Part 23

3.8K 206 7
                                    

Asyik mengobrol, sang ibu teringat sesuatu. Beliau lantas senyam-senyum menatap menantunya, sedang yang ditatap malah salah tingkah. Ayna dibuat semakin terheran-heran, saat sebuah gelang ukuran anak-anak keluar dari gamis wanita itu.

Ibu Arkan kemudian memberikan benda mungil tersebut setelah menciumnya, bahkan yang paling Ayna kagetkan adalah ketika mertuanya meneteskan air mata.

"Umi, kenapa?"

"Umi bahagia, Sayang. Bentar lagi kamu sama Arkan akan jadi orang tua," jawab wanita tersebut sambil menyeka bulir bening dengan ujung kerudungnya.

"Orang tua?"

Umi Salma mengangguk, lalu mengambil ponsel di atas meja dan memperlihatkan sesuatu pada Ayna. Sontak, gadis itu langsung saja menutup mulut dengan kedua tangan. Sebuah gambar alat tes kehamilan dibarengi ucapan 'Anakku hamil, Jeng. Bentar lagi aku punya cucu baru.'

Ayna menggeleng, telah terjadi kesalahpahaman di sini. Itu bukan miliknya, melainkan hasil tes kakaknya, Aurin.

"Umi ... yang kirimin ini siapa?"

Dengan sendu, Ayna menatap Umi Salma.

"Umi kamu, Sayang."

'Umi? Astagfirullah, kenapa malah jadi begini?' batinnya. Ayna tampak gelisah sekarang.

"Dan ... umi udah kasih tau Askaf kalau kalian bentar lagi punya baby. Pasti Askaf juga ngasih tau pengawai kantor."

Ayna terbelalak mendengar penuturan sang mertua. Mampus. Bagaimana nasib suaminya sekarang?

"Umi, sebenarnya ...."

• • •

Tanpa bertanya pada resepsionis, Ayna langsung bergegas ke ruangan suaminya. Benar saja, Arkan ada di sana dan sedang bersandar di sofa sambil menatap tumpukan hadiah dari karyawannya.

"Lho, kok? Om sekarang mau tuker profesi lagi? Jadi, penjual mainan keliling. Astagfirullah ...."

Mendengar suara khas orang itu, Arkan menegakkan tubuh. Ia pun beranjak dan menarik Ayna agar segera duduk.

"Kamu hamil?"

Pertanyaan konyol.

Ayna menggeleng. Sontak saja hal tersebut membuat Arkan menaikkan sebelah alis.

"Bener, kamu nggak—"

"Ya Allahu Akbar. Ayna, tuh, belum berisi, Om. Bahkan, Ayna ke sini ingin jelasin semuanya."

Arkan mengusap wajah, menghela napas panjang, kemudian mengangguk. Memberi kesempatan kepada istri kecilnya itu memberikan penjelasan.

• • •

"Jadi, gitu? Hahaha."

Tawa Arkan menggelegar memenuhi rongga ruangan. Ia tidak menyangka kalau yang terjadi hanyalah salah paham belaka. Sialnya lagi, orang-orang sudah mengeluarkan uang untuk membeli hadiah. Sekarang, akan di kemanakan semua benda tadi?

Ayna menyengir sambil menggaruk pangkal hidungnya. Awalnya ia mengira lelaki itu akan marah, tetapi lihatlah apa yang terjadi kemudian.

"Aku kira kamu beneran itu, hahaha."

"Dih, apaan coba?"

Ayna mencebik sambil bersedekap. Arkan yang mencium bau-bau kekesalan segera mengeluarkan jurus andalannya. Ia menarik Ayna dan mendekap tubuh mungil itu, lantas mencium kepala sang istri beberapa kali.

"O ya, Om udah makan belum?"

Gadis itu mendongak menatap netra hitam sang lelaki.

"Belum, sih. Hm ... gimana kalau kita makan siang di restoran Jepang?" usul Arkan.

"Jepang? Jauh amat. Masa cuma mau makan siang mesti ke Jepang, kan buang-buang waktu ama uang. Mending makan di sini aja. Selain harganya murah, tempatnya pula gak jauh-jauh amat."

Panjang lebar kali tinggi, begitu Ayna saat diberikan satu kalimat, ia akan menjadikannya berlipat ganda.

"Iya, istriku. Cerewet amat, sih."

Karena gemas, Arkan pun mencubit kedua pipi sang gadis hingga si empunya meringis.

"Jangan dicubit, sakit tau. Lagian, pipi Ayna itu bukan bakpau."

T b c

Ciee, yang kena prank 😂
Dikira Ayna yang bakalan punya baby, ternyata eh ternyata 🤣🙈

Oh ya, jangan kecewa gaes. Mereka tetap punya baby kok nanti. Tpi nanti. Lagian bentar lagi kan Ramadan, dan aku mau cerita ini selesai sebelum ramadan.

Lepas tu, kita bikin cerita baru tentang anaknya si Arkan ama Ayna. Yang InsyaAllah judulnya ....

Jeng! Jeng! Jeng!

Entar di penghujung part terakhir untuk cb ArNa. Aku bakalan ngasih spoiler.

Semoga nanti pada suka 🤗🤗

Menikahi Gadis Polos [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang