22. Lalu Itu Anaknya Siapa?

11 2 0
                                    

Irfan masih memikirkan perkataan Bayu, dia tak tahu mulai darimana mengawali pembicaraan dengan Nissa, dia tak mau Nissa sakit hati, karena mengungkit lagi tentang Stevi, tapi benar apa yang di katakan Bayu, jika dia tak berbicara dengan Nissa, kedepannya akan lebih kacau lagi. Dan ia tak mau itu terjadi.

Irfan terdiam, tak bisa berfikir dengan jernih. Hingga tepukan dari seseorang membuat dia tersadar. "Kau sedang memikirkan apa?"

"Ah,, tidak, tidak ada yang aku pikirkan." Jawabnya bohong.

"Fan, aku mengenalmu telah lama,, jangan berbohong apapun kepadaku."

"Aku hanya..." Irfan terdiam, "Ternyata aku belum siap" gumamnya dalam hati.. Ia menatap lagi wajah sendu yang ingin jawaban dari mulutnya, tapi ia tak bisa berbicara apapun lagi. Ia hanya merengkuh tubuh mungil Nissa, sambil berkata "Aku hanya memikirkan, bagaimana kita kedepannya." Jelas Irfan yang bohong.

Nissa diam, "Memangnya kita kedepan kenapa?" tanyanya seperti orang linglung.

Irfan melepas pelukannya, lalu mencubit pelan hidung istrinya itu, "Nggak, nggak ada apa-apa. Sudah, jangan dipikirkan, kita makan yaa,, aku lapar." Irfan mencoba mengalihkan perhatian Nissa.

Nissa yang masih mencoba mencerna ucapan suaminya hanya menurut saja kala dia di tarik pelan oleh suaminya untuk meninggalkan ruang Irfan, lalu pergi ke restoran yang cukup terkenal di dekat kantor Irfan.

*****

Irfan masih menatap wajah Nissa, yang masih asik memilih menu makan siang yang akan dia pesan, wajah putih bersih, hidung mancung, mata bulat, dan bibir yang tipis membuat siapapun pasti sepakat untuk bilang Nissa wanita yang benar benar cantik.

Bukan hanya wajah, tapi juga dengan tubuhnya yang berisi, putih, membuat siapapun yang melihat pasti langsung terpikat olehnya.

"Aku sudah pesan, kamu mau pesan apa Fan?" tanya Nissa pada suaminya.

"Aku ikut apa katamu aja." Jawabnya pasrah.

"Pesannya dua berarti ya mbak." Jelas Nissa ke pelayan cafe. Pelayan itu segera mengangguk lalu pergi menyiapkan makanan yang Nissa pesan.

"Nis,," Irfan mencoba memulai pembicaraan dengan Istrinya, membahas tentang Stevi. "Aku mau bicara tentang Stevi."

Nissa menghela nafas, "Kenapa?" tanyanya dengan muka yang sudah kesal.

"Aku tak tahu mulainya dari mana, tapi yang jelas aku sekarang nggak tahu harus membuktikannya bagaimana."

"Sebenarnya kau mau bicara apa?" tanya Nissa yang tidak sabar, "Kau tahu aku datang kepadamu bukan karena amarahku sudah reda sepenuhnya, tidak!! Aku hanya ingin mencoba melupakan jika kau pernah tidur dengan wanita itu." Nissa menjeda ucapannya, "Aku masih ingat dengan jelas bagaimana si wanita itu bangga karena telah tidur denganmu, Fan!! Lalu sekarang kau mau bicara apalagi? Tentang dia? Katakanlah!!" seketika nafsu makan Nissa hilang.

"Aku tak tahu harus memulainya dari mana.." ucap Irfan jujur. "Tapi, tadi Bayu datang, dan dia memintaku untuk berbicara denganmu."

"Lah iya, yang mau kamu bicarakan tentang si wanita itu apa?"

"Ntah,, aku juga nggak tahu harus berkata apa!!" ujarnya bingung. "Aku hanya.."

"Kenapa kamu nggak bilang aja sih Fan, jika ini anakmu!!" Ucapan itu membuat semua orang yang ada disana sontak menoleh ke arah Irfan dan Nissa.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 11, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AnnisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang