Chapter 27

1.1K 203 118
                                    

(A/N : Aku curhat di akhir cerita. Baca ya. Aku beneran gakuat xixixi makasih...).

***

"Shimazaki." seseorang memasuki ruangan UGD dan membuka tirai yang membatasi antar dipan. Kaiyo yang masih terbaring sehabis menjalani pengobatan kakinya menolehkan kepalanya dan mendapati seorang pemuda jangkung duduk di kursi samping dipannya.

"Tsukishima...?" panggilnya pelan.

"Iya," jawab Kei. "B-bagaimana keadaanmu?" tanya Kei canggung. Kaiyo memalingkan wajahnya ke arah kedua kakinya. "Baik-baik saja. Kakiku hanya terluka tapi masih bisa dipakai berjalan." jawab Kaiyo.

"Oh begitu. Kau sudah makan?"

Kaiyo terdiam. Kok dia tiba-tiba peduli? batinnya. "Sudah. Tadi suster yang mengobatiku memberikan aku dua buah roti gandum." jawab Kaiyo. Gadis itu kemudian menatap Kei yang memangut-mangut mengerti.

Kaiyo menelan ludahnya. "Um... Bagaimana denganmu?" gadis itu bertanya.

"Tumben kau peduli."

Masih aja nyebelin.

"Ya udah gajadi."

"Lah ngambek."

"Enggak, cuman aku nggak mood aja ngobrol sama garem."

"Ish yaudah. Aku bercanda. Jangan terlalu dibawa serius."

"Ya."

"Aku baik-baik saja. Donor darahnya lancar. Beruntung kedua orangtuamu memiliki golongan darah yang sama, itu unik sekali. Dan golongan darah mereka juga sama denganku."

"Memangnya kau tidak lemas?"

"Lemas sehabis donor darah? Tidak begitu sih. Dokter bilang karena aku rutin olahraga voli jadi kondisi tubuhku baik."

"Oh..." respon Kaiyo singkat, sambil memainkan ujung selimut rumah sakit yang sedang ia pakai. Kei yang melihat respon Kaiyo terdiam sejenak. "Kau mau pulang?" tanya Kei tiba-tiba.

Kaiyo menggeleng pelan. "Tidak. Aku mau disini sampai aku tahu keadaan pasti orangtuaku." jawab Kaiyo. Kei mendengus. "Memangnya tidak ada yang mencarimu di rumah? Yah, bagaimanapun kau habis tertabrak mobil, kau harus istirahat." ujar Kei.

Kaiyo terlihat menimbang-nimbang. Beberapa saat yang lalu, sebelum Kei memasuki ruangan UGD, adik kecil Kaiyo menelponnya. Memintanya untuk pulang ke rumah. Kaito juga shock mendengar orang tua mereka kecelakaan. Adik kecil Kaiyo itu kini berada di rumah bersama sang Nenek yang mendadak datang dari Tokyo, tapi bagaimanapun, ia tetap menginginkan sang Kakak berada di sampingnya.

"A-adikku mencariku, sih..." jawab Kaiyo ragu.

"Ya sudah kalau begitu. Kita pulang."

"Eh?"

"Tadi, sebelum menemuimu, aku sudah bertanya pada perawat yang menjaga UGD. Katanya kau sudah boleh pulang asalkan kau bisa berjalan."

"Um, aku bisa, sih..." jawab Kaiyo kemudian bangkit dari dipan, berusaha berdiri. Dan ia bisa! Meskipun harus menahan nyeri. "Iya. Bisa kok." ucap Kaiyo.

"Ya sudah. Aku antar pulang. Pamit dulu sana sama sustermu."

"O-oke..."

Lah kok aku jadi nurut banget sama dia? batin Kaiyo, tapi dia tetap melakukan pa yang dikatakan Kei. Berpamitan dengan suster penjaga UGD. Sang suster juga sudah melihat pasiennya yang bisa berjalan akhirnya mempebolehkan Kaiyo meninggalkan ruangan UGD.

Di luar ruangan UGD...

"Kau kenapa?" tanya Kei datar saat melihat Kaiyo yang duduk di salah satu kursi rumah sakit. Kaiyo menggeleng. "Aku... Aku tidak apa-apa. Hanya saja aku mencari... Mencari beanie-ku! Ya beanie-ku!" jawab Kaiyo canggung. Sesungguhnya, ia merasa kakinya sedikit nyeri akibat luka. Tapi ia berusaha menahannya karena tidak mau terus-terusan merepotkan Kei.

Salty Caramel ; (Tsukishima Kei x OC/Reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang