O1-hola!

973 89 62
                                    

"he just wanna get you in bed"
-

-----------------------------------------

"Seorang wanita diduga bunuh diri ditemukan tewas sekitar pukul empat sore di kamar hotelnya. Dia ditemukan dalam kondisi pendarahan dan--"

"Ich bin schnappi das kleine krokodil."

Si kepala keluarga yang awalnya tengah serius menatap siaran berita di televisi itu sontak melirik bocah laki-laki yang duduk tak jauh darinya.

"--hingga saat ini polisi masih berusaha mengidentifikasi penyebab kematian berdasarkan tulisan tangan dalam surat bunuh diri yang mereka temukan di TKP."

"Komm aus Ägypten das liegt direkt am Nil."

"Yang."

"Zuerst lag ich in einem Ei,"

Dengusan sebal begitu saja lolos kala anak itu tak mengindahkan peringatan darinya sama sekali. Entah sadar atau tidak anaknya yang satu itu dengan lirikan sinisnya saat ini. Ia dengan seenak hati terus lanjut bernyanyi seakan tidak mengganggu siapapun yang kini tengah bersamanya.

"Schnappi, schnappi, schnappi."

"Yangyang!" teriaknya lagi. Telinga itu kini sudah sepenuhnya abai dari siaran breaking news yang mengisi televisinya, atensinya sudah benar-benar ditarik penuh oleh putra semata wayangnya disana. "Kamu lanjut nyanyi lagi, nanti aku-"

"ICH BIN SCHNAPPI--"

"YAK!" Satu bantal sofa yang semula berada di belakang punggung seketika melayang tepat mengenai wajah Yangyang hingga berhasil membuat anak itu ikut berdecak sebal di detik berikutnya. Menyebalkan sekali papanya, serangan tiba-tiba itu baru saja menutupi arah pandangnya dan membuat peperangan yang terjadi di dalam layar ponselnya dimenangkan oleh pihak lawan.

"Ck, sialan." spontan Yangyang mengumpat dengan sorot mata yang masih terarah lurus pada benda pipih ditangannya.

"Anak ini-" Pria yang tak lain memang Ten itu sontak tersulut saat mendengar anak itu merutukinya samar-samar.

Picingan mata yang sudah jelas sekali terlihat jengkel pun kemudian buru-buru teralih pada seorang perempuan yang kini tengah sibuk memakai riasan kuku di samping anaknya.

"Lisa!"

"Apa?" jawabnya singkat tanpa berniat melihat.

"Bilang ke anak kamu ini sudah malam."

"Baru jam enam, masih sore belum malam." Lisa menyahut seraya meniup kuku jemarinya yang baru saja ia poles dengan warna biru tua. "Lanjutkan nyanyinya Yangyang!"

"Siap, ma!"

Baru saja Yangyang bersiap untuk kembali bersuara, Ten dengan cepat memelototinya hingga membuat anak itu bungkam lalu mendelik tidak suka.

"Ibu sama anak sama saja." rutuk Ten.

Mendengar itu, Lisa tidak tinggal diam dan langsung sigap menyerang Ten dengan melempar satu botol kecil pewarna kukunya tepat kearah pria itu. "Ayahnya juga sama, sialan."

Harmonis sekali memang keluarga ini. Mereka tak pernah absen menghabiskan hari minggu dengan duduk bersama di ruang keluarga sambil bercengkrama -atau berdebat lebih tepatnya.

Keluarga berisi tiga kepala itu kini memang tengah berkumpul seperti biasa; dengan anak yang selalu berkutat dengan mainannya, si kepala keluarga yang entah sejak kapan menjadi hobi menonton berita, juga istrinya yang sibuk mempercantik diri dengan rajin mengganti-ganti warna kukunya.

ARCANETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang