18. Akan Ku Perbaiki Semuanya..

116 3 0
                                    

"Kau mungkin bisa membuat orang tersenyum dan tertawa. Tapi, kau tak akan bisa membuat hati dan kepercayaan ini menjadi utuh lagi."

-Nissa-

******

Seminggu sudah sejak Nissa mengucap ingin bercerai dari Irfan, ia tidak meninggalkan kamarnya. Ia hanya meninggalkan kamarnya saat ia sedang mengambil air minum dan cemilan, selebihnya tidak!!

Nissa jarang makan, badannya sedikit mengurus. Bayu yang memperhatikan tanpa berkomentar hanya bisa menghela nafas, ia tak tahu, jika Nissa, kekasihnya sudah sangat mencintai suaminya dengan sepenuh hati.

Ini kesalahannya, andaikan dulu ia tidak pergi jauh, maka ia yakin Nissa akan bahagia dengannya. Bukan dengan pria macam Irfan yang hanya bisa menyakiti hati Nissa.

Deringan ponsel yang ada di sakunya membuat Bayu tersadar. "Hallo,," sapa Bayu dengan deheman.

"Ini aku, Irfan."

Wajah Bayu sontak mengeras, ia tak menyangka jika Irfan akan menghubunginya. "Ada apa kau menghubungiku? Bukankah kau tidak cukup denganku? Bagaimana bisa kau tahu nomor ponselku?"

"Itu tidak penting, Bay." terdengar suara helaan nafas pelan, "Aku mau minta tolong, bisakah kau memanggil Nissa? Aku ingin berbicara penting dengannya."

Bayu tak menyangka jika seorang Irfan akan meminta tolong kepadanya, "Atas dasar apa kau meminta ku seperti itu?"

"Aku mohon, hanya kamu yang bisa membantuku." suara Irfan terdengar putus asa, yah memang inilah yang Bayu inginkan, dia menginginkan Irfan putus asa karena Nissa.

"Akan ku coba." setelah mengucapkan seperti itu, Bayu berjalan ke kamar Nissa. "Nis,, Nissa.." panggil Bayu ketika ia sudah berada di depan kamar Nissa.

Nissa membuka pintu kamarnya, "Ada apa Bay?" tanya Nissa.

Bayu menyodorkan handphone-Nya, "Irfan mau berbicara dengan mu."

Nissa diam, memang selama ini handphone-nya ia matikan, jadi ia tak kan mendengar getaran atau bunyi ponselnya. Nissa meraih benda persegi itu, lalu tanpa banyak bicara ia mematikan telpon yang dia pegang.

Bayu terperangah, ia tak percaya jika Nissa akan melakukan hal seperti itu. Bayu menatap Nissa dengan tanda tanya. "Aku sudah tidak mau berbicara dengannya lagi, Bay.." setelah mengatakan hal itu, Nissa kembali masuk kedalam kamarnya.

Bayu terdiam. Ia hanya memandangi handphone-nya yang Nissa berikan kepadanya. Deringan ponselnya membuat Bayu tersadar.

"Kenapa kau malah mematikannya?" tanya Irfan di seberang sana.

"Aku tidak mematikannya."

"Ah, jadi Nissa yang mematikannya? Sekarang tolong bukakan pintu apartemenmu. Aku ada di depan."

Bayu melihat ke lubang yang ada di pintu apartemennya, dan benar saja, disana sudah ada Irfan yang sudah menunggunya.

Bayu membuka pintu apartemennya, "Selesaikan masalahmu. Kamar Nissa ada di sebelah dapur, aku mau keluar." setelah mengatakan hal tersebut, Bayu keluar dari apartemen miliknya sebelum Irfan mengucapkan terimakasih.

Irfan berjalan ke arah kamar Nissa, ia mencoba membuka pintu kamar Nissa yang ntah kenapa tidak di kunci. Irfan melihat Nissa yang sedang berada di balkon, Nissa sedang menyesap susu cokelat yang dia seduh di dapur.

Irfan dengan cepat berjalan ke arah Nissa, dan memeluk tubuh kurus Nissa. "Pulanglah Niss.." deru Irfan di sela leher Nissa.

Nissa yang mendengar suara itu hanya bisa mematung sembari menggigit dalam bibirnya. Jauh di dalam hati nya ia merindukan pelukan ini. Sangat amat merindukannya.

