"Capek."
Ayna menyeka peluh yang membanjiri pelipisnya, Arkan tersenyum kemudian memgajak Zulaikha berhenti berlari. Keduanya lalu menghampiri Ayna yang berjongkok sambil memegang kedua lututnya.
"Mau digendong gak?" tawar Arkan.
Istrinya mendongak dengan mata menyipit. Gendong? Mana bisa, apalagi saat Zulaikha masih setia duduk di pundak sang lelaki. Arkan tidak mungkin sekuat itu, pikir Ayna.
"Gak, deh. Om Arkan gendong Zul aja," jawab Ayna.
"Ya udah, kita pulang, yuk."
"Hore, pulang!"
Zulaikha bersorak.
• • •
Selesai salat Isya, keluarga kecil itu pun menikmati makan malam mereka. Ayna terus saja mengurus Zulaikha hingga tak menghiraukan makanan yang tersaji di piring.
Arkan menggeleng sekaligus takjub dengan perubahan drastis seorang Ayna. Dari gadis polos menjadi seorang ibu dadakan yang sangat bertanggung jawab. Siapa sangka ia bisa melakukannya.
"Na, makan dulu," tegur Arkan.
"Iya, entar kalo Zul udah selesai."
"Ish, Umma. Zul udah gede kali, udah bisa makan sendiri. Umma sekarang makan, deh," timpal Zulaikha.
"Gak, selama kamu di sini umma gak bakalan biarin Zul makan sendiri."
Arkan dan Zulaikha menghela napas bersamaan, keduanya memang sudah hafal bagaimana sikap keras kepala Ayna.
"Ya udah, sini biar aku suapin."
Arkan memindahkan kursi, menyejajarkannya dengan tempat kedua gadis itu. Kemudian menyodorkan sendok yang sebelumnya telah diisi nasi dan lauk-pauknya.
Ayna salah tingkah, ia menyengir kemudian membuka mulutnya. Ritual makan pun terjadi dengan sedikit keanehan.
Bagaimana tidak aneh, Ayna menyuapi Zulaikha, sedangkan Arkan menyuapi istrinya. Ia sendiri tidak jadi makan dan hanya menjadi penonton.
Sepuluh menit kemudian, mereka menyudahinya. Ayna beranjak dan mengambil piring bekas, lalu membawanya ke wastafel.
Sementara itu, Arkan dan Zulaikha melangkah ke ruang tamu dan menyalakan TV.
• • •
Pukul 21.45, Zulaikha sudah terlelap di pangkuan Arkan. Ia lalu membawa malaikat kecil itu ke kamar dan menidurkannya. Namun, aksinya tiba-tiba terhenti mendengar langkah mendekat ke arah mereka.
Ayna yang baru saja keluar dari kamar mandi menghela napas.
"Zul akan tidur di kamar sebelah bareng aku, Om untuk malam ini tidur sendiri," tutur Ayna sembari mengambil alih tubuh Zulaikha dari gendongan suaminya.
"Lho, kok gitu? Emang kenapa kalau dia tidur bareng kita?" tanya Arkan penasaran.
"Ada alesannya, Om gak usah kepo-kepo, deh."
"Idih, cuma nanya juga."
"Ya udah, iya Ayna jelasin. Gini, seorang anak gak boleh tidur bareng orang tuanya kalau udah besar. Mereka harus mandiri. Selain itu, aku gak tau." Ayna mengakhiri ucapannya dengan kekehan yang tentu saja membuat Arkan kebingungan.
Apa yang lucu?
"Heum, iya-iya."
T b c
Mon maap, part ini keknya gaje ya 🙈
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikahi Gadis Polos [Completed]
Ficción General[HATI-HATI, BANYAK TYPO! BELUM DIREVISI] Anak SD mungkin polos, atau bahkan anak TK-lah yang sangat polos. Namun, apa jadinya jika gadis berusia sembilan belas tahun malah mengalahkan kepoloson anak-anak itu. Itulah ujian utama Arkan sebagai suami A...