Haechan menunduk. Dengan telinga tersumpal dentuman lagu yang memekakan telinga, Haechan terus saja berjalan tanpa mempedulikan sekitar.
Tanpa perlu acuh pun Haechan sudah tau tatapan dan bisikan macam apa yang dikeluarkan orang-orang sekampusnya saat melihat dirinya muncul di hadapan mereka.
Semuanya sibuk membicarakan Haechan dan kejadian beberapa hari lalu. Dan sayangnya, tak ada satupun dari mereka yang tidak menyalahkannya.
Tak sekali dua kali Haechan disudutkan hanya untuk mendengar caci maki dari mulut orang-orang yang menurut Haechan tak tau apa-apa.
Inikah buntut dari satu hal yang bahkan Haechan sendiri tak yakin ia yang melakukannya?
Haechan bersumpah, ia tak pernah berniat melakukan hal keji seperti itu pada Somi, semarah apapun dirinya terhadap perempuan itu. Namun untuk saat ini, Haechan tak juga memiliki bukti untuk mengelak. Satu fakta bahwa dirinya mabuk berat malam itu semakin memperburuk semuanya. Haechan takut.
"Kau lihat itu. Tidak tau malu sekali." bisik seseorang pada temannya yang tengah berdiri didepan pintu.
"Benar dia yang membunuh Somi?"
"Bukankah itu kekasihnya?"
Haechan tidak dengar. Semua celotehan itu mengudara tanpa ada satupun yang masuk ke telinga Haechan sampai tiba-tiba..
Bruk!
Langkah Haechan terhenti kala bahunya menabrak seseorang. Tatapan nyalang itu lantas Haechan lemparkan tepat pada orang yang jelas sekali sengaja menabraknya.
"Apa? Kau sengaja?" Haechan bersuara seraya mematikan musik keras yang mengalun di telinga. "Jawab brengsek! Kau sedang mencoba mengusikku huh?!"
Haechan terpancing. Hanya dengan tabrakan dari laki-laki d idepannya emosi Haechan berhasil tersulut. Pasalnya, Haechan sudah mati-matian bersikap masa bodoh sejak detik pertama ia memberanikan diri menginjakkan kaki di tempat itu dan orang ini justru terlihat menantangnya secara terang-terangan.
Empat laki-laki dari jurusan yang sama dengannya. Para pembuat onar yang sudah langganan mendapat sanksi itu kini sengaja tertawa meledek kala sorot mata Haechan tampak membara menatap mereka.
"Lihat itu, tatapannya persis seperti para pembunuh di dalam film."
"Sekarang aku tidak heran kalau dia berani membunuh kekasihnya demi jalang itu." ucap mereka bersahutan.
"Siapa yang kau sebut jalang, bajingan?!" Haechan memicing, spontan menarik kerah orang yang baru saja berbicara.
Pun melihat temannya ditantang oleh Haechan, salah satu yang berdiri ditengah ikut buka suara. Semakin membuat panas keadaan, ikut menyulut sumbu yang bahkan sudah terbakar api.
"J?"
Bugh!!
Atensi Haechan dengan cepat teralih. Pun satu pukulan Haechan layangkan tanpa basa-basi hingga berhasil membuat si lawan bicara terhuyung ke belakang.
Seakan senang mendapat respon dari Haechan, seringai itu pun perlahan terpatri seraya terus memandang remeh Haechan didepannya. "Semua orang tau itu, Na Haechan. Kau dan Jeanna selama ini bermain seburuk itu dibelakang Somi."
KAMU SEDANG MEMBACA
ARCANE
Fanfiction"Haera, lari..." "Tolong, biarkan dia pergi dari sini." [trilogi bagian kedua] ©-retrojae2020