"Aku mohon Niss, aku akan buktikan jika anak yang di kandung oleh wanita itu bukan anakku."

"Dengan cara apa kau akan membuktikannya? Apa dengan cara kau akan memalsukan DNa-nya?"

"Itu biar aku yang urus Nissa. Yang perlu kau lakukan hanya percaya dan tidak meninggalkan aku lagi." Irfan membalik tubuh Nissa, ia mengambil gelas yang Nissa pegang, lalu memasukkan Nissa ke dalam pelukannya lagi. "Aku sungguh mencintaimu. Aku tidak berbohong."

Tanpa Nissa sadari, air matanya menetes. Ia tak percaya jika kali ini ia tidak bertepuk sebelah tangan lagi. Nissa membalas pelukan yang ia dapatkan. Tubuhnya bergetar di pelukan suami yang ia cintai, ia menangis ia tak menyangka jika ia bisa jatuh lagi dalam pesona Irfan.

Irfan yang merasa telah mendapat angin segar, segera mengurai pelukannya, ia memandang wajah Nissa yang basah. "Kau mau kan untuk pulang? Kita akan pindah tidak akan ke apartemen itu lagi. Kau mau kan memberikan ku kesempatan untuk menunjukkan jika itu bukan anakku?" tanya Irfan, dan Nissa pun mengangguk.

Sungguh jawaban yang Nissa berikan membuat bahagia di hati Irfan. Lelaki itu segera mencium kening dan bibir Nissa sebagai ucapan terima kasih. "Terimakasih Niss, aku janji akan segera menyelesaikan masalah ini." ucap Irfan.

Nissa menjawab dengan anggukan. Irfan tanpa basa basi ia langsung mencium bibir Nissa dalam. Menyalurkan hasrat yang ia miliki, Irfan menggendong tubuh Nissa lalu menjatuhkannya ke ranjang tanpa melepas ciuman mereka.

Nissa hanya pasrah dia juga tak mau berlarut-larut menyimpan rasa marah kepada suaminya, ia tak perduli jika nanti ia akan di sakiti lagi oleh Irfan, atau tidak, yang ia tahu ia sekarang hanya mau memberi kesempatan ke Irfan lagi.

Irfan mulai menyentuh titik sensitif istrinya, Nissa yang berada di bawah hanya mengerang pasrah. Ia hanya merindukan sentuhan dari suaminya, dari seseorang yang dia sayangi.

****

"Fan, dengan apa kau akan membuktikan jika anak yang di kandung Stevi bukan anakmu?" tanya Nissa yang tengah memeluk Irfan.

"Dengan cara apapun akan ku ungkap jika anak yang Stevi kandung bukan anakku, kamu hanya perlu percaya denganku."

Nissa terdiam, pikirannya melayang bagaimana jika Stevi benar benar mengandung anak Irfan? Lalu, bagaimana jika Irfan lebih memilih Stevi daripada dirinya?.

"Aku kan sudah bilang, kau tidak perlu memikirkan apapun. Cukup aku yang memikirkan caranya. Kau hanya perlu percaya denganku. Itu sudah cukup membantuku." ujar Irfan sambil memeluk tubuh telanjang istrinya.

"Akan ku doakan kamu dari sini." ucap Nissa pasti.

"Apa kau tidak mau pulang denganku?" Nissa menggeleng, "Kenapa?"

"Aku akan tetap bersembunyi disini. Jika kau merindukanku, langsung saja kemari. Aku takkan pergi darimu lagi."

"Lalu kau akan serumah dengan Bayu? Oh tidak!! Kau harus ikut pulang denganku.!!"

"Bayu tidak akan tinggal disini, Fan. Ia hanya seminggu sekali mengunjungiku. Meski ini apartemennya Bayu, dia takkan berani tinggal seatap dengan wanita yang bukan istrinya."

"Tapi tetap saja.."

"Sudah, jangan cemburu dengan Bayu, ia tidak seperti yang kau pikir."

Irfan hanya menjawab dengan helaan nafas, ia tak bisa memaksa Istrinya, ia akan fokus pembuktian jika anak yang Stevi kandung bukan anaknya.

****

06-April-2021
Selasa.

Semoga suka.

AnnisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang