Chapter 7

1.5K 260 37
                                    

Belum selesai dengan perlakuan itu, jantung Kaiyo ternyata masih diuji oleh Tsukishima yang tidak sadar. Entah sudah beberapa kali gadis itu menelan ludahnya karena gugup dan panik.

Iya, panik.

Panik karena takut tiba-tiba Yamaguchi datang. Atau mungkin ada murid lain yang datang ke UKS untuk beristirahat. Atau lebih parahnya lagi, seorang guru. Atau, atau... Tsukishima Kei yang mendadak terbangun jika ia menggeser posisinya. Kaiyo berani bertaruh, cowok itu pastinya akan sangat menuduhnya, mengira dirinyalah yang kegenitan mendekati Kei.

"AAAA NGGAK MAU!!!" jerit Kaiyo dalam hati sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Bagaimanapun, ia harus keluar dari situasi ini. Harus, kudu, wajib. Fix.

"Kok kamu gerak-gerak. Diamlah." suara berat Kei kemudian kembali mengalun lagi di telinganya. Sesaat kemudian, pemuda itu membenamkan wajahnya di leher Kaiyo, menghirup aroma tubuh gadis itu.

"Aroma strawberry..." gumam Kei yang masih bisa Kaiyo dengar.

Oke, sekarang Kaiyo sudah mati. Sudah pokoknya, bangunin nanti kalau sudah hidup lagi.

Tidak, tidak! Kaiyo belum mati! BELUM!

"M-MESUM!" pekik Kaiyo dalam hati. Dia tidak kuasa mengeluarkan suaranya, entah kenapa, seperti ada yang menahannya. Tapi dia harus bisa, harus. Kalau cara keras dapat membangunkannya, mungkin Kaiyo juga harus melembut.

Oke, anggap dia adikmu, Kaiyo.

"Ano, maaf Tsukishima, aku harus pergi..." ucap Kaiyo mencoba melembut. "Kenapa?" tanya pemuda itu pelan, tentu saja dia belum sadar. Kaiyo menarik nafas, kemudian menghembuskannya perlahan. Mencoba mengatur nafasnya yang sejak tadi terasa sulit dikendalikan.

Kaiyo menelan ludah sebelum berbicara. "Aku mau beli makanan, buat kamu. Kan kamu lagi sakit, harus makan." jawabnya. Sedetik kemudian, Kaiyo merasa jijik dengan omongannya sendiri karena terdengar seperti pacarnya Kei. Ia bergidik ngeri membayangkan hal itu terjadi.

"Tapi aku nggak mau..." suara Kei terdengar lagi.

"Aduh jantungku..." batin Kaiyo. Kenapa Tsukishima Kei kalau sedang sakit jadi kalem dan manis banget?! Untung dia sedang tidak sadar. Kalau lagi sadar mah sifatnya kelewat jahanam.

"Kamu harus makan. Nanti aku balik lagi."

"Tapi—"

"Harus!"

Kaiyo menghela napas. Baiklah, sedang tidak sadarpun cowok itu masih suka mendebat. Lengan Kaiyo kemudian bergerak memegang lengan Kei. Bukan karena apa-apa, tapi ia berusaha menyingkirkan tangan besar pemuda siluman tiang bendera itu.

"Nanti aku balik lagi ke sini, oke? Lepasin dulu ya..." bujuk Kaiyo yang setengah mati menahan muntahnya, mual karena kata-katanya yang mendadak begitu manis. Atau mungkin karena degupan jantungnya yang tambah kencang. Tapi tiba-tiba, Tsukishima membalikkan tubuh Kaiyo hingga menghadap wajahnya.

"Bener, ya?"

Astaga! Astaga! Udah gila! Nggak waras!

Kaiyo mengangguk cepat padahal Kei tidak bisa melihatnya. Ia semakin gugup karena melihat wajah memerah pemuda itu dengan mata yang masih tertutup, serta aroma caramel yang menguar dari tubuh pemuda berambut pirang itu. Karena sudah tidak betah dengan keadaan, Kaiyo akhirnya buru-buru menjawab.

"Iya, bener. Janji." katanya cepat. Berdo'a semoga Kei dapat menangkap omongannya. Kemudian tangan Kaiyo menepuk lembut lengan Tsukishima yang masih membalut pinggulnya. Ini memalukan sekali.

"Baiklah..." ucap terakhir Tsukishima bersamaan dengan lengannya yang lepas dari pinggul Kaiyo. Gadis itu cepat-cepat bangun dan turun dari dipan. Kemudian bergegas mencari beanie-nya yang jatuh. Setelah ketemu, Kaiyo berlari ke pintu UKS dan menutupnya sedikit kencang. Masa bodoh apabila Tsukishima terbangun, yang penting dia sudah keluar dari tempat itu.

Salty Caramel ; (Tsukishima Kei x OC/Reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang