"let me be your fantasy, play with me"
------------------------------------------------------"Kenapa Haera?" tanya Taeyong seraya memakai kembali jaket hitamnya. "Bagaimana rasanya?"
Taeyong mendekat, duduk di sisi ranjang saat Haera tak juga bersuara. Kedua sudut bibir Taeyong sejak tadi sudah terangkat, ia puas bisa mendapat kembali satu pemandangan yang amat menyegarkan netranya selama ini; Lee Haera dengan keringat dan napas yang menderu kelelahan bersandar di ranjang hanya bersama selimutnya.
Sayang sekali malam ini ia tidak bisa terlalu lama menghabiskan waktunya dengan Haera lantaran dirinya sudah keburu memiliki janji temu dengan Joohyun -memiliki ikatan dengan pekerjaannya yang sekarang nyatanya cukup menyebalkan- padahal kalau bisa Taeyong ingin sekali berlama-lama dengan perempuan yang amat ia rindukan itu.
Disana Haera tak banyak bergerak saat Taeyong mengusap rambutnya. Tenaganya habis setelah Taeyong kembali melakukan itu tanpa perasaan.
"Kau cantik sekali malam ini." puji Taeyong setelah sebelumnya sempat memberi satu kecupan di keningnya.
Haera benar-benar pasrah sekarang, tidak ada lagi yang bisa ia lakukan, toh Taeyong memang tidak salah saat ia berkata bahwa tak ada yang bisa membantunya untuk saat ini.
Terkadang Haera masih tak percaya kalau Yuta benar-benar telah meninggalkannya. Haera masih berharap bahwa pria itu sebenarnya ada meski entah dimana.
Katakanlah bahwa Haera tidak bisa menerima kenyataan; ia tak bisa semudah itu yakin kalau Yuta sudah tiada, apalagi saat mengingat apa yang pernah Johnny lakukan dengan merekayasa kematian hanya untuk membalas dendam. Haera sering berharap bahwa kali ini Yuta juga tengah melakukan itu.
Tapi Haera tau, pemikiran bodoh seperti itu tak lain hanyalah mimpi indah yang tak akan pernah jadi kenyataan. Meski Haera memang tidak melihat jasad suaminya secara sempurna dulu, rasanya Yuta tetap tidak mungkin merekayasa kematiannya seperti Johnny. Yuta begitu mencintainya, mana mungkin Yuta akan tahan sembunyi hingga sepuluh tahun seperti ini hanya untuk menunggu Taeyong kembali.
Yuta sudah pergi, Johnny pun sama. Untuk Johnny, kali ini Haera yakin pria itu tak mungkin pura-pura mati lagi seperti sebelumnya. Sepuluh tahun lalu, Johnny benar-benar tumbang di depan Haera setelah di serang puluhan tembakan dari anak buah Taeyong. Dan mirisnya, dimalam yang sama, ia juga harus kehilangan Yuta karena kecelakaan.
"Kenapa kamu harus datang seperti ini?" lirih Haera pada akhirnya dengan tatapan kosong yang menatap lurus ke depan, amat enggan melihat pria disebelahnya.
Taeyong menarik tangannya, berhenti mengusap rambut Haera. "Aku mencintaimu?"
Haera tersenyum seraya mendengus malas. "Itu bukan cinta, tapi-"
"Obsesi?" sahut Taeyong cepat, kemudian berdecih pelan. "Apapun itu, intinya aku ingin kau bersamaku Lee Haera."
Batin Haera sontak tertawa miris. Lihat, Lee Taeyong benar-benar tidak waras. Rasanya Haera semakin membenci dirinya sendiri. Berdosa sekali dirinya sekarang; ia menyesal Tuhan membuatnya memiliki fisik sesempurna ini hanya untuk berakhir menjadi fantasi gila pria bajingan didepannya.
"Taeyong, tolong." parau Haera. "Belum puas kau melihatku seperti ini? Aku sudah mendapat hukuman atas kelakuanku saat itu. Tolong, jangan lagi."
Taeyong tersenyum tak peduli.
"Hidupmu seperti ini adalah karma atas perilakumu pada Yuta, bukan padaku." Taeyong kemudian sedikit mendekat, semakin memandang rendah perempuan didepannya. "Tentang apa yang telah kau lakukan padaku --aku bisa membalasnya sendiri."
KAMU SEDANG MEMBACA
ARCANE
Fanfiction"Haera, lari..." "Tolong, biarkan dia pergi dari sini." [trilogi bagian kedua] ©-retrojae2020