3. Pernikahan

149 7 1
                                    

Jika aku tak bisa menjadi seseorang yang terpenting di kehidupanmu, bolehkah aku menjadi sekedar sahabat atau temanmu??

-Nissa-

=================

Nissa masih tak percaya dengan apa yang dilihatnya sekarang, dirinya dihias dengan sedemikian rupa buat akhad nikah yang akan di selenggarakan di rumahnya.


Rasa gugup, haru, dan tak percaya menyelimuti benak hati Nissa. Wanita yang kini sedang dipakaikan hijab di kepalanya itu tak kuasa menahan air matanya. Yah, bagaimana tidak, dia tak menyangka, jika dia akan menikah dengan sosok pria yang tak ia kenal, pilihan kedua orang tuanya dan itu bukan Bayu kekasihnya.

Setetes demi setetes air mata membasahi kelopak matanya, dia masih mencintai Bayu, sangat. Tapi, dia bisa apa, ketika sang Ayah yang keras kepala itu sudah menentukan dengan siapa ia harus menikah? Apa ia masih mempertahankan Bayu yang sampai berita pernikahannya ini tak menampakkan batang hidungnya? Apa ia yakin jika ia telah menikah dengan Bayu, Bayu akan membahagiakannya?
Ntah, hanya satu yang bisa ia tahu. Jika Bayu takkan datang di acaranya kali ini.

*****

Pintu kamar Annisa terbuka, dan tampak beberapa sahabat Nissa dari tempat ia kerja telah hadir buat memberikan selamat dan juga semangat untuk Nissa. Karena, mereka tahu jika Nissa masih mencintai Bayu, kekasih yang sudah ia pacari beberapa tahun lalu.

"Niss,, jangan sedih lagi. Lihat maskaramu jadi jelek.." ucap Nadia yang telah Nissa anggap sebagai kakak perempuannya.

"Makasih, Nad." ujar Niisa tulus sambil meraih tissue yang ada disebelah tangan kirinya. "Makasih kalian sudah mau datang."

"Apaan sih Niss.. Kita pasti bakal datang lah. Kan ini hari bahagia buat keluarga kamu." ujar Stevi gadis paling cantik di tempat kerja Nissa.

Nissa hanya bisa mengembangkan senyumannya, dia tau apa maksud dari perkataan Stevi, dan itu benar adanya. Bukan ia yang bahagia, tapi keluarga nya. "Aku tahu, kamu susah menerima pernikahan ini. Tapi, yakinlah suatu saat kau pasti bisa bahagia dengan lelaki yang akan menjadi suamimu hari ini." Dita bersuara ketika ia memperhatikan ketiga sahabat nya saling tertunduk tak dapat berkata apapun. Karena takut menyinggung Nissa.

Nissa yang mendengar celotehan para sahabatnya yang menurutnya sama sekali tidak membantu perasaannya, hanya bisa tersenyum yang dia paksakan. Yah. Pikir Nissa, mereka tak tahu apa yang dialami oleh Nissa, dan kini apa? Mereka hanya bisa memberi semangat yang menurut Nissa tak membantu sama sekali.

*****

"Saya terima nikah dan kawinnya Annisa Pratiwi binti Haikal Subandi dengan mas kawin tersebut di bayar Tunai." ucapan Irfan dengan sekali tarikan nafas itu membuat siapapun yang berada di sana merasakan ketegangan yang teramat sangat.

"Bagaimana para saksi? Sah?" tanya bapak penghulu di antara para saksi yang duduk di samping kanan dan kirinya.

SAH...

Ucapan serempak para saksi itu membuat haru di kedua keluarga ini. Ifa, dan Haikal saling merangkul karena tak kuasa menahan tangis bahagia. Nissa anak perempuannya sudah menikah dan Ifa masih tak percaya dengan semua yang terjadi hari ini.

Nissa melirik kedua orang tuanya yang tersenyum bahagia. Yah, mereka tersenyum tanpa perduli dengan hati Nissa. Mereka tersenyum tanpa perduli dengan sorot kesakitan yang Nissa pancarkan di kedua matanya.

AnnisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang