang. Papa Jaehyun konsisten untuk tidak mengirimi anaknya uang di luar keperluan kuliah. Ia ingin anaknya bertanggung jawab.

Reina menghela nafas panjang, ia bahkan tidak bisa meminta uang ke Jaehyun. Setiap bulan Jaehyun sudah memotong uang bulanannya sebesar 70% untuk diberikan sebagai nafkah. Ia tahu Jaehyun sendiri pasti kesulitan mengatur 30% sisanya untuk kebutuhan kuliah.

"Bahkan tabungan buat lahiran pun belum ada, tapi untuk sehari-hari saja sesulit ini, bagaimana bisa menabung?"

Reina menghela nafas pasrah. Ditutupnya kembali dompet itu dan ia letakkan di atas meja.

Ia memilih untuk membaca buku kuliah yang dibelinya dulu. Mempelajarinya sembari menunggu tahun berganti, berharap ia bisa kuliah lagi.

*****

Jam sudah menunjukkan pukul 12 malam, namun Jaehyun belum juga menunjukkan batang hidungnya.

Padahal di rumah, Reina menunggunya dengan penuh kekhawatiran. Pesan yang tak dibaca, telfon yang tak diangkat, Reina tak tahu harus menghubungi siapa untuk menanyakan keberadaan suaminya itu.

"Jae kamu di mana?" monolog Reina dengan kedua mata yang sudah basah.

Ia takut sesuatu terjadi kepada Jaehyun.

Tak bisa menunggu lagi, Reina berniat mencari Jaehyun meski ia sendiri tak tahu harus mencari kemana.

Namun baru saja membuka pintu, ia dibuat terkejut dengan keberadaan Jaehyun yang mabuk berat.

"Jaehyun?!"

Reina segera memapah Jaehyun yang tak bisa berdiri tanpa berpegangan itu. Hatinya sakit melihat Jaehyun pulang dalam keadaan mabuk.

Ia memapah Jaehyun perlahan, mengarahkan langkah lunglai suaminya itu ke kamar mereka.

"Kamu kenapa sih Jae? Hiks" Reina mulai menangis.

Ia cukup kesulitan memapah Jaehyun dengan kondisinya yang sedang hamil.

Sekuat tenaga Reina membawa suaminya itu ke kamar sambil sesekali menyeka air matanya.

.

Dengan telaten Reina melepas sepatu dan jaket yang Jaehyun kenakan. Ia masih tak percaya, Jaehyun akan pulang dengan kondisi mabuk berat seperti sekarang.

"I'm too young to become a daddy..." gumam Jaehyun lirih khas orang mabuk.

Namun Reina dapat mendengarnya dengan sangat jelas.

Reina semakin menangis dan terisak. Semua terasa semakin berat.

Reina tau itu adalah kejujuran yang selama ini tak bisa Jaehyun ungkapkan.

"Aku juga belum siap Jae, aku juga terlalu muda untuk jadi seorang ibu hiks"

"Tapi baby udah ada di rahim aku, aku gabisa bunuh dia, aku gamau jadi ibu berdosa"

"Tapi aku... hiks.... juga mau kamu bahagia."

*****

Jaehyun terbangun dengan kepala yang cukup pusing. Ia pun menuju dapur untuk mengambil air minum.

Namun anehnya, ia tak bertemu dengan Reina.

Bahkan di kamar mandi pun, Reina juga tak ada.

Dengan cepat Jaehyun kembali menuju kamarnya.








Kosong.

Isi lemari pakaian Reina kosong.

Pikiran Jaehyun kalut.

Ia mencoba mengingat apa yang terjadi semalam, namun percuma karena ia tak bisa mengingat apapun.

"Rei kamu di mana?"

Jaehyun mengacak rambutnya frustasi.

"I'm sorry Rei...."

































Tbc ❤️

Maaf kelamaan hiatus dan update nya ga nentu 😭🙏🏻

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 03, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Brengsek >>> Jung JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang