12-camouflage

254 32 6
                                    

Meski awalnya sempat menolak mentah-mentah, nyatanya Jaemin diam-diam menuruti permintaan Jeno.

Disaat Jeno langsung menuju markasnya selepas pergi dari rumah atap, Jaemin yang dalam hati merasa aneh sekaligus jengkel dengan saudara tirinya itu tetap memutuskan untuk menjalankan tugas yang sudah Jeno berikan kepadanya.

Siang itu Jaemin tak langsung pulang. Ia menyempatkan diri untuk datang ke kampus. Tentu bukan untuk belajar, melainkan untuk mencari Winter.

Jaemin tak akan lupa kalau perempuan itu bilang akan ke kampus saat mereka berpisah pagi tadi. Namun ternyata asumsi Jaemin salah, Winter tidak disana.

Heran Jaemin. Winter tak biasanya berbohong, apalagi sampai membolos.

Pun kemudian Jaemin beralih mendatangi rumah keluarga Jung, tapi hasilnya sama. Winter juga tidak disana. Yang Jaemin temui justru bocah jangkung yang baru pulang sekolah; Jung Sungchan.

Dan disini ia berakhir sekarang, berdiri di depan pintu unitnya, menyentuh beberapa angka di gagang pintu sebelum mendorongnya ke dalam.

Baru satu langkah Jaemin masuk, kedua kaki itu tiba-tiba terhenti saat kedua netranya menemukan satu daksa yang berdiri di sebelah kursi empuk yang ia miliki.

Orang yang ia cari-cari seharian ini ada disana.

Tapi bukannya menyapa atau sekedar bernapas lega, entah kenapa Jaemin justru mendadak bersikap canggung, pun sama hal nya dengan Winter. Keduanya hanya diam, menatap datar, tanpa mengatakan apa-apa. Mereka sama-sama kikuk.

"Masih disini ternyata. Katamu tadi mau ke kampus." Memutus keheningan, Jaemin memilih untuk membuka percakapan, tanpa senyuman, acuh tak acuh berjalan masuk.

Winter bergumam samar. "Bagaimana Haechan?"

Jaemin yang tadinya tak begitu menaruh atensi seketika mematung. Ekspresi datar itu begitu menyelidik menatap si perempuan.

Pertanyaan Jaemin sama sekali tidak dijawab dan Winter justru langsung melempar pertanyaan lain yang amat tepat sasaran. Salah satu objek kegelisahannya sejak tadi siang; Na Haechan.

Winter sama sekali tidak basa-basi, bahkan terlihat seakan mengetahui apa yang terjadi. Tidak tau Jaemin darimana Winter tau perihal Haechan kalau memang itu faktanya.

"Haechan di penjara." singkat Jaemin tanpa ekspresi.

Diam-diam merasa janggal, Jaemin terus memperhatikan gurat wajah perempuan dihadapan. Aneh. Tak terlihat ekspresi terkejut sama sekali, disana Winter malah menunjukkan senyum yang tertahan. Jaemin bingung.

"Ulah Papi, ya?"

Kaku Jaemin untuk menjawab iya atau sekedar mengangguk. Pusat pikirannya hanya pada gelagat Winter malam ini.

Sadar akan situasi yang semakin memburuk, Winter berdeham. Mencoba tersenyum lebih tenang untuk mengalihkan. "Sudah malam, aku pulang ya."

Perempuan itu mencoba pamit tanpa penjelasan, berniat meninggalkan Jaemin dengan seluruh pertanyaan yang berputar di kepala. Tingkah Winter tentu mencurigakan, mana mungkin Jaemin diam saja.

Tepat saat tubuh mereka berpapasan, Jaemin menahan satu tangan si perempuan, membuat langkah kedua kaki itu terhenti.

Mau tak mau Winter menoleh kemudian melirik genggaman tangan Jaemin di lengannya, memberi isyarat untuk dilepaskan.

Jaemin mengalah. Genggaman itu terlepas. Pun dari jarak dekat, dapat Jaemin tangkap dengan jelas bahwa Winter memang menyembunyikan sesuatu darinya. Jaemin paham itu hanya melalui senyum dan cara kedua mata Winter menatapnya sekarang.

ARCANETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang