Part 21

3.8K 214 8
                                    

Malam semakin larut, tetapi Arkan belum terlelap sama sekali. Ia berguling ke sana kemari, rasa sepi karena untuk pertama kalinya Ayna tidak ada di sini.

"Aku bosen, bosen, bosen."

Arkan bersenandung.

Sesaat kemudian, ia terdiam merasakan sesuatu berbunyi minta diisi. Arkan menepuk kening, lupa kalau makan malam tadi dirinya tidak sempat memakan apa pun karena sibuk menyuapi sang istri.

Mau tak mau, Arkan bangkit dari pembaringan. Keluar dari kamar dan turun ke dapur. Ia memeriksa lemari es, tidak ada yang bisa dimakan karena semua bahan mentah.

"Bikin apa, tuh?"

"Astagfirullah."

Arkan terkesiap, mengusap dada. Ayna membuatnya hampir kena serangan jantung.

"Om, ngapain?" tanya Ayna basa-basi.

"Ng–gak apa-apa, kok."

Ayna berdeham seraya mengangkat sebelah alis.

"Kamu sendiri ngapain?" Arkan mengalihkan pembicaraan.

"Ini, nih. Air di kamar habis, mesti diisi."

Lelaki itu manggut-manggut.

Seperkian detik, Ayna selesai mengisi botol minum. Ia melangkah untuk pergi, tetapi sebelum jauh kakinya terhenti mendengar perut Arkan berbunyi.

Gadis itu berbalik, lalu bertanya, "Laper?"

Arkan menyengir.

• • •

Setengah dua dini hari, Ayna berkutat dengan beberapa alat dapur. Membuat nasi goreng untuk sang suami. Selang beberapa menit, masakan pun siap.

"Silahkan makan."

"Alhamdulillah, makan."

Arkan melahap makanan sampai membuat Ayna geleng-geleng. Lelaki itu seperti orang yang tidak makan selama bertahun-tahun. Ya ampun, Arkan.

"Santai, Om. Nanti keselek, lho."

"Ya, jangan dodolin."

Ayna tidak mampu menahan tawa, ia terbahak-bahak. Karena mulut yang penuh, Arkan ngomong tak jelas sampai-sampai lelaki itu menyebut dodol.

"Dodol apaan? Hahaha!"

"Maksudnya, jangan doain."

Arkan menjelaskan usah menelan makanan.

"Kata Umi, kalau mulut penuh jangan bicara. Takut muncrat sana sini, kan jorok."

"Makanya, kamu juga jangan ngajak ngobrol dong. Biarin suamimu ini makan dengan tenang, Sayang."

"Idih, Ayna mau tidur kali. Lagian, Zul sendirian di kamar. Om cepet habisin, terus tidur. Besok, kan harus ke kantor."

"Siap, Ibu Negara."

Arkan mengangkat tangan, memberi hormat.

• • •

Keesokkan harinya, Ayna telah menyiapkan sarapan. Zulaikha pun telah bersih, tinggal menunggu sang nenek menjemput.

"Sarapan dulu, Zul. Nenek katanya udah di jalan, tuh." Ayna berkata sambil menuang susu cokelat kesukaan sang anak.

"Siap, Umma."

"Na, roti punyaku tolong dipanggang, dong."

Arkan yang baru saja turun langsung bergabung di meja makan.

"Siap, Bapak Negara."

T b c

Mon maap, pendek bet kan partnya?
Lagi gk bisa ngetik panjang-panjang

🤧🤧

Menikahi Gadis Polos [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang