Jaehyun merasa terkejut setelah mendengar apa yang Reina sampaikan sebelum ia turun dari mobilnya. Kata-kata itu terus terngiang bahkan setelah dirinya merebahkan diri di kasur empuk kamarnya.
Menatap kosong ke langit-langit ber cat putih, Jaehyun masih bisa melihat wajah penuh air mata milik mantan kekasihnya. Ia tahu, bayi yang dikandung Reina adalah darah dagingnya. Namun ia juga terlalu pengecut untuk mengakuinya, berbohong terhadap diri sendiri lebih ia pilih untuk menutupi rasa bersalahnya.
Jaehyun mengusap wajah kasar. Saat Reina merasa benang kusutnya mulai terurai, Jaehyun justru sedang dalam titik terumit yang pernah dijumpainya. Semua.... karena kesalahannya.
Tapi apa penyesalan itu berarti sekarang? Tentunya tidak.
Penyesalan ada untuk menyadarkan, namun tak bisa mengembalikan apa yang terlanjur dilakukan. Terlebih, saat imbas dari kejadian yang telah terjadi bukan sesuatu yang sederhana. Seperti yang tengah Jaehyun dan Reina alami sekarang.Jaehyun terduduk, ia baru sadar perkataannya tadi cukup jahat untuk ia ucapkan. Menggugurkan bayinya? Ayah macam apa dia! Cukuplah ia lari dan tidak bertanggung jawab, jangan ia jadi pembunuh darah dagingnya juga.
.
Tak ada jawaban. Ponsel ditangannya sudah berkali-kali menghubungi nomor Reina, namun sepertinya si pemilik nomor enggan mengangkat panggilannya.
Ia kejam, ia sadar dirinya tak layak dimaafkan. Namun hatinya terus mendorongnya untuk meminta maaf, Jaehyun masih memiliki hati meski terkadang egonya mendominasi.
Hingga pada akhirnya Jaehyun memilih untuk menyudahi menghubungi Reina, saat panggilan ke-sepuluhnya juga tak kunjung mendapat balasan.
Maaf Rei, aku emang pengecut!
*****
"Rei,"
Suara lembut itu kembali Reina dengar. Tapi entah kenapa rasanya berbeda, tak lagi membuat hatinya berbunga seperti dulu.
Si pemilik suara merendahkan tubuhnya, agar bisa menatap wajah gadis di depannya, saat si pemilik wajah lebih memilih menundukkan kepalanya.
"Boleh kita ngobrol?"
.
"Aku minta maaf,"
Reina masih memalingkan wajah. Entah kenapa ia enggan menatap Jaehyun, pria yang dulu amat dikaguminya.
Jaehyun menghela nafas panjang. Ia tau Reina terlalu sakit hati untuk memaafkan pria sepertinya, namun ia juga ingin merasa lega.
"Aku bakal tanggung jawab,"
Kalimat yang cukup singkat, namun mampu membuat Reina menatapnya meski masih dengan wajah malas.
"Aku bakal nikahin kamu setelah kita lulus SMA,"
Reina tersenyum tipis, lebih terlihat seperti kekecewaan.
"Kenapa akhirnya kamu mau nikahin aku? Kenapa setelah hati aku kamu bikin sakit dengan kata-kata kamu?!"
"Aku minta maaf Rei, aku kalut waktu itu. Kamu tau kan aku harus kuliah hukum?"
"Dan itu yang menjadikan kamu memilih buat membunuh bayi kamu?!" Reina mulai terisak, tak kuasa jika harus membendung air matanya lebih lama lagi.
"Aku bingung Rei, aku gatau apalagi yang bisa kita tempuh. Cuma itu yang ada di fikiranku saat itu."
"Jae... aku ga minta pertanggung jawaban kamu. Terlebih setelah kejadian kemarin, aku semakin yakin buat jaga bayi ini tanpa kamu. Aku gamau kamu nikah sama aku karena keterpaksaan, aku gamau Jae..."
"Engga Rei, aku minta maaf. Aku sayang sama kamu, aku sayang sama bayi di kandungan kamu. I want to take responsibility, i wanna marry you for seriously."
*****
TBC 💕
KAMU SEDANG MEMBACA
Brengsek >>> Jung Jaehyun
Fanfiction"Jae aku hamil," "Gimana?" "Aku hamil," "Jangan bercanda, Rei." "AKU HAMIL JUNG JAEHYUN!" ======= Baca aja dulu siapa tau suka (; ©rinable 2019 Start: July 2019 End: ?