Arkan tiba di kantin, ia langsung menghampiri Ayna dan mengusap kepala gadisnya. Seperkian detik berikutnya, ia pun meminta Nisa dan Askaf untuk kembali ke ruangan masing-masing.
Setelah kedua sejoli itu melenggang pergi, kini Arkan beralih pada Ayna. Menyadari dirinya sedang ditatap, gadis bergamis tersebut bangkit dan meraih punggung tangan suaminya.
"Assalamualaikum, Om."
"Wa'alaikumsalam. Kok, kamu bisa ke sini? Tau dari mana alamatnya? Terus yang anterin ke sini siapa?"
Ayna memutar matanya, baru saja bertemu lelaki berdasi tersebut sudah menyerangnya dengan pertanyaan beruntun layaknya orang yang sedang diintrogasi.
"Om, nanyanya satu-satu kali. Pusing, lho, Ayna mau jawab dari mana. Gimana, sih?"
Arkan menyengir kuda, sedangkan Ayna sudah kelihatan sangat kesal. Bagaimana tidak, hampir sejam dirinya menunggu sang suami. Bukannya berbicara manis, lelakinya justru ... entahlah.
"Maaf. Sekarang mau ke mana? Langsung pulang atau ...."
Gadis itu bangkit, lalu berkata, "Sstt, cerewet. Udah kayak perempuan aja," pungkasnya seraya menaruh jari telunjuknya di bibir Arkan.
Orang-orang di kantin yang menyaksikan pemandangan langka itu terheran-heran, pasalnya tidak pernah mereka lihat sang bos akrab dengan seorang perempuan.
"Iya."
"Ayo, pulang," ajak Ayna.
Lantas mendekap lengan kekar suaminya dan berjalan beriringan keluar dari tempat makan. Beberapa orang terdengar saling berbisik, tetapi tak diacuhkan oleh pasangan muda itu.
• • •
"Sekarang apa? Bukannya tadi mau pulang, kenapa malah ke supermarket?"
Arkan bertanya dengan raut wajah yang terlihat kebingungan. Ternyata memang benar, bahwa perempuan adalah manusia yang sangat rumit untuk dipahami, bahkan mengalahkan rumitnya rumus-rumus dalam pelajaran matematika.
Mereka keluar dari mobil, melangkah menuju pintu masuk. Setelah berada di dalam, Ayna berjalan ke tempat khusus mengambil troli untuk belanjaannya nanti.
"Nah, sekarang Om Arkan dorong. Biar Ayna yang pilih belanjaannya, lagian beberapa stok bahan dapur kelihatan habis. Om Arkan pasti gak sempet isi, ya, sebelum nikahin Ayna."
Dengan tangan sibuk memilah barang-barang yang diperlukan, gadis itu juga tak hentinya berceloteh. Arkan hanya geleng-geleng, memilih untuk tidak berkomentar apa-apa.
"Mulai besok, Om Arkan gak usah ke kantin buat makan siang. Entar pagi-pagi Ayna buatin bekel, terus jangan jajan di luar. Gak baik buat kesehatan, apalagi lansia kayak, Om. Bisa-bisa ...."
"Gak usah ngomong yang aneh-aneh," potong Arkan cepat.
Wajah lelaki yang masih menggunakan pakaian kantor itu tampak datar. Pasalnya, beberapa wanita yang juga berbelanja di sana tampak mencuri pandang ke arahnya.
"Bisa cepet dikit gak belanjanya?"
"Masih lama," ketus Ayna.
• • •
"Totalnya berapa, Mbak?" tanya Arkan.
Ya, pasangan itu telah selesai berbelanja. Kalau dihitung-hitung, ada lebih dari sepuluh kantong belanjaan dengan ukuran yang cukup besar.
Arkan sampai terheran-heran, untuk apa belanja sebanyak itu. Namun, dengan gaya santai nan polosnya Ayna menjawab kalau semua itu untuk persiapan beberapa bulan ke depan.
Kasir itu memberikan nota harga pada Arkan. Ia kemudian mengeluarkan dompet dan mengambil beberapa lembar uang berwarna merah.
"Ini, Mbak. Pas dua juta."
Kasir tersebut mengangguk sekaligus menerima lembaran-lembaran kertas itu.
"Om, bantuin angkat, dong."
Arkan menoleh pada sumber suara. Ayna, gadis itu kelihatan letih sekali, sampai-sampai sekarang ia duduk di antara barang belanjaannya.
Suaminya menghela napas, kemudian mengedarkan pandangan ke penjuru tempat tersebut hingga berhenti pada satpam yang tengah berjaga di pintu masuk. Bibir lelaki itu teesungging.
Ia lalu melangkah mendatangi orang itu, sedangkan Ayna hanya terdiam menyaksikan interaksi keduanya. Seperkian detik berikutnya, kedua lelaki yang berbeda seragam itu mendatangi sang gadis.
"Ini, Pak. Tolong diangkat ke mobil saya." Ucapan Arkan sontak membuat kedua netra Ayna terbelalak.
Oh, astaga!
_ batas cuci _
Nah, si Ratu lugu kenapa lagi tuh?
Herman jga lama-lama ama Ayna 🙄😂
Tapi eh tapi, yang tuliskan aku jga
Gimana, sih? 🙈🙈
Yaudah, mon maap agak lama. Tau sendirilah tugas negara tuh kek mana 🤧🤧 Hadeuuh, pusing 😂😂
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikahi Gadis Polos [Completed]
General Fiction[HATI-HATI, BANYAK TYPO! BELUM DIREVISI] Anak SD mungkin polos, atau bahkan anak TK-lah yang sangat polos. Namun, apa jadinya jika gadis berusia sembilan belas tahun malah mengalahkan kepoloson anak-anak itu. Itulah ujian utama Arkan sebagai suami A